[17]

417 52 9
                                    

Yang di bawah umur plis jangan baca.

.

.

.

.

.

Mereka melepas ciumannya, menatap mata satu sama lain. Serasa mata itu hidup dan berkata, "aku menginginkanmu" keduanya berhenti dan saling mendekat. Harry menghembuskan napas dan berbisik, "I need you so bad."

Jane melenguh tertahan, ia menunduk memegang kedua pundak Harry. Membiarkan lehernya menjadi hisapan Harry sampai lelaki itu tak tahan untuk menurunkan bibirnya ke bawah— ke tulang selangka Jane yang sangat seksi, dia menghisapnya, memberi ciuman serta jilatan disana. "Harry... please," kata Jane memohon sembari meremas pundak Harry, sensasinya sangat menggelitik, bagian kewanitaannya sudah sedikit basah karena godaan Harry yang sebenarnya belum apa-apa.

Lelaki itu berhenti, menegap kembali dan mengayunkan kedua tangannya ke balik punggung Jane. Dia melepas kaitan bra yang Jane pakai, dengan mudahnya bra itu langsung terlepas, Harry menjatuhkannya begitu saja ke bawah. "I want something kink, you know like I'm kinky person, Jane." Ujar Harry dengan senyum menggoda, membiarkan Jane malu dan bergerak naluriah menutupi bagian payudaranya sebelum Harry mencegah dan berkata lagi, "Your breast are huge, Jane. They are so beautiful in yours, don't try to cover it up. I love it so much." Tangannya bergerak meremas payudara Jane.

"Harry...." wanita itu mendesah, mengangkat kepalanya sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Tangan pria itu tak terlepaskan meski Jane berkali-kali mencoba menyingkirkannya— Jane masih terlalu malu untuk ini, perasaannya mengatakan bahwa mereka tak pernah seintim ini. Mereka bagai menjalani seks dengan cinta meski Jane belum pernah tau perasaannya seperti apa pada Harry.

"Call me Daddy." Titah Harry, Jane membuka matanya dan memandang Harry heran. "We gonna have a kinky sex, and if you refuse you're gonna punished."

"Okay."

Mata Harry tepat mengarah pada Jane, "Okay what?"

"Okay, d-daddy." Jane agak ragu-ragu, jujur ini terasa memalukan namun dirinya seolah meledak dan menginginkan Harry sesegera mungkin. Dia terlena— terlena oleh rambut Harry, terlena oleh bau badan Harry, terlena pada sikap Harry yang seperti pelindung untuk Jane yang terbuang. Mereka saling mengisi, serpihan yang tak pernah lengkap itu kini terpadatkan, tersalur oleh paduan rasa abu-abu yang perlahan terjelaskan.

"Good." Harry menggigit bibirnya, tangannya menarik tangan Jane dan menuntunnya untuk menyentuh bagian intimnya yang masih terbalut celana bahan hitam.

Jane gugup namun mengerti, dia menatap Harry sambil menelan ludah. "A handjob?"

"Yeah," kata Harry melepaskan tangannya. Membiarkan Jane meraba-raba ereksinya yang benar-benar menyiksa. "Buka resleting celanaku, Jane." Dia mendesah.

Jane berjongkok membuka celana Harry dengan tarikan mulus, sekarang penghalangnya hanya celana dalam hijau Harry, dilihatnya sebentar ereksi Harry yang terasa mengagumkan, sejenak Jane membayangkan rasa kejantanan Harry yang memasuki dirinya.

"Jane... keluarkan."

Ini tidak sulit, ya meski belum pernah memberi sebuah handjob tapi setidaknya Jane akan merasa sedikit senang memainkan penis Harry dengan ia yang telah mengakui perasaannya sendiri— Jane membalas perasaan Harry, dia amat senang dengan kebersamaannya bersama Harry selama menikah. Lelaki itu memperlakukannya dengan baik meski satu tamparan melekat tanpa diduga-duga.

NOT A MAMA // h.s (under editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang