Agenda hari ini adalah mengunjungi rumah Pendeta yang merawat anak-anak yatim di kota Brimingham, persisnya di dekat Aston University- tidak terlalu dekat karena mereka harus memasuki pedesaan. Jane melakukan kesalahan kostum dengan memakai gaun santai tanpa lengan padahal di sepanjang perjalanan hujan terus mengguyur secara rata, Harry sadar akan itu, Jane kedinginan.
"Tidak membawa jaket atau pakaian tebal, huh?" Dia menoleh Jane, menanti jawaban yang ternyata hanya sebuah gelengan khawatir, Harry menggeram pasrah. "Bangunkan Gemma, dia punya sweater di tasnya."
Jane menoleh ke bangku belakang, Gemma terlihat pulas tertidur. Tepat saat Jane ingin beralasan bahwa ia tak enak membangunkan Gemma, Harry menyela kalimatnya. "Kau kedinginan, Jane. Bangunkan saja, akan ku usir keluar dari mobil jika saja ia tak mau meminjamkannya." Ujar Harry dengan suaranya yang santai, tapi Jane memilih diam, dia sama sekali tidak berani membangunkan Gemma, mengingat tingkah arogan Gemma padanya.
Suasana kembali hening, Harry sama sekali tak mengerti dengan Jane yang masih terasa kaku dengan Gemma. Mereka sama-sama perempuan, bukankah akan terasa nyaman jika perempuan bicara dengan sesama perempuan? - mungkin perbedaannya adalah Gemma sedikit memiliki sifat buruk dengan orang yang baru ia kenal, Gemma bukannya jahat, Harry mengenal kakaknya dengan sangat baik, Gemma hanya tidak tau bagaimana caranya bersikap. Terlebih ia menentang pernikahan Harry karena tidak mau dilangkahi.
Kemacetan terjadi, Harry memukul stir dan mendesah pasrah karena harus berurusan dengan sesuatu yang paling ia benci- salah satunya kemacetan dan Bethany. Entah mengapa melihat Jane yang kedinginan menjadi pemandangan yang sangat bagus untuk saat ini, terlebih Gemma sedang tertidur di bangku belakang dengan memeluk bantalnya. Jane menyadari ada yang aneh dari gelagat Harry, ia menoleh lelaki itu dan memangut. "Apa?"
"Kaca mobil sangat gelap, Gemma juga sedang tertidur. Apa lagi? Kau mengerti maksudku."
Seharusnya Jane tidak perlu ikut. Lebih baik di rumah, ia bisa bercengkrama dengan Meredith yang belum bisa pulang karena terjembab dari tangga yang menyebabkan bengkak pada satu kakinya, ia lebih ingin memilih merawat wanita tua itu daripada uhm... bercinta di mobil. "Kau gila."
Kemacetan belum berakhir, Harry memandang Jane memelas, tangan kanannya meraih paha Jane dan sedikit mengelusnya. "Hanya blow job. Kumohon."
"Bodoh! Tidak! Kubulang tidak ya tidak!"
"Ada apa sih denganmu? Baiklah, baiklah! Aku benci mendengarmu berteriak." Mobil Harry jalan sedikit, jaraknya hanya beberapa sentimeter dengan mobil di depannya. Dia kembali menoleh Jane, menoleh gadis itu yang salah tingkah meski menatap lurus ke depan, Harry tau Jane berusaha bersikap biasa tapi raut wajahnya sangat mudah tertebak. Wanita ini seperti amitolane, menjadi separuh warna dalam pelangi yang indah di saat hujan reda, menjadi penenang dalam kekalutan luar biasa, menjadi penyanggah saat dirinya terjatuh di lumpur keras yang akan hancur. Seharusnya, kesalahan-kesalahan yang Harry buat bisa memadamkan sesuatu dalam diri Jane, tapi perempuan ini malah makin bersinar, dia sama sekali tak menua dalam kenangannya.
Dering telepon menghapuskan segala pujiannya pada Jane. Satu panggilan dari ponsel Jane yang ia abaikan, wanita itu hanya memandang layar ponselnya, seketika jalanan kembali lancar, Harry menyetir kembali. "Siapa?"
Jane menggigit bibirnya, ia bingung mau menjawab apa. Di satu sisi teleponnya tidak mau berhenti berdering. "Liam..." mendengar nama itu Harry sontak menoleh, tapi Jane salah paham dan langsung panik. "Tidak, aku janji. Aku tidak akan mengangkatnya. Tolong, aku berjanji." Kalimat Jane barusan membuatnya terenyuh, Harry menyadari, dirinya menyadari jika Jane sedikit - atau mungkin sangat trauma dengan apa yang telah Harry lakukan padanya. Satu kesalahan yang lalu Harry menampar Jane, dan kali ini tidak akan sama lagi. Harry mempercayai Jane. "Dia terus menelpon, tapi aku berjanji..."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A MAMA // h.s (under editing)
FanfictionHanya ada Prince Harry dan Princess Jane Copyright © 2015 by NamLayli