Raina baru saja keluar dari sebuah stand sambil membawa segelas minuman dingin. Dia berhenti di depan stand, lalu meminum minuman itu hingga tandas, dan membuang sampah gelas plastik itu ke dalam tempat sampah yang terletak tidak jauh dari tempatnya berada.
Setelah itu, dia tersenyum lega. Alasan pertama, penampilan biola dari klub nya sukses. Alasan kedua, karena rasa hausnya sudah teratasi.
Ya, hari ini merupakan acara puncak pentas seni dalam rangka merayakan HUT SMA Angkasa, sekolahnya. Beberapa klub yang ada di sekolahnya unjuk diri, termasuk klub nya. Dan acara ini tidak hanya diisi oleh berbagai klub dalam sekolah saja, namun juga mengundang penyanyi dalam negeri.
Seperti yang sekarang ini ditatap oleh Raina. Band beranggotakan dua orang cowok dan dua orang cewek itu sedang beraksi di atas panggung. Raina lagi-lagi tersenyum. Itu Band nya Alex.
Sebenarnya dia cukup kesal dengan panitia penyelenggara acara ini, kenapa yang tampil band nya Alex. Dia kan sudah terlalu sering melihatnya! Tapi, karena beberapa alasan, akhirnya band dengan nama Clarity itu lah yang jadi tampil di acara ini. Yasudahlah.
Walaupun dia cukup kecewa karena disaat-saat seperti ini, yang harusnya dia bersama pacarnya bisa menonton konser berdua layaknya teman-temannya yang lain, dia malah harus sendirian. Menonton pacarnya yang sekarang ini berada di panggung. Sedangkan dia hanya berada di lapangan, di antara ramainya penonton yang nggak Cuma anak-anak SMA Angkasa saja, namun juga orang dari luar sekolah.
Bahkan, dari pagi tadi dia datang ke sekolah, sampai sekarang sudah hampir sore hari, dia belum juga bisa menghampiri ataupun sekedar menyapa Alex. Sebelum pentas tadi, baik dia maupun Alex, sibuk dengan berbagai persiapan. Sedangkan saat dia sudah selesai tampil, dia juga tidak sempat menghampiri Alex karena dia sudah ngacir duluan ke stand yang ada di belakangnya ini, karena haus nggak ketulungan.
Harusnya, dia sudah harus terbiasa dengan hal ini, mengingat dia dan Alex sudah pacaran lebih dari satu tahun, sejak dia masih duduk di bangku SMP. Banyak yang tidak tahu memang, karena mereka memang sengaja menyembunyikan hal ini. Tapi nyatanya, semua ini tidak semudah yang dibayangkannya.
"Na!" Seseorang menepuk pundak Raina, membuat perempuan yang sedang melamun itu terlonjak kaget.
Raina menoleh ke arah seseorang yang barusan menepuk pundaknya, yang sekarang ini berdiri dengan sok ganteng nya di samping Raina. Siapa lagi kalau bukan abang nya, Arda. "Kagetin orang aja kerjaannya!" Raina menggeplak jengkel lengan Arda, membuat cowok itu meringis kecil.
"Galak banget sih." Arda mengarahkan pandangannya ke arah panggung besar yang berdiri di ujung lapangan tengah SMA Angkasa yang luas. "Pantes aja lo disini, ternyata ditinggal manggung si Alex."
Raina mendelik sebal. Dia hendak menggeplak kembali lengan cowok itu, namun Arda sudah lebih dulu mengelak. Membuat Raina bertambah sebal. "Lo sendiri, ngapain disini? Nggak kuliah?"
"Gue kan juga alumni sini, jadi nggakpapa dong kalo gue main ke sini." Arda mencebikkan bibirnya. "Lagian, please deh! Ini sabtu! Sabtu! Libur tau!"
"Oh iya deng!" Kini giliran Raina yang nyengir.
"Daripada lo nonton panas-panasan di sini, mending ke depan koridor kelas dua belas sana." Arda baru saja hendak menggeret Raina, namun cewek itu kembali menarik lengannya. "Kenapa lagi?"
"Nggak usah pake pegang-pegang tangan! Ntar jadi gosip!" Raina mendelik sewot. Memang, ketika seseorang menjadi populer di sekolah ini, hal sekecil apapun yang dikerjakannya akan menjadi bahan perbincangan semua murid.
Arda mendecak kesal, lalu mengalungkan tangannya di pundak Raina. "Berarti, kalau gini nggakpapa dong."
Raina memutar bola matanya, kesal. Lalu melanjutkan langkahnya berdampingan dengan Arda-si-tukang-ngeyel menuju depan koridor kelas dua belas.
Kadang, aku juga benci ketika berfikir mengapa kita tidak bisa seperti pasangan lainnya.
***
17 Oktober 2015