Part 3

22.8K 1.3K 16
                                    

Maafin gue yang lebih suka nulis pendek-pendek. Dan maafin juga apabila cerita ini membosankan.

happy reading!

***

"Adek."

Raina baru saja hendak menutup tirai jendela kamarnya ketika salah satu abang nya memanggilnya. Cowok tampan bernama Arda itu berdiri sok ganteng sambil membawa sebungkus keripik kentang di ambang pintu kamar Raina.

"Ada apa?" Raina menoleh sejenak, lalu melanjutkan kembali aktivitasnya menutup tirai jendela yang sempat tertunda.

Arda berjalan masuk ke dalam kamar adik perempuan satu-satunya itu. Lalu duduk di sofa malas yang ada di samping tempat tidur. "Abang mau keluar, ikut nggak? Mama, Papa, sama Bayu juga lagi keluar loh."

"Mau kemana?" Raina ikut duduk di samping Arda, setelah sebelumnya mengambil novel yang tergeletak di atas tempat tidur.

Arda mencomot keripik kentangnya. "Jalan, makan, nongkrong. Kayak biasanya."

Raina membuka-buka halaman buku nya. "Sama temen-temen abang?"

"He-eh." Arda mengangguk
"Ikut nggak? Biasanya kamu juga ikut."

"Banyak ceweknya?" Raina bertanya lagi.

"Ya ... kayak biasanya." Arda heran dengan pertanyaan Raina. Bocah 15 tahun itu jarang sekali mau tau tentang hal-hal seperti ini. Biasanya, dia hanya akan ikut saja tanpa mau tau siapa saja teman-teman Arda. Asalkan ada Arda, Raina sih oke-oke saja.

Raina bergidik. "Ogah ah!"

Arda yang baru saja menelan keripik kentangnya, menoleh heran. "Loh? Kenapa?"

"Temen-temen ceweknya abang itu nyebelin tau nggak! Mereka deket-deket sama aku Cuma gara-gara mereka mau minta nomor handphone nya Alex! Pada nggak sadar atau gimana sih, kalo aku pacarnya Alex? Nggak tau apa kalo aku cemburu?" Gerutu Raina.

"Jadi sekarang kamu udah kapok?" Arda tertawa terpingkal-pingkal. Cowok itu sampai harus memegangi perutnya yang sakit gara-gara tertawa berlebihan.

Raina cemberut total. "Pake banget!"

"Beneran nih, nggak mau ikut?" Goda Arda sekali lagi. Cowok itu masih saja cengengesan walaupun sudah ditatap tajam oleh Raina.

"Ogah!" Jawab Raina cepat-cepat. "Lagipula, nanti Alex mau kesini."

"Oh jadi kamu lebih pilih Alex daripada abang?" Kini gantian Arda yang cemberut.

Raina memutar bola matanya melihat tingkah cowok-anak-kuliahan itu. Abang nya itu seperti tidak sadar umur. Padahal, Arda juga sering meninggalkan Raina kalau dia mau ngapel pacarnya. Nah, giliran Raina mau diapelin Alex, dia malah cemburu.

"Manja lo nggak elit tau nggak sih, Bang!" Arda mencomot keripik kentangnya, lalu memakannya dengan rakus. Yang dihadiahi dengan geplakan pada lengannya, oleh Raina.

"Ya bodo! Lo lebih milih Alex daripada gue!"

Raina menutup novel nya dengan sebal. Abangnya satu itu memang manja nya kelewatan. Padahal, dia anak pertama. Sedangkan Raina anak ketiga. Tapi, urusan manja-manjaan, Arda juaranya.

"Manja!"

Setelah seruan kesal Raina itu, kedua nya tak mengeluarkan ucapan lagi. Kedua nya diam. Sibuk dengan arah pandang masing-masing. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hingga Raina menyandarkan kepalanya pada bahu Arda. Lalu ikut mencomot keripik kentang yang hampir habis itu.

"Kadang aku takut, Bang." Raina akhirnya bersuara. Walaupun suaranya terdengar lirih.

"Ketika Alex sibuk dengan karir nya, aku takut. Aku takut kalau dia bakal lupain aku. Aku takut kalau dia ninggalin aku. Aku takut dia nggak pilih aku lagi. Aku takut dia lebih milih orang lain." Tambah nya. Sementara Arda hanya diam. Mencerna setiap kata yang keluar dari bibir Raina.

"Aku Cuma pengen dia kasih waktu buat aku, supaya aku tau kalau dia itu butuh aku. Kalau dia bener-bener sayang sama aku."

Arda melingkarkan lengannya pada pundak Raina. Menarik adik kecilnya itu pada pelukannya. Memberikan kenyamanan yang biasa diberikan olehnya kalau-kalau adiknya itu butuh sandaran.

"Kamu nggak perlu takut. Kalau dia bener-bener sayang sama kamu, dia pasti akan bertahan di sisi kamu." Ucap Arda, membesarkan hati Raina.

Dia tau, semenjak band Alex melejit popularitasnya, adiknya itu malah jadi kurang percaya diri. Kadang-kadang, dia melihat adiknya itu merenung sendirian di balkon. Atau menangis diam-diam ketika Alex sedang sibuk.

"Udah, jangan nangis. Malu sama kucing tetangga." Raina tertawa kecil. Gara-gara ucapan Arda barusan, dia malah teringat dengan Didi, kucing milik tetangga sebelah rumahnya. Yang beberapa hari lalu meloncati pagar rumahnya dan terjebur ke dalam kolam ikan. Dan sejak saat itu, kucing hitam satu itu tidak lagi berani main loncat pagar rumahnya.

"Cuci muka sana! Jangan sampe Alex lihat wajah kucel kamu. Nanti dia beneran minta putus kalo tau muka pacarnya se-serem itu kalo malem hari." Lagi-lagi Raina tertawa. Lalu berlari ke kamar mandi.

Dalam hatinya, dia sangat berterimakasih kepada Tuhan. Karena telah berbaik hati memberikannya seorang kakak laki-laki yang walaupun manja dan kadang nyebelin, tapi selalu ada untuknya. Selalu memberinya semangat ketika dia jatuh, mengulurkan tangannya ketika dia hancur, dan membesarkan hatinya ketika dia tidak lagi punya harapan.

***

23 September 2015



StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang