Keduapuluhtiga

121 14 0
                                    

                        Happy Reading 🕊️

Setelah kejadian itu, suasana semakin tegang dan mereka hanya bisa berdoa agar perjalanan ini segera berakhir. Dengan segala kendala yang mereka hadapi, mereka akhirnya tiba di Bandung sekitar pukul 10 malam. Milka merasa sangat lelah, namun ada sedikit rasa lega karena akhirnya sampai juga, meskipun perasaan cemas dan khawatir masih membebani pikirannya.

Mereka langsung menuju alamat yang diberikan oleh papah Lucky, dan Milka merasa sedikit lega karena akhirnya bisa menemui suaminya. Sesampainya di sebuah hotel sana, mereka memutuskan untuk bertanya pada resepsionis berharap Arsya ada disana, tapi belum sempat mereka bertanya mereka melihat Arsya dan anggota inti The Black Devil keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya.

Dengan langkah lelah, Milka menghampiri Arsya, diikuti oleh teman-temannya yang juga tampak kelelahan namun tetap mendukung. Ketika mereka berada di dekat Arsya, Milka memanggil Arsya sedang berjalan dengan bermain handphone, Arsya dan The Black Devil tampak terkejut melihat kedatangan mereka yang sudah hampir larut.

“Mas,” panggil Milka dengan suara pelan, melihat suaminya yang kini menatapnya dengan campuran perasaan.

Arsya terlihat ragu sejenak, namun akhirnya  berjalan mendekat. “Milka, kenapa  kamu datang malam-malam gini? Kan aku sudah bilang jangan susulin atau cari aku, aku ada urusan bisnis disini?” tanya Arsya, wajahnya masih terlihat cemas dan bingung.

Milka menatapnya dalam-dalam, matanya penuh penyesalan. "Mas, aku cuma nggak bisa tinggal diam. Aku harus jelasin semuanya. Aku nggak mau ada jarak lagi di antara kita, Mas"ujar Milka pada Arsya.

Arsya menatap Milka dengan tatapan dingin, ekspresinya berubah keras. Ia menghela napas panjang, tampak sangat frustasi. "Jadi kamu pikir dengan datang kesini malam-malam, segala sesuatu akan selesai? Kamu pikir semua ini bisa selesai begitu saja?" katanya dengan suara sedikit meninggi. "Aku udah coba ngerti kamu, Milka, tapi kenapa kamu malah makin bikin semuanya rumit dengan datang kesini,  kamu bisa tunggu aku pulang kita bicarakan baik-baik daripada nanti kamu kenapa-napa gimana"ujar Arsya pada Milka dengan nada yang tegas.

Milka terdiam sejenak, terkejut dengan reaksi Arsya yang jauh lebih keras dari yang ia duga. "Mas, aku cuma—" Milka berusaha menjelaskan, tapi Arsya menyela.

"Jangan coba-coba buat alasan, Milka. Aku udah liat kamu dan Arsen tadi , kayaknya kamu malah lebih nyaman sama dia daripada sama aku! Kamu ga berusaha melepaskan pelukan dia pada saat aku datang, apa kamu ngelakuin ini semua cuma buat mendekati dia, kan, kamu suka kan sama Arsen?" kata Arsya dengan nada menuduh, matanya penuh kecurigaan.

Milka terkejut mendengar tuduhan itu. Hatinya hancur, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Mas, itu nggak benar! Aku... aku nggak pernah mau menjauh dari kamu, apalagi dengan Arsen," jawab Milka dengan suara gemetar, mencoba mempertahankan ketenangannya.

Namun, Arsya tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mendengarkan. "Kamu nggak usah bohong, Milka. Semua sikapmu itu udah terlalu jelas buat aku, dengan kamu berpelukan sama dia, didepan rumah kita" ujarnya dengan nada yang semakin tajam.

Milka merasa begitu bingung dan terluka, seolah-olah segala usaha yang ia lakukan untuk memperbaiki hubungan mereka sia-sia. Di sekelilingnya, teman-temannya diam, tidak tahu harus berkata apa. Milka hanya bisa menundukkan kepalanya, mencoba menahan air mata yang hampir menetes.

"Mas, tolong jangan tuduh aku begitu. Aku benar-benar ingin kita baik-baik saja. Tolong percaya aku,tadi aku hampir jatuh mas, makanya Arsen nolongin aku, kita bukan berpelukan dengan sengaja" Milka memohon, suaranya hampir tidak terdengar.

Arsya menggelengkan kepala, terlihat semakin frustrasi. "Aku butuh waktu, Milka. Aku nggak tahu apa yang bisa aku percaya lagi sekarang, kamu pulang saja kamu bisa senang-senang kan sama Arsen" ujar Arsya pada Milka.

Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang