052

214 65 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Wistara menggeliat di kotak bayinya, menggumamkan suara-suara kecil. Karina yang duduk di kursi dekat kotak itu, segera bergerak. Ia membungkuk, membelai lembut rambut halus putranya. Bayi itu menatapnya dengan mata yang masih setengah terpejam, lalu menggeliat lagi sebelum kembali terlelap. Karina tersenyum kecil, memastikan selimut mungil itu tetap menutupi tubuh Wistara sebelum kembali duduk di kursinya.

Di tempat tidur, Winta meringkuk di balik selimut. Masih mengenakan kemeja kerja, ia terlihat nyenyak, napasnya teratur. Karina tahu, perempuan itu pasti terlalu lelah untuk sekadar mengganti pakaiannya setelah pulang kerja. Pikiran Karina melayang, memikirkan bagaimana Winta dengan segala kesibukannya masih menyempatkan waktu untuk bercengkerama dengan mereka berdua tadi, meskipun itu hanya beberapa menit sebelum akhirnya tumbang karena lelah.

Karina berdiri perlahan, mendekati tempat tidur. Selimut yang tadi hanya menutupi separuh tubuh Winta kini ditarik lebih ke atas oleh Karina sebelum akhirnya melangkah menuju kamar mandi.

Karina menyalakan lampu, menatap cermin besar di hadapannya, menyadari bayangan wajah yang tampak sedikit lelah setelah menghabiskan waktu mengurus Wistara sepanjang hari. Ia mengambil handuk kecil dari rak, membasahinya dengan air, lalu mulai membersihkan wajahnya. Setelah selesai dia memandang wajahnya di cermin dan melangkah keluar.

Karina berjalan ke tempat tidur, menarik selimut yang menutupi Winta sedikit lebih ke bawah agar ia bisa berbaring di sampingnya. Dia memposisikan dirinya di samping Winta, mendekatkan dirinya, lalu lengannya perlahan melingkar di pinggang perempuan itu.

Perasaan hangat menjalar di dada Karina. Ia mendekatkan wajahnya sedikit lagi, mengecup lembut bibir Winta. Bibirnya hanya bersentuhan sesaat. Setelah itu, membiarkan kepala Winta tetap nyaman di posisi semula. Ia menarik selimut lebih erat di tubuh mereka berdua, lalu mencoba memejamkan mata dan mengikuti jejak Winta ke alam mimpi.






***






Suara tangis lirih yang merambat pelan memenuhi kamar membuat Winta mengerjap, menariknya dari tidur yang masih setengah lelap. Ia menggeliat sedikit, menggelengkan kepala untuk mengusir kantuk yang masih menempel, lalu mengucek pelan kedua matanya. Suara Wistara yang merengek semakin terdengar jelas, memaksanya membuka mata sepenuhnya. Pandangannya langsung jatuh ke arah Karina yang masih terlelap dengan wajah tenang.

Winta menarik napas dalam, tangannya perlahan menyentuh lengan Karina yang melingkar di pinggangnya. Dengan hati-hati, ia menyingkirkan lengan itu agar tidak membangunkan perempuan yang sepertinya sangat membutuhkan istirahat. Setelah memastikan tidak membuat Karina terganggu, ia meraih sisi selimut dan menyingkapnya perlahan, lalubturun dari kasur menuju kotak bayi.

Winta menunduk, membelai lembut kepala Wistara, menenangkan dirinya sendiri lebih dari bayi yang dihadapinya. Ia menoleh ke meja kecil di samping kotak bayi, tempat Karina sudah menyiapkan susu formula, air matang dalam termos kecil, serta botol dot yang bersih tertata rapi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Us | Winrina (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang