"Nanti kalau sudah sampai bandara, aku akan menunggu di mobil saja."
"Kenapa? Aku ingin berbincang-bincang sebentar di kafe." Nada suara Jane sangat datar, pandangannya lurus ke depan mengamati mobil-mobil di depannya. Harry mencoba mencari akal lagi, apapun asal tidak bertemu dengan Bethany. Dia sangat tidak siap, pikirannya berjalan jauh sampai-sampai ia membayangkan jika Bethany membongkar hubunhan mereka ketika di New York. Kalau itu benar-benar akan terjadi, Harry siap menampar jalang itu atau mungkin menjebloskannya ke penjara. Dia bangsawan, Ayahnya seorang Duke of Westminster, tentu akan sangat mudah menjatuhkan jalang macam Bethany. Tanpa disadari ia menjadi gila hanya karena masalah seperti ini, hanya karena takut Jane tersakiti dan image-nya menjadi buruk di depan Jane. Sungguh, ia amat takut kehilangan kesan baik di depan Jane. Harry mau menjadi pahlawan untuk Jane, menjadi sandaran bagi perempuan yang telah dinikahinya itu. Perempuan yang tak disangka-sangka telah mengambil hatinya.
"Kau melamun?"
"Ah, ya. Maaf." Harry masih menyetir, meninggalkan satu tangannya untuk menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Kita bicara apa tadi?" Ia menatap Jane.
Jane mendengus, menghempaskan tubuhnya lebih dalam lagi dan balik menatap Harry. "Aku ingin kau ikut menjemput Bethany, Harry."
"Sayang," suara Harry membenarkan.
"Apa?"
"Panggil aku sayang." Kalimat terakhir yang dikatakan Harry seperti digaris bawahi, ditekan untuk memperjelas maksudnya- dia berusaha menggoda Jane yang memandangnya aneh, "Ayolah."
"Aku tak bisa!"
"Kita bisa berhubungan intim tapi kenapa-"
"Oh, oh baiklah!" Perempuan ini terlihat heboh, seperti biasa ia merasa malu jika Harry mengucapkan kalimat yang vulgar begitu. Warna pipinya sudah memerah, ia menunduk dalam dan Harry menunggu. Jane menghembuskan napas, mengambil ancang-ancang untuk mengucapkan satu kata yang terasa sangat berat- benar-benar berat. Dia masih diam, bernapas seperti ikan yang kehilangan air.
"Aku menunggu, sayang."
Pandangan Jane memelas, meminta Harry untuk tak mengucapkan panggilan manis itu. Lidah Jane benar-benar kelu, namun ia berusaha mencoba kembali. Jane diam, berusaha berkonsentrasi dan bernapas terus-menerus. "Harry s-ss-ayang."
"Kurang manja, mungkin di kamar kau bisa melakukannya lebih ba-"
"Tidak!" Jane menyela, tangannya bergerak refleks seolah menekan udara ke bawah dengan cepat. Sadar akan suaranya yang terlampau kuat dan membuat Harry terelok bingung, Jane bertingkah kikuk. "M-maaf."
Pria itu tertawa, "Kau menggemaskan." Dia menginjak remnya perlahan, mobilnya berhenti di depan bandara Heathrow London. Harry keluar terlebih dahulu, meninggalkan Jane yang berulang kali merutuki dirinya yang salah tingkah setiap bersama Harry. Dia tak habis pikir, pesona pria yang kadang kekanak-kanakan itu terus tersebar seperti sihir es Elsa yang mampu menancap di hati. Jane menghembuskan napas.
"Ayo, Jane." Harry menunduk mengetuk kaca mobil.
"Ya, kau terlalu cerewet." Pintu mobil dibuka Jane, satu hal yang baru saja membuatnya terkejut adalah Harry cepat-cepat menggenggam tangannya- bisa dibilang ia terpesona lagi, bagaimana tidak? Oh, apakah semua mantannya diperlakukan sedemikian manis seperti apa yang baru saja ia lakukan pada Jane?
Tunggu.. apa tadi? Perasaan ini seperti sebuah rasa cemburu. Oh tidak, tentu tidak benar.
Mereka sampai di pagar pembatas, tampak lucu bersama orang-orang lain seperti fans yang sedang menunggu idolanya keluar. Jane memegang pagar, menyalip tempat seseorang yang sudah pergi bersama orang yang ditunggunya. Wanita ini celingukan, takut kalau-kalau Bethany melewatkan wajahnya yang tidak terlalu nampak. Rencananya ia akan berteriak begini; "Hey, Miss Marmalade!" Itu akan kedengaran lucu sekaligus akan menarik perhatian Bethany karena dia sadar jika sebutan itu hanya Jane yang bisa mengucapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A MAMA // h.s (under editing)
FanficHanya ada Prince Harry dan Princess Jane Copyright © 2015 by NamLayli