Piyama milik Mona kini sudah berserakan di lantai, Tubuh mulusnya terekspos membuat Azaan menelan ludah berkali-kali. Walau belum telanjang bulat dan masih tertutup oleh bra, gunung kembar milik Mona terlihat begitu bulat dan lumayan besar. Ditambah lagi tak ada satu helai rambut pun yang tinggal di kedua kaki Mona. Azaan benar-benar dikuasai nafsu saat ini, mulai mengendus pelan tengkuk Mona, kemudian turun ke dada bersihnya. Tak lupa ia buatkan beberapa tanda cinta disekitar sana. Mona sedikit melenguh kala bibir Azaan tak sengaja menyenggol salah satu paudaranya, oh lihatlah ada yang tegak namun bukan keadilan. Azaan melepas kaos nya dengan cepat dan membuangnya sembarang, kemudian melepas sisa kain yang masih melekat ditubuh Mona. Kini Mona sudah resmi telanjang bulat. Putingnya yang berwarna merah muda itu mulai menegang karena sedari tadi Azaan hanya menatap dengan penuh gairah. Namun tiba-tiba Mona tersadar.
"Bapak, jangan disini pak" Ucap Mona, seketika itu buyar semua fantasi yang ada dikepala Azaan.
Uhhhh lihatlah dada bidang serta perut yang membentuk enam kotak itu.
Mona tutupi daerah sensitif miliknya dengan kedua telapak tangannya. Suasana sedikit canggung karena Azaan tak kunjung buka suara. Mona berdiri dan memungut satu persatu bajunya, lalu ia kenakan.
"Saya ke belakang dulu pak" Ucap Mona setelahnya.
Azaan tertegun. Apa dia sudah begitu kelewatan ya? tapi tadi dia juga meraba-raba badanku? berarti ini bukan pemerkosaan kan karena kami sama-sama mau? Begitu banyak pertanyaan yang muncul dikepala Azaan karena kepergian Mona yang tiba-tiba. Hingga beberapa menit berlalu, Mona kembali. Namun hanya mengenakan bra serta celana dalamnya.
Azaan sedikit syok. Mulutnya yang agak menganga serta matanya yang lupa untuk berkedip menandakan betapa kagetnya pria tampan itu. "Zeline???"
"Kita lanjutin dikamar aja pak, kalau sekarang udah aman" Jawab Mona dengan wajahnya yang agak tersipu.
Tanpa pikir panjang, Azaan langsung berlari kearah Mona dan membopong tubuh kecil kekasihnya itu. Tak lupa lumatan-lumatan ganas beriringan dengan langkah Azaan menuju kamar Mona. Setibanya, Azaan membanting tubuh Mona kekasur, dan mulai melancarkan aksinya.
"AWWW!!! Sakit pak" pekik Mona.
"Berdarahh!! kamu berdarah Zel!" Azaan tak kalah panik. ia pun turun dari ranjang Mona dan mencari sesuatu untuk membersihkan noda darah yang ada dikasur. Tak sengaja matanya melihat satu kotak tisu dimeja, dan buru-buru ia ambil.
"Yang mana yang sakit zel?? ayo kita kerumah sakit" Ujar Azaan seraya sibuk mengelap kasur Mona. Namun belum sempat melakukan apapun, ekor mata Azaan menangkap beberapa bercak darah dibawahnya,
"KEVINNNNN!!!!!" pekik Azaan.
Mona terperanjat, bagaimana bisa ada orang lain bernama Kevin yang tiba-tiba masuk ke kamarnya. Dengan cepat Mona menarik selimut guna menutupi tubuhnya yang polos itu.
"Bapak kesini bawa temen?" Tanya Mona.
"Tolong Zeline, ini Kevin berdarah" jawabnya seraya menunjuk sesuatu yg tegak dibawah sana.
Mona tertawa terbahak-bahak. Jadi burung kecil dan imut itu yang bernama Kevin. Mona turun dan mulai membantu membersihkan teman barunya. Mengusapnya pelan namun tetap dengan tawa kecilnya yang ia tahan.
"Maaf ya sayang, saya gak tau kalau kamu bakalan berdarah seperti ini" Ujar Azaan.
"Ini ngomong sama saya atau sama Kevin?" Tanya Mona. "Kok bisa sih pak namanya Kevin? tersinggung loh orang dengernya" Lanjutnya.
"Kamu kok bisa sih sesantai ini zel? kamu gak panik gitu lihat banyak darah?" Azaan malah balik bertanya. Azaan pun menarik dengan lembut tangan Mona dan mengajaknya untuk duduk di ranjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAID AND THE COLD BOSS
RomanceAzaan deka ramanda. Direktur utama di perusahaan terbesar kedua di Jakarta. Bujangan terhot gelarnya. Paling anti banget sama cewe cewe alay yang kalo pake bedak setebal kamus bahasa Inggris. Soal ngomong pedes? Azaan juara nya. "Makanan kesukaan...