[11]

308 52 11
                                    

Sehabis wisudanya yang melelahkan, kini Harry tengah bercengkrama dengan teman-teman kampusnya— berjalan sambil menepuk pundak masing-masing lalu tertawa terbahak-bahak, mengingat kejadian lucu ketika masih menjadi mahasiswa.

"Man, harus kuakui Pamela itu cantik tapi setelah kejadian memalukan itu aku ingin sekali melemparnya dengan pizza besar." Pria yang pundaknya digandul Harry kembali tertawa, sementara Harry menunduk— berusaha menghentikan tawa di malam hari begini karena ia sudah terlalu lama tertawa tanpa henti bersama teman-temannya.

"Itu masih belum seberapa, kau lihat saat aku membuat Debby turned on di kelas? Man, bahkan ia memintaku untuk segera ke kamar mandi." Suara tawa menggelak lagi saat pria yang berbeda di sisi samping kiri Harry berjalan mendahului Harry.

Tempat tujuan mereka sampai, Omar— pria keturunan Arab dan juga salah satu teman Harry membuka pintu bar. Tawa mereka bertiga mereda saat duduk di bar stools bergaya klasik. Mata mereka jelalatan saat banyak para gadis yang masuk dan memenuhi ruangan, Lion’s Head Tavern bar memang tempat yang tepat!

"Yang pakai gaun ketat ungu itu menggoda." Ben bersuara, pandangan Omar dan Harry pun teralihkan pada gadis yang Ben tunjuk.

Tepukan tangan pelan diberikan Omar, "She is hot as hell!" Sementara Harry mengernyit heran. Hey, dia Bethany. Teman Jane dan ia berada di New York sekarang? Apa yang ia lakukan di sini?

Dengan berani Harry mengabaikan panggilan temannya yang terus bertanya mau kemana ia pergi, itu jelas saat Harry kini menghampiri Bethany yang duduk termenung ditemani segelas cocktail. Segera saja Harry menempatkan dirinya duduk di depan Bethany, memandang perempuan cantik itu dengan heran.

Mata gadis ini merah, seperti habis menangis— atau mungkin menahan tangis?

Di sana Bethany masih diam, tak menyadari entitas pria yang kini memperhatikannya, pandangan gadis itu tetap lurus memandang gelas panjang transparan di depannya. Harry menunggu kepekaan Bethany untuk berkata "hi" atau setidaknya ia akan terkejut melihat Harry yang kini berada bersamanya— duduk tepat di depannya. Tapi harapannya seperti menerbangkan layang-layang robek, Bethany tak sekalipun menoleh.

Sedikit jengkel, Harry menggebrak pelan meja dengan telapak tangannya dan itu berhasil membuat Bethany terceguk kaget, kemudian menoleh ling-lung ke arah Harry. Sorot matanya makin tajam, kepalanya juga dicondongkan menghadap Harry. Dengan satu telunjuk yang mengacung di depan hidung Harry, Bethany berkata, "Kau?"

"What's up?"

"Kau menguntitku?"

"Aku meng— apa?"

Bahasa tubuhnya seolah malas menanggapi Harry, Bethany mendengus lalu bersiap-siap beranjak bangun dari kursinya. Tapi satu tangan Harry berhasil membuatnya duduk kembali, "Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Harry.

"Dan apa yang kau lakukan di sini?" Bethany balik bertanya dengan tatapan sinis, tangannya belum dilepaskan.

"Aku berkuliah di sini, cepat jawab apa yang kau lakukan di sini?"

"Baiklah, Tuan. Akan kujawab, aku ada fashion show di New York tapi batal karena aku dipecat. Puas?" Dari suaranya yang tak beraturan, Bethany kelihatan agak sedikit mabuk. Masalah ini tentu tak memusingkan Harry, tapi melihat kesempatan yang berpihak padanya ini membuatnya berpikir cepat.

"Dipecat, huh?" Mata Harry berputar remeh, kemudian ia tertawa rendah.

"Bangsawan sepertimu benar-benar payah, hidupmu tak sekalipun bermasalah, kau tak harus bekerja untuk membiayai hidupmu, kau hanya tinggal melambaikan tangan dan semua orang akan berteriak kegirangan," Gadis ini menjatuhkan kepalanya di meja. "What a great life!"

NOT A MAMA // h.s (under editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang