Gue baru sadar kalo sekarang malam minggu. Yaudah deh, anggap aja ini buat hadiah malam minggu.
Happy reading!
***
Matahari sudah hampir tenggelam ketika Raina menyusuri koridor sekolahnya yang mulai lengang. Acara peringatan HUT sekolahnya sudah selesai beberapa saat yang lalu, jadi wajar saja kalau sekarang hanya tersisa panitia penyelenggara acara tahunan ini yang kini sedang melakukan evaluasi sekaligus berbenah-benah.
Dia berhenti di sebuah ruangan di belakang panggung, lalu mengetuk pintu yang terbuka setengah itu dengan pelan. Beberapa orang yang ada di ruangan itu langsung menengok ke arahnya, mereka lantas tersenyum.
"Eh, Raina!" Seorang perempuan yang Raina kenal sebagai vokalis band Clarity itu melambaikan tangan ke arahnya. "Disamperin nyonya besar tuh, Lex!"
Raina hanya tertawa kecil mendengar ucapan perempuan yang memang suka ceplas ceplos dalam berbicara itu. Tak lama, seorang cowok keluar dari balik tirai yang dibentangkan di sudut ruangan, yang Raina yakini sebagai ruang ganti darurat.
Ia tersenyum, begitu juga dengan Raina.
"Hai!" Sapa Alex, begitu dia berhenti di hadapan Raina yang masih saja berdiri di ambang pintu. "Kok belum pulang?"
"Hai!" Raina menggigit bibir bawahnya. "Aku nungguin kamu."
Sedetik kemudian, Alex meringis perih. Pasalnya, dia lupa kalau semalam dia berjanji kalau akan pulang bareng Raina pada sore ini. Padahal, setelah ini dia masih ada urusan yang berkaitan dengan single baru band nya yang sebentar lagi akan dirilis.
"Ya Tuhan! Maaf, aku lupa!" Sejenak, Raina menghela nafas mendengarnya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Karena sedari tadi dia sudah menunggu Alex di tempat parkir, namun ia tak kunjung datang. Dan pada akhirnya, dia menuju ke tempat ini, dan benar saja semua yang dia pikirkan benar-benar terjadi. "Gimana kalau kamu pulang duluan aja? Habis ini aku masih ada urusan."
Raina menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk senyuman kecil yang semoga saja Alex tidak tahu kalau saat ini, dia kecewa. "Iya, gapapa. Aku pulang dulu, ya."
"Maaf ya." Alex mengusap kepala Raina dengan sayang, dia benar-benar lupa terhadap janjinya. "Kamu hati-hati ya."
Raina hanya mengangguk kecil. Dia lalu berbalik, kembali ke gerbang sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari tempat nya sekarang ini berpijak.
Entah sudah berapa kali hal ini terjadi. Raina sudah tidak pernah menghitungnya lagi. Yang dia ingat, hanya dia yang akan menunggu lama, dan Alex yang akan melupakannya. Selalu seperti itu.
Dalam diamnya, Raina tersenyum miris. Ada kalanya juga dia kecewa. Karena dia juga perempuan biasa. Namun mau bagaimana lagi. Jalannya sudah seperti ini. Mau tidak mau dia harus bisa menjalaninya.
Karena dia tau, bahwa cinta akan selalu menguatkannya.
***
17 Oktober 2015