"Apa kau ingat saat kita pertama kali bertemu? Saat di rumahmu, kau membawa Liam dan aku hanya bisa berpikir 'oh apakah ini Jennifer?' Selanjutnya aku hanya termenung karena kau membela Liam. Itu sangat lucu."
"Ya, Harry. Tolong, kau membuatku malu. Waktu itu aku merasa sangat membencimu karena berpikir kau yang membuat Liam menjauh dariku."
"Dan itu benar. Liam menjauh darimu dan akulah yang menggantikannya."
"Apa akan ada sesuatu yang membuatku terjebak dalam dirimu selain karena pernikahan?"
Jane terkekeh sebentar, menatap pria itu yang kini terduduk bersama di sofa empuk rumah mereka sendiri. Tiga bulan lalu, mereka pindah ke distrik Derbyshire.
Harry bekerja di kantor kejaksaan - bukan sebagai jaksa, ia hanya orang yang bekerja di bagian pengumpulan data. Sedangkan Jane, yang kandungannya mulai semakin terlihat hanya Harry perbolehkan diam di rumah dan berjalan-jalan. Kau tau? Setiap mereka keluar rumah dan berjalan santai, banyak orang-orang yang menyapa mereka, entah mereka tau jika Harry dan Jane adalah keluarga bangsawan, tapi inilah hidup yang mereka impikan. Hidup tanpa tekanan; semenjak pindah, Harry telah mengundurkan diri menjadi penerus gelar Ayahnya, dia hanya ingin menjadi dirinya sendiri, dia hanya ingin Jane yang menemaninya menjadi dirinya sendiri. Inilah hidup yang seharusnya mereka jalani dari dulu.
"Tentu!" Harry bereaksi berlebihan, "Kau terpesona olehku!" Dan sekarang ia bertingkah sangat kekanak-kanakan.
Jane tergelak, mengangkat alisnya dan tergelak kembali. Ia menatap mata pria ini, sedikit berbisik, "Kau yang terpesona olehku, Styles."
"Sialan, kau benar." Harry berlagak mengumpat, tanpa di duga Jane mengecup bibirnya singkat. "Hey! Bukan seperti itu caranya berciuman!"
"Lalu? Bisakah kau tunjukan padaku bagaimana cara berciuman?" Jane menantang.
Harry menggigit bibir bawahnya, detik berikutnya ia menyerang Jane, menyambar bibir Jane dan menindihnya. Menikmati momen-momen yang tak pernah ada namun selalu dirindukan - perasaan seperti ini sama persis saat Harry mendapatkan apa yang ia mau dengan sebuah kerja keras. Dan inilah dia yang sekarang. Berubah menjadi orang yang lebih baik karena Jane, sadar atau tidak, Harry merasa menjadi dirinya sendiri setelah tenggelam dengan sesuatu yang sama sekali tak diketahuinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setahun kemudian...
Harry membuka koran di bagian hiburan. Terpampang wajah seorang model ternama di sana. Dia tidak berniat memberi tahu Jane karena Harry tau Jane benar-benar tidak ingin tau lagi apapun tentang Bethany.
Ia meletakan koran itu kembali ke meja, baru saat Harry sedang ingin beranjak telepon genggamnya bergetar di saku jasnya. Harry mengambilnya, lekas mengangkat nomor tak diketahui itu.
"Hallo?"
"Yang Mulia, ini aku suster Luciana."
"Ya? Maaf, bisakah kau memanggilku hanya dengan Harry atau tuan Harry?"
Suara suster ini terdengar ragu. "Ya, baiklah Tuan Harry. Eum.. begini, keluarga Nona Jane akan merayakan ulang tahun Tuan Paul McClean di panti ini. Apa kau tau itu?"
Harry melihat sekeliling ruangan, "Ya. Tapi kita tidak bisa datang. Aku sangat sibuk dan Jane..."
"Tolonglah. Mereka akan sangat senang dengan kedatangan kalian. Dan anak-anak pun akan menyambut kalian. Ayolah Tuan Harry."
"Baiklah-baiklah. Kau sms saja kapan acaranya, aku akan datang bersama Jane dan.." suaranya dikecilkan, "Jagoan kecilku."
Harry masih berdiri, dia mematikan teleponnya dan menaruhnya kembali ke saku jasnya. Dengan sengaja ia menoleh ke belakang, terpampang pemandangan bagai lukisan di sana - di tempat Jane duduk dengan wajah lelahnya, di kursi goyang dengan wanita itu yang memeluk anak pertama mereka, Jane dan Thomas seperti takut kehilangan satu sama lain. Cahaya dari jendala di depannya menyinari mereka. Wajah lelah Jane mengarah padanya, wanita itu tersenyum pada Harry. Di pelukannya, Thomas seolah tak mau lepas dari pelukan Ibunya.
.
.
.
.
End
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A MAMA // h.s (under editing)
FanfictionHanya ada Prince Harry dan Princess Jane Copyright © 2015 by NamLayli