Bel tanda berakhirnya jam pelajaran sudah berakhir sejak beberapa saat yang lalu. Namun masih saja ada yang berada di sekolah. Entah untuk mengukuti ekstrakulikuler, mengerjakan tugas, atau hanya sekedar nongkrong sambil menanti jemputan.
Begitu pula dengan Raina. Hari ini, merupakan jadwal nya untuk piket kebersihan kelas. Dan seperti biasa, dia dan beberapa temannya menyapu lantai kelas yang entah kenapa hari ini sangat kotor. Penuh pasir dan kertas. Membuat regu mereka harus bekerja ekstra supaya kelas kembali bersih.
Di depan kelas nya, sudah menanti si kakak kelas ganteng yang daritadi terus-terusan dilirik oleh para siswa yang lalu-lalang di sekitar koridor kelas 10 itu.
Raina, yang baru saja menyelesaikan tugas nya, juga menyadari hal itu. Membuat nya sedikit gregetan, namun juga geli disaat yang bersamaan. Rupanya, pesona Alex memang begitu kuat.
"Udah tebar pesonanya?" Bukannya menghampiri Alex, Raina malah bersender pada kusen pintu. Bergelayut pada knop pintu seolah benda itu adalah tempat yang sangat nyaman untuk saat ini.
"Siapa yang tebar pesona?" Alex, yang sedari tadi membelakangi koridor, langsung membalikkan badannya. Menatap pacar nya yang kini sedikit memanyunkan bibir nya di ambang pintu.
"Ya kamu!" Raina memutar bola mata nya kesal.
"Kok bisa?"
"Ya kamu dari tadi berdiri sok cool disitu. Pake adegan nyisir-nyisir rambut segala!"
Alex terkekeh mendengar aduan Raina. Ia juga baru sadar kalau ia sudah cukup lama berdiri di depan kelas Raina. Dan kebiasannya sedari kecil, menyisir-nyisir rambut nya dengan jari.
"Maaf, deh. Maaf." Alex melangkahkan kaki nya mendekati Raina yang masih saja berdiri di ambang pintu. "Ayo, jangan ngambek dong. Nanti hidung nya tambah pesek loh," godanya.
"Dih!" Raina mendelik kesal. Mentang-mentang hidung Alex mancung, seenak udelnya ngatain hidung nya pesek. Ya walaupun emang lumayan pesek sih, tapi kan ... Sebel tau dicela-cela pesek terus!
"Yaudah makanya ayo!" Alex menarik tangan kanan Raina, dan mengaitkannya dengan tangan kiri nya. "Katanya minta beliin banana split dulu."
"Eh? Beneran, nih?" Raina yang tadinya seperti malas-malasan saat diseret paksa oleh Alex, menjadi bersemangat ketika mendengar nama makanan yang sangat diinginkannya akhir-akhir ini. "Beneran bayarin, ya?"
"Iya." Seulas seringai licik muncul di wajah Alex. "Tapi ada syaratnya!"
"Emang syaratnya apaan?" Raina membentikan langkahnya, membuat Alex terpaksa ikut berhenti.
"Emm...." Alex mengetukkan jari telunjuknya pada dagu nya. Pose ideal untuk berfikir. "Panggil aku Babe dulu, baru aku traktir."
Raina membulatkan matanya. Seumur-umur, dia belum pernah memanggil satu pun pacarnya dengan panggilan menggelikan itu. Denger aja jijik apalagi ngucapinnya.
"Kok gitu banget, sih?" Raina menghentakkan kaki nya ke lantai, sambil bibir nya monyong-monyong lucu. Dan hal itu, bukannya membuat Alex luluh, malah membuat nya geli sendiri.
"Mau nggak nih?" Alex menaik-naikkan alisnya, menggoda Raina supaya menuruti keinginannya. "Banana split, loh."
Dan akhirnya, demi banana split itu, Raina mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.
***
Tak lama kemudian, Raina sudah berada di sebuah cafe yang berada tak jauh dari sekolahnya, dengan seporsi banana split plus milkshake greentea yang berada di hadapannya.
Senyum nya terkembang lebar, hati nya ikut berbunga-bunga. Akhirnya, setelah beberapa hari ini Raina pengen makan banana split namun tak pernah punya waktu untuk datang kesini, akhirnya sekarang kesampaian juga. Oh ya, satu lagi. Raina memang sangat menyukai banana split buatan cafe ini, daripada cafe-cafe yang lain. Maka dari itu, dia rela mendem beberapa hari buat seporsi makanan yang sangat menggiurkan di matanya.
"Tuh, udah dapet kan, banana split nya," Ujar Alex. Cowok yang duduk di seberang Raina itu ikut senyum-senyum nggak jelas karena menyaksikan betapa bahagia nya wajah Raina sekarang ini.
"Iya, makasih--" Raina menghentikan ucapannya sejenak, menelan ludah, baru melanjutkan. "Babe."
Alex yang paling mentok nya dipanggil 'sayang' oleh Raina, semakin memperlebar senyum nya begitu cewek itu memanggilnya dengan sebutan 'babe' barusan. Yah ... walaupun harus dengan sogokan sepiring makanan sih.
"Sama-sama, Babe!"
Raina yang geli sendiri karena panggilan Alex barusan, akhirnya melajutkan kembali acara makannya yang tertunda. Namun, baru saja dia hendak menyuapkan ke mulutnya, suara seseorang menginterupsinya.
"Alex!" dan itu adalah suara seorang perempuan.
Beberapa detik kemudian, orang yang tadi menginterupsi acara makan Raina, sudah berdiri di dekat dua anak yang duduk di bangku bagian pinggir cafe itu.
Yang Raina ketahui, orang yang kini datang menghampiri bangku nya ini, adalah seorang penyanyi yang sedang naik daun.
"Babe, kenalin, ini temen aku, namanya Salma." Suara Alex membuyarkan bayangan persepsi Raina barusan. Membuat Raina memalingkan wajahnya ke arah Salma yang juga memandangnya dengan senyum lebar yang menghiasi wajah cantik nya.
Kedua nya sama-sama mengulurkan tangan untuk berkenalan. Membuat Alex tersenyum senang karena seperti biasa, pacarnya selalu ramah terhadap siapa saja. Baik orang yang sudah lama dikenalnya, maupun yang baru ditemuinya.
"Salma."
"Raina."
Senyum masih menghiasi wajah kedua perempuan itu ketika suara Alex menyela nya. "Kamu sendirian, Sal?"
"Nggak, aku sama Pacar aku." ucapan Salma barusan membuat Alex mengerutkan keningnya. "Lagi di toilet, sih."
Sepersekian detik kemudian, ekspresi itu sudah lenyap dari wajah Alex. Tergantikan oleh senyum lebar nya.
"Yaudah, aku duluan, ya!" Salma melambaikan tangannya sambil meringis kecil. "Sorry nih ya kalau jadi ganggu."
Dan perempuan itu pergi. Bersamaan dengan pergi nya keinginan Raina untuk melahap makanan pesanannya.
***
9 Oktober 2015