21

38 2 0
                                    

"lepasin tangan saya!!" Sentak Amara tepat berada di salah satu ruangan yang kosong. Matanya melotot, menandakan betapa marah dan tidak terimanya ia diperlakukan seperti itu.

"Dasar perempuan gak punya adab!! berani-beraninya narik narik saya di depan orang banyak! Bahkan nyentuh tangan saya pun kamu itu gak pantes!! Dasar jalang!!" Lanjut Amara seraya menunjuk nunjuk wajah mona dengan jari telunjuknya.

Mona masih tetap diam dan menatap Amara tanpa ekspresi. Sungguh menggelikan sekali melihat penampilannya yang bak pelacur itu. Berani sekali menyentuh tubuh calon suamiku, bahkan melihat bayangan pak azaan pun tak akan ku izinkan. Batin Mona.

"Kenapa diam aja?? Saya bisa aja mecat kamu detik ini juga Mona!!! Kamu itu cuma ob! Apa alasan kamu narik narik tangan saya ha?!! Dasar orang gila!!" Ucap Amara lagi. Dan setelah kata gila, tangannya mendarat mulus di pipi kanan Mona.

Nafas Mona terengah, tangannya memegang pipi yang kini memerah. Padahal Mona belum mengucap sepatah katapun.

"Di kantor, kamu memang atasan saya. Tapi di luar, kamu itu gak lebih dari seorang jalang Amara. Selama ini saya diam dengan sikap kamu yang dengan seenaknya nyentuh bahkan pakai pakaian gak sopan di depan kekasih saya. Saya gak takut kamu pecat Amara. Silahkan, saya gak peduli. Minimal, jadi perempuan itu punya harga diri. Baru kali ini saya liat perempuan murah kaya kamu" jawab Mona dengan pelan namun tetap menusuk.

Amara tertawa terbahak-bahak kemudian menatap Mona dengan wajah sedih yang ia buat buat. Disentuhnya pundak Mona, lalu

"Siapa yang kamu sebut kekasih wahai office girl??? Pak azan?" Amara pun tertawa terbahak-bahak lagi. "Jangan mimpi kamu itu Mona. Kamu pikir, perlakuan pak azaan yang baik ke kamu itu karena pak azaan suka sama kamu? Kamu itu kebanyakan menghayal! Mana Sudi pak azaan punya pacar kaya kamu" kemudian Amara pun mendorong tubuh Mona.

Mona sedikit terhuyung namun tak sampai jatuh kebawah. Sebenarnya, otak dan hati Mona kini tengah berkelahi. Hatinya berkata untuk melanjutkan semua ini, namun otaknya berkata untuk berhenti. Karena di pikirannya, jika semua ini terus berlanjut, tidak akan ada untungnya untuk Mona. Malah membuatnya malu saat berada di kantor nanti, bahkan bisa saja ia kehilangan pekerjaannya itu. Maka dari itu, Mona terus diam walau Amara melakukan tindakan kekerasan padanya.

Tak berhenti disitu, Amara kembali meraih rambut Mona yang tersusun rapi. Ia tarik dengan kasar hingga kepala Mona mendongak keatas. Lalu dengan tangannya yang masih menganggur, Amara gunakan untuk menampar pipi Mona yang masih memerah tadi. Oh tidak, ujung bibir Mona sedikit mengeluarkan darah..
Ayolah Mona lawannnn..

"Kenapa diam aja dasar pelacur!!! Saya kasih kamu peringatan satu kali lagi ya jalang, pak azaan itu cuma punya saya!! Jangan berani-berani sentuh apapun milik saya!" Ucap Amara kemudian meludahi wajah mona.

Kurang ajar!! Pak azaan mana ini pak azaan!!

Mona pun memberontak sehingga cekalan tangan Amara pada rambutnya pun terlepas. Ia dorong tubuh Amara hingga terjatuh ke lantai. Tanpa sengaja, kepalanya dulu lah yang terbentur ke tembok, dan mengeluarkan sedikit darah. Bukannya ini impas? Mereka berdua sama sama mengeluarkan darah. Mona injak tangan Amara dengan heelsnya kemudian Mona menampar wajah wanita ular itu sama seperti tadi. Bukan hanya dua kali, tapi berkali-kali. Rambutnya berminyak milik Amara tak luput dari cengkeraman tangan Mona. Semua yang Amara lakukan tadi, Mona balas. Sama persis. Tapi sepertinya amarah Mona belum terlampiaskan sepenuhnya. Ia kembali memukul wajah Amara berkali-kali, hingga

"Zeline!!! Berhenti!!!!" Suara teriakan yang cukup menggema itu membuat Mona berhenti melakukan aktivitasnya. Mona dan Amara pun menoleh, dan ternyata azaan dan irwan sedang berlari tergopoh-gopoh menuju mereka berdua. Dan setelah sampai tepat di hadapan mereka, azaan langsung menarik kasar tangan Mona yang masih bertengger indah di kepala sekretarisnya.

MAID AND THE COLD BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang