1O. Hari Draco yang hancur

290 41 27
                                    


"Apa kau tak punya kesibukan, Malfoy?" Tanya Harry jengah. Draco terus mengikuti Harry kemanapun Harry melangkah, Perubahan sikap Draco menjadi perbincangan hangat minggu ini.

Draco yang biasanya selalu merundung Harry, Kini telah berubah. Draco selalu mengikuti Harry kemanapun, Bahkan tak segan melempar gombalan untuk Harry didepan umum.

Draco menggeleng, dia mengeluarkan apel hijau dari saku jaketnya,
"Inilah kesibukan ku, mengikuti mu." Balas Draco lalu memakan apel hijau.

Harry mengabaikan Draco, Lelaki manis itu melanjutkan kegiatan membaca novel favoritnya.

"Kau mau coklat? Aku bawa coklat kesukaanmu." Tawar Draco.

Harry menggeleng, bibirnya terpout lucu.
"Tidak, Berat badanku sudah naik semenjak kau selalu membelikan coklat untukku."

Draco mendekatkan tubuhnya pada Harry,
"Ayo berciuman." Draco dan otaknya mesumnya memang tak pernah berubah.

plak! Mulut Draco dipukul pelan, Harry pelakunya.
"Jangan mesum!" Kesal Harry.

"Aku tidak mesum, Apa kau tidak tau? Ciuman itu bisa membakar kalori." Balas Draco.

Harry merotasikan bola matanya malas, Draco sendiri terkekeh melihat reaksi Harry.

"Harry," Draco dan Harry mendongak, menatap lelaki tinggi yang berdiri didepan Harry. Lelaki itu adalah Cedric Diggory.

"Apa kau sibuk hari ini?" Tanya Cedric tanpa memperdulikan tatapan sengit Draco.

Harry melirik Draco sekilas,
"Em... Aku tidak sibuk. Ada apa kak?"

"Ayahku akan ke Hogwarts, Membawa banyak buah tangan untukmu. Ayahku ingin berjumpa denganmu, Harry." Kata Cedric malu-malu.

"Ayahmu ingin bertemu dengan Potter? untuk apa?" Draco melemparkan pertanyaan dengan wajah datar. terlihat tidak bersahabat.

"Oh-Malfoy? Maaf, tapi aku tak ada urusan denganmu." Balas Cedric.

Harry tidak tega untuk meninggalkan Draco, tapi ia juga tak enak hati menolak Cedric—lebih tepatnya Ayah Cedric. Sebenarnya Harry bingung, Darimana Ayah Cedric mengenalnya??

Harry mengangguk pelan sebagai jawaban,
"Baiklah. aku akan berjumpa dengan ayahmu, kak." Putus Harry.

* * *

Brak!!

Pintu besar dibanting begitu keras, Draco-lah pelakunya. Draco berjalan kesal memasuki rumah, Hari libur sangat memuakkan, Cedric mengambil Harry. Hari yang harusnya Draco habiskan bersama Harry, malah dirusak oleh Diggory sialan itu.

"Ada apa, Draco?" Tanya Narcissa sembari menghampiri anak tunggalnya.

Draco mengendurkan dasi yang mencekik leher, Wajahnya terlihat emosi.

"Diggory merusak hari liburku, melihat tingkah sok manisnya itu membuatku mual." Adu Draco. Draco menjatuhkan dirinya diatas sofa, mencoba mengatur emosi.

"Kenapa? Apa yang dia lakukan?" Sahut Lucius yang baru saja keluar dari kamar, Lucius duduk disebelah Draco.

"Diggory membawa Potter menemui ayahnya! Padahal mereka tidak berpacaran. Tadi aku sedang asik bersama Potter, Tapi dia merebut Potter seenaknya." Gerutu Draco.

Lucius menghela nafas, Remaja yang tengah jatuh cinta sepertinya memang cemburuan parah.

"Kau cemburu?"

Draco menggeleng keras, Ia melipat kedua tangannya dengan angkuh.
"Aku dan Diggory berada pada level yang berbeda, Ayah. Tak mungkin aku cemburu." Balas Draco sombong.

Lucius dan Narcissa bertatapan, memberi senyum penuh arti. Mereka tau anak tunggal kesayangan mereka itu benar-benar jatuh cinta.

"Lalu? Kau mau ayah dan ibu menemui Potter juga?" Goda Narcissa.

Draco menghela nafas kasar, Draco menatap Lucius.
"Ayah, Datanglah kesekolah. Peringati Diggory agar dia tak mendekati Potter lagi." Pinta Draco begitu serius.

Draco benar-benar licik, lelaki pirang itu akan melakukan segala cara untuk mendapat apapun yang ia inginkan.

Lucius sama liciknya. Ia mengelus bahu Draco.
"Apapun untukmu, Son."

Draco tersenyum puas, Draco tau bahwa ayahnya bisa diandalkan untuk mengancam orang lain.

* * *

Cedric menenteng tiga plastik besar ditangannya, Ia dan Harry berjalan menuju asrama. Lebih tepatnya asrama Harry. Isi didalam plastik-plastik itu adalah buah tangan dari Ayah Cedric.

"Maafkan Ayahku ya, Dia memang sangat cerewet."

Harry tertawa pelan,
"Kenapa harus minta maaf? Ayahmu seru." Balas Harry jujur. Senang rasanya bisa berbincang tentang banyak hal bersama Ayah Cedric tadi.

Ayah Cedric sangat ramah, Topik pembicaraan mereka tak pernah terhenti. Harry nyaman berbicara dengan Ayah Cedric.

Tak terasa mereka telah sampai didepan pintu asrama Harry, Harry mengambil alih tiga plastik ditangan Cedric.

"Terimakasih banyak ya, kak."

Cedric menganggukk, Ia membasahi bibirnya sendiri yang terasa kering.

"Um, Harry,"

Harry diam memandang Cedric, menunggu Cedric berbicara.

Cedric berpikir, Dirinya sangat ingin menyatakan cinta pada Harry. Tapi Cedric membuang niatnya jauh jauh, Bagaimanapun Cedric tak ingin Harry merasa canggung setelah ini.

"Ah, tidak. Jangan lupa istirahat." Cedric mengelus rambut Harry sebelum pergi.

Harry memandang kepergian Cedric dengan senyuman lebar, rasanya seperti memiliki saudara. Harry sudah menganggap Cedric seperti saudaranya.

* * *

annoying ; drarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang