O9. Jaket Cedric

327 43 16
                                    


Harry berjalan di koridor sekolah, Di apit oleh kedua sahabatnya. Keadaan Harry sudah membaik, Namun tubuhnya masih sedikit menggigil. Harry memutuskan untuk menggunakan jaket tebal kuning milik Cedric agar tubuhnya tetap hangat.

"Bukankah jaket itu milik Diggory? Kenapa kau belum mengembalikan jaket itu pada Diggory?" Tanya Ron yang dari tadi salah fokus dengan jaket kuning yang melekat ditubuh Harry.

"Kak Cedric memberikannya padaku." Balas Harry santai.

"Bloody hell! Jaket itu pasti mahal, Kenapa orang kaya sangat hobi membuang uang." Desis Ron. Dari bahan jaket yang lembut, Ron dapat menebak harganya sangat mahal.

"Uh, Kau sedekat itu dengan Diggory? Bahkan kau sudah memanggil Diggory dengan nama depannya." Tanya Hermione penasaran.

Harry tersenyum dan mengangguk,
"Tentu saja, Kak Cedric sangat baik! Aku dan dia sudah berteman dekat." Jelas Harry.

Teman? Ku rasa Cedric mengharapkan lebih, Batin Hermione.

Hermione sangat peka dengan perasaan, dari cara Cedric memperlakukan Harry, Hermione dapat menebak bahwa Cedric menyukai Harry.

"Aku jadi ingin berteman dengan Diggory juga, Agar diberi barang-barang mahal." Celutuk Ron tanpa menggunakan otaknya.

Hermione menarik Harry agar menjauh dari Ron,
"Jangan dengarkan orang gila itu, Sepertinya otak Ron tertinggal di asrama." Bisik Hermione.

"Mione!" Ron merengek tak terima, Kekasihnya itu memang suka mencaci maki.

* * *

Harry memakan bekal di taman, menikmati ketenangan dan kesendiriannya. Hermione sibuk berkutat dengan buku-buku di perpustakaan, Sedangkan Ron sibuk bermain sepak bola dilapangan.

Pikiran Harry dipenuhi oleh sosok Draco, Draco terus menghantui Harry. Memikirkan Draco membuat kedua pipi Harry merona.

Tuk! tuk! tuk! Harry memukul kepalanya sendiri, Berusaha mengenyahkan Draco dari pikiran.

"Lupakan dia! Bodoh! Bodoh! Bodoh!"

"Jangan menyakiti dirimu sendiri." Suara berat Draco terdengar diiringi gerakan tangan Draco yang menahan lengan Harry, agar tak menyakiti dirinya sendiri.

Harry mengerjap-ngerjapkan mata, Pipi Harry makin merona. Harry mencoba menetralkan detak jantungnya.

Tanpa meminta izin, Draco duduk disebelah Harry, Matanya melirik sekilas pada jaket kuning ditubuh Harry. Perasaan cemburu kembali bersarang di dada Draco.

"Itu jaket siapa?" Tanya Draco.

"Ah- ini jaket Kak Cedric, Tapi dia memberikannya padaku." jelas Harry gugup.

Draco mengulum bibirnya sendiri, Harry memanggil Diggory dengan sebutan Cedric? Mereka bahkan sudah sedekat itu, ya?

"Bisakah kau panggil aku dengan nama depanku juga?" Tanya Draco dengan suara pelan, Nyaris tak terdengar.

Harry mengernyit, Berusaha mendengar suara Draco.
"Apa? Aku tak mendengar ucapan mu."

Draco menggeleng pelan, lalu memberi senyuman tulus kearah Harry.
"Tak ada, lanjutkan makan mu." Titah Draco.

Tangan Draco terangkat mengelus rambut Harry pelan, Rambut Harry halus, Rasanya candu untuk mengelus rambut Harry. Andai Draco tau jika berada didekat Harry akan sebahagia ini, Maka ia akan melakukannya sejak dulu.

Harry kembali melanjutkan makan, mencoba untuk tidak menganggap Draco ada disebelahnya. Draco sendiri tak mengalihkan pandangan dari Harry, Seolah jika ia berkedip, Harry akan hilang.

"Oh ya, Kenapa memakai jaket? Apa kau masih sakit?" Draco mencoba untuk mencairkan suasana.

Harry menggeleng, Lelaki manis itu menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab,
"Aku sudah sembuh, Tapi aku masih kedinginan."

Draco mengangguk paham,
"Lain kali kau bisa meminta jaket milikku, Potter. Kau bisa merepotkan ku, Karna aku suka jika kau menyusahkan ku."

Harry mengeratkan pegangannya pada sendok, Bukan hanya pipi yang merah, telinga Harry juga merah.

"Berhenti memberi kata-kata manis, Malfoy." Kata Harry malu-malu.

Draco tertawa gemas, tawa yang dulu Harry benci kini malah menjadi tawa yang berhasil membuat Harry salah tingkah.

"Kata-kata manisku akan kalah dengan kemanisan dirimu, Potter."

Harry mendengus menahan senyum, Harry kembali memakan bekalnya, mengabaikan gombalan-gombalan yang Draco berikan.

* * *


Harry mengalihkan pandangan dari buku ketika Neville masuk kedalam kamar membawa paperbag. Paperbag itu Neville taruh didepan Harry.

"Ada paket untukmu, Harry." Ucap Neville sebelum berlari ke kamar mandi. Sepertinya Neville tengah menuruti panggilan alam.

Harry meraih paperbag tersebut, Ia membuka paperbag untuk melihat apa isinya. Mata Harry membulat sempurna ketika melihat Dua jaket didalam Paperbag, Warna hijau dan warna merah.

Ada satu kertas diatas jaket itu, dengan tak sabar Harry membuka lipatan-lipatan kertas untuk membaca isinya.

For Harry Potter.

Terimakasih sudah membuatku lebih banyak tersenyum hari ini, Semoga kau menyukai hadiah dari ku. Dan aku harap kau tidak memakai jaket kuning itu lagi.

From Draco Malfoy.

Harry tersenyum membaca surat itu, Ia memegang dadanya yang berdebar.

* * *

annoying ; drarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang