Part 23

12.1K 905 4
                                    

Morning!

***

Raina yang baru saja turun dari taxi segera memasuki gerbang SMA Budi Luhur yang menjulang tinggi. Sekolah itu sudah sepi. Pedagang kecil yang biasanya berjualan di depan sekolah itu juga sudah tidak nampak. Maklum saja, jam pulang sekolah sudah berlalu sejak satu setengah jam lalu.

"Permisi, Pak. Anak futsal udah pada pulang atau belum, ya?" Tanya nya, begitu melihat seorang satpam sedang berdiri di depan pos satpam.

Laki-laki paruh baya itu tampak mengamati seragam Raina terlebih dahulu sebelum menjawab. "Oh belum, dek. Cari siapa?"

"Cari Bayu, Pak." Jawab Raina. Jujur. Walau dia tau kalau ini sekolah Salma, tapi gadis itu memang benar-benar berniat untuk menghampiri kakaknya. Bukan untuk melabrak cewek itu. Toh, ini juga sudah hampir malam. Kemungkinan cewek itu masih berada di sekolah pasti sangat kecil.

"Bayu yang tinggi itu ya?" Laki-laki itu mengangguk-angguk. "Kamu pacarnya?"

Raina gelagapan, Ya Tuhan, padahal gue baru aja putus kurang dari 2 X 24 jam yang lalu. Lah ini udah disangka punya pacar lagi. "Eh, nggak pak. Saya bukan pacarnya, saya adek nya."

"Oh ... Adeknya. Tunggu aja disana, daripada jauh-jauh jalan ke lapangannya." Laki-laki itu menunjuk sebuah bangku kayu yang berada di dekat tempat parkir.

Raina mengangguk. "Makasih, Pak." Dia lantas buru-buru melangkahkan kakinya ke bangku itu.

Setelah meletakkan kotak biola nya, Raina langsung menyandarkan punggung nya di sandaran bangku itu. Berniat untuk beristirahat sejenak. Pasalnya, setelah sekolah dari pagi sampe sore, dia masih harus ikut ekstra biola. Setelah itu, dia masih harus menghampiri kakak nya -Bayu- yang sekolah nya cukup jauh dari sekolahnya. Karena setelah ini, kedua nya akan bersama-sama pergi ke rumah Tante mereka yang akan mengadakan acara syukuran. Sesuai dengan permintaan Mama nya tadi pagi.

Harusnya, gue dibolehin nyetir sendiri. Biar kalo ada acara pergi-pergi kayak gini, gue bisa berangkat sendiri. Nggak harus nyamperin Bang Bayu mentang-mentang dia bawa motor, Batinnya sebal.

Sebenarnya, bukan Cuma itu saja yang membuatnya sebal, tapi juga tentang kenapa Abang nya sekolah disini? Ya bukan berarti sekolah ini nggak bagus, tapi ... hey! Seorang perusak hubungannya dengan Alex juga bersekolah disini. Dan mau nggak mau, kalo dia berada di sini, dia pasti ingat cewek itu. Dan rasanya sakit setengah mampus.

"Raina?" Karena keasikan ngedumel sendiri, Raina sampai nggak sadar kalau ada seorang laki-laki yang kini berdiri di hadapannya.

Reflek, perempuan itu langsung berdiri. Lumayan terkejut saat mendapati Axel berdiri di hadapannya. "Oh, hai!"

"Lo ... Ngapain disini?" Tanya cowok itu bingung. Dahinya berkerut, lumayan dalam.

"Gue lagi nunggu Bayu, abang gue." Ucapnya cepat-cepat, juga jelas. Dia tidak ingin abang nya itu dikira pacar nya lagi oleh orang lain. Apalagi ini Axel. Yang mungkin -kalau Raina sih yakin banget- ia sudah jadi mantannya Salma, yang sekarang jadi pacarnya Alex. Salah-salah nanti dia dikira playgirl karena dia-kan-baru-putus tapi kok udah punya pacar baru lagi.

"Lo sendiri?" Tanya Raina.

"Gue abis basket," Jawab Axel. Raina Cuma mengangguk-angguk sambil ber-"Ohh" ria.

Tak sengaja, pandangan Raina jatuh pada tangan kanan Axel. Telapak tangannya yang terbalut perban itu menarik perhatiannya. "Tangan lo ... kenapa?"

Raina dapat melihat raut kaget pada wajah Axel walau hanya sekejap. Menambah rasa penasaran di dalam benaknya. Kemarin, bibir Alex yang luka. Sekarang, tangannya si Axel. Dasar cowok!

"Eh ... tangan gue-"

Perkataan Axel belum selesai, namun seseorang menginterupsinya. "Na?"

Raina memalingkan wajahnya, mencari siapakah yang barusan memanggilnya. "Eh, abang!" Serunya ketika melihat Bayu berjalan ke arahnya.

Axel yang membelakangi tubuh Bayu, ikut menengok. Laki-laki itu tampak menghembuskan nafas lega. Dalam hati bersyukur karena Bayu datang di saat yang sangat tepat.

"Loh, kalian saling kenal?" Bayu menaikkan sebelah alisnya, penasaran.

"Temen gue." Ucap Axel dan Raina bersamaan. Dalam hati, keduanya sama-sama lega karena baik Axel maupun Raina tidak menjawab dengan jawaban yang aneh-aneh.

"Oh ... Gitu. Yaudah, ayo dek. Keburu malem." Ajak Bayu. Setelah berpamitan kepada Axel, keduanya pun beranjak menuju motor Bayu yang terparkir tidak jauh dari bangku tempat Raina duduk tadi.

Axel masih berdiri di sana. Memandang kepergian Bayu dan Raina. Setelah motor yang dikendarai Bayu itu melewati gerbang, laki-laki itu menghela nafas berat. Ia mengangkat tangan kanannya sebatas perut. Lalu dengan tangan kirinya, ia mengusap perban yang menutup luka di baliknya, Maafin gue, dek.

***

15 November 2015

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang