Dua jam lalu Dokter kerajaan datang memeriksa Jane, wanita itu sadar, mematung saat Harry menghampirinya dan hanya mengucapkan sebaris kata maaf yang sangat singkat – dia kembali jengkel saat Jane berkata bahwa dia tidak ingin bicara pada Harry, Zayn datang ke kamar Jane, menahan Harry dan menyuruh pria itu untuk menenangkan dirinya. Sekali lagi Harry kalah – kalah dalam ego lamanya yang kembali mengudara, menyatu dalam dirinya dan membuat dampak buruk. Dampak buruk yang membuatnya berjauhan dengan perempuan paling memesona di dunia, menurutnya Jane tidak sekedar teman ranjang. Harry tanpa sadar telah menikahi sifat Jane. Menikahi jiwa sehat dan ramah gadis itu. Harry menjadikan perempuan itu pemikat dan penenang hidupnya, janjinya di gereja waktu itu nyatanya bukan omong kosong.
Dua puluh menit setelahnya orang tua Jane – hanya Ibunya, David juga datang berkunjung menengok Jane yang pingsan karena kelelahan – itu alasan yang bagus saat Gemma melarang Harry memberi tahu alasan sebenarnya. David sempat melirik Harry tajam saat baru masuk ke rumah, remaja itu seperti mengancam Harry dengan tatapannya, mengerikan saat remaja delapan belas tahun mengharapkan kematiannya hanya dengan tatapan seperti itu. Mereka semua berada di kamar Harry dan Jane, entah apa yang mereka bicarakan, Harry yang kini mendesah berat dan membanting bokongnya di sofa hanya bisa menerima kemungkinan yang paling buruk. Untuk kemungkinan yang seperti apa Harry mengerti, dia meneliti dengan apa yang telah terjadi. Orang tua Jane pasti akan membawa Jane pulang.
"Tidak! Tidak!" Dengan tangan yang ia gunakan untuk memijit pelipisnya, Harry menyuarakan ketidak relaan atas kemungkinan itu. Dia berharap jika Jane masih mau memberinya satu kesempatan, hanya satu, bahkan seperempat pun tak apa, asal bisa memperbaikinya Harry akan siap.
Entah sudah beberapa lama keluarga itu berkumpul tenang di kamar, tiba-tiba suara gaduh muncul, mereka keluar bersamaan selain Zayn yang entah mengapa malah terlihat seperti tuan rumah berdiri di ambang pintu. Harry berdiri, menyambut mereka yang kelihatannya ingin bicara.
Yeah ini dia. Selamat, rich kid. Jane akan meninggalkanmu. Pikir Harry karena membaca gerak-gerik Ibu Jane dan David.
"Ini pesanku.." Ibu Jane menatapnya pasti, David mengangkat alis di belakangnya— remaja itu memicing, memberi tatapan jijik pada Harry. "Tadinya aku menginginkannya kembali tapi dia tidak mau meninggalkan rumah ini." Apa? "Jaga Jane, dia hamil cucu pertamaku. Kumohon jaga dia baik-baik." Senyum rupawan dari Miranda dan tepukan di pundak Harry membawanya sadar akan kenyataan indah yang ternyata masih bisa ia genggam. Satu sunggingan senyum haru Harry berikan, ia mengiringi kepergian Miranda ke depan pintu sampai wanita bijaksana duplikat Jane itu menghilang. Ada satu yang janggal. David masih mengintip saat Harry memeriksa dari balik pintu. Anak remaja itu menarik lengan Harry dari luar, mengajaknya mengarungi udara dingin malam yang diterpa temaram lampu.
David memandang Harry – terlalu susah diungkapkan bagaimana anak lelaki itu berekspresi, di wajahnya terlihat ada satu permohonan, rasa sedih, marah dan... pasrah. "Meski aku tidak menyukaimu kau tetap seseorang kakak ipar. Begini.... jika kami bukan saudara, Jane mungkin adalah satu-satunya wanita yang akan kunikahi." David tertawa, Harry mengerutkan dahi, decihan kecil tertahan di tenggorokannya. "Bohong, kok." Satu kekehan panjang dari David membuat Harry lega, "Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku merasa meninggalkan Jane di tengah kepedihan. Aku tau semuanya, Zayn memberi tahuku saat kau membentak Jane. Tapi kuanggap itu adalah masalah kalian, dan yang mau kukatakan adalah jaga kakakku. Kumohon."
Anggaplah suara David sedang memelas, Harry mengerti tatapan itu. Ia pernah melihatnya saat Ibunya berusaha menahan tangan Ayahnya yang ingin menamparnya. Pada saat itu Ibunya berteriak, memohon pada Ayahnya yang telah membentak Harry dengan cacian kasar – apa yang dikatakan Ayah Harry tak akan menjadi masalah sekarang, dan yang ia mengerti adalah rasa sayang orang-orang ini pada Jane sangatlah besar, ini bukti bahwa Jane adalah porselen di antara plastik, Persephone di antara dewi-dewi tercantik. Jujur ia malu menegakan wajahnya pada punggung David yang kini tenggelam dalan kegelapan malam. Apa arti cinta yang waktu itu ia ucapkan? Melindungi Jane saja tidak bisa Harry lakukan, malah menyakiti hati Jane seakan menjadi hobi yang ia benci namun tetap ia lakukan berulang-ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A MAMA // h.s (under editing)
FanfictionHanya ada Prince Harry dan Princess Jane Copyright © 2015 by NamLayli