Wangi blackcurrant yang disertai vanila menyeruak masuk saat Jane baru tiba di mobilnya. Wangi yang menyenangkan seperti membawa awan-awan menyelimuti leher Harry yang terasa pegal, seperti biasa— wanita ini membeberkan sebuah senyum tulus pada Harry, bahkan napas dalam suaranya pun terdengar indah. "Kau tidak lelah?" Jane menutup pintu keras-keras, agak macet sampai ia harus dibantu Harry untuk menarik pintunya agar tertutup.
Harry menggeleng, langsung memegang stir saat pintunya sudah tertutup. Mesin mobil ia nyalakan, pedal gasnya ia injak dan mulai mengemudi. Membelah jalanan yang masih berselimut lembayung oranye, terasa sama jika dibandingkan dengan New York, hanya saja lelaki ini lebih menikmati harinya di London— bersama Jane. Wanita yang sepenuhnya ia sadari telah merenggut hatinya.
"Bagaimana harimu di New York? Kapan praktek? Ayah tadi menelpon menanyakan apa kau sudah pulang, aku jawab ya dan ia menyuruhmu—"
Dia berhenti saat Harry menaruh jarinya di ujung mulut, lelaki itu menimbulkan bunyi seperti kebocoran gas yang terdengar seperti sssttt, "Diamlah, kita masih punya waktu beberapa jam sebelum berakhir di ranjang." Omelnya dalam nada datar, melirik sedikit ke arah Jane yang terlihat tak terima, toh ia hanya ingin menyampaikan jika Ayahnya menyuruh Harry untuk segera menelpon. Lagipula kata macam apa itu? Dia benar-benar mesum.
I figure it out, i figure it out from black and white
Second and hours maybe they have to take some times
I know how it goes, i know how it goes from wrong and rightDering telepon Jane berbunyi, dengan segera Jane membuka dompet Gucci-nya. Mengangkat sambungan telepon yang ternyata dari Bethany.
"Kenapa, Beth?" Hanya lengkingan suara Jane yang lembut berhasil membuat Harry menoleh, persepsi buruk kini memenuhi ruang otaknya yang sempit. Jantungnya bisa saja copot jika jalang itu berani memberi tahu Jane soal kejadian di New York.
"Benarkah?? Ya ampun, Beth! Aku senang mendengarnya!" Jawaban Jane yang hampir menyerupai teriakan bisa membuat Harry mengelus dada lega, Harry mungkin bisa menebak jika jalang itu memberitahu Jane bahwa ia sudah menjadi model profesional, hidup bahagia dan akan tinggal selamanya di New York— tidak akan kembali ke Lond—
"Besok? Pulang ke London? Aku tidak sabar ingin bertemu denganmu, Beth!— oh ya sampai nanti."
Tunggu— apa?!
Di atas penderitaan Harry yang mungkin saja akan terjadi besok, Jane malah seakan menginjak-injak Harry dengan membagi cerita bahwa Bethany akan mengunjunginya besok. Ia tak apa jika jalang itu hanya sekedar membawakan oleh-oleh gantungan kunci atau miniatur patung liberty pada Jane, tapi kalau dia mengatakan hal yang tidak usah dikatakan— sesuatu yang terlarang, maksudnya kejadian saat Harry dan jalang itu bercinta, bagaimana jadinya? Bagaimana jika Jane kecewa? dan benci padanya? Lalu pergi kepelukan Paul McClean dan menjadi Jennfier McClean kembali? Ini resiko yang kecil untuk Harry yang dulu, namun hatinya melembut sejak adanya Jane. Jadi bagaimanapun caranya, Harry tak akan membiarkan hal buruk terjadi pada hubungannya yang kian membaik.
"Dave!" Dari dalam mobil yang pintunya setengah terbuka, Jane segera keluar dari mobil sambil melambaikan tangannya pada David— adik laki-lakinya.
Di kejauhan sana, David mendengar dan tersenyum ke arah kakaknya. Ia berlari meninggalkan teman-temannya sembari menarik Alana yang memang terus berada di sampingnya. Mereka bertemu, berpelukan seperti sepasang kekasih yang baru bertemu kembali. Kalau boleh jujur— jika ia bukan saudara kandung Jane, mungkin tipikal gadis seperti Jane lah yang akan David nikahi. Tapi itu hanya sebatas angan khayalan, ia dan Alana adalah pasangan yang sempurna sekarang.
"Ekhem," Harry berdehem. Pria itu memutar arah mendekati Jane yang kini melepaskan pelukannya. Di belakang David, Alana tersenyum sambil memperhatikan Harry yang juga mencuri-curi pandang ke arahnya. Alana bergidik ngeri, menyentuh seragam David dan sedikit bersembunyi di balik tubuh remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A MAMA // h.s (under editing)
FanficHanya ada Prince Harry dan Princess Jane Copyright © 2015 by NamLayli