Semoga ini nggak najis-najis amat buat dibaca.
Happy reading!
***
Ini malam Sabtu. Seperti biasa, besok libur. Dan Axel hanya guling-guling nggak jelas di atas kasur, sambil sesekali melongok ponsel nya yang sepi nya sampai saingan sama tempat pemakaman umum.
Apalagi yang ia tunggu kalau bukan menanti pacar cantik nya itu menelfon!
Bahkan cuaca di luar sangat cerah. Namun untuk melangkahkan kaki nya keluar dari rumah--seperti biasa kebiasaannya kalau lagi weekend--terasa sangat berat.
Axel berguling ke kiri, membuat tubuhnya kini tertelungkup di antara tumpukan bantal-bantal yang sudah tidak jelas posisinya. Hampir seluruh tubuhnya tertutup bed cover bergambar tokoh kartun, Masha and The Bear.
Tenang, tenang! Ini semua nggak seperti yang kalian kira kok!
Hal ini berawal dari Axelda atau yang kerap disapa Xelda, adik perempuan satu-satu nya, yang sering tidur dengannya, ngotot meminta kasur kakak nya itu supaya diberi sprei bergambar tokoh kartun satu itu.
Jelas, Axel menolak. Namun gara-gara cowok itu lupa membelikan Xelda hadiah tepat pada hari ulang tahunnya, dan berakhir dengan anak umur 6 tahun itu ngambek parah, akhirnya dengan bujuk rayu orang seisi rumah, Xelda mau memaafkan Axel.
Tapi jangan lupakan syaratnya; kasurnya abang harus dipakein sprei gambarnya Masha!
Dan cerita pun berarkhir seperti ini.
Tragis.
I'm sick of picking the pieces
And second-guessing my reasons
Why you don't trust me
Why must we do this to one another?Ponsel Axel berbunyi. Menjeritkan lagu lawas milik Maroon5 yang ia khusus kan untuk seseorang. Seseorang yang sedari tadi ia nanti-nantikan.
Axel menggeser tombol hijau, namun tak kunjung ada suara dari seberang sana, walaupun Axel sudah menekan tombol loud speaker.
"Babe?"
"Hmm?" Axel mengernyit heran karena Salma tak kunjung berbicara. Ditambah lagi dengan bunyi krasak krusuk yang terdengar.
"Babe? Are you okay?"
"Hmm." Jawaban Salma barusan memperparah kebingungan Axel.
Apa jangan-jangan Salma sariawan, ya?
"Kamu nggak lagi sariawan kan?" Axel membalikkan badannya, sambil mematikan loud speaker di ponselnya lalu mendekatkan benda berwarna hitam itu ke telinga nya. "Atau kamu lagi sakit gigi?"
"Nggak."
"Kok tumben ngomong nya irit banget?" Asli, Axel jarang-jarang menemukan perempuan itu ngomong dengan irit. Paling kalo lagi sakit, atau nggak lagi laper.
"Abis makan, nggak dikasih minum daritadi. Seret." Axel melongo dramatis di depan ponsel yang didekatkan beberapa jengkal di depan wajahnya itu. Dia pikir Salma-nya kenapa-kenapa!
"Kenapa nggak ambil sendiri?"
"Nggak tau tempatnya."
Belum sempat Axel berkomentar, terdengar suara kasak-kusuk di seberang sana.
"Ma, mau minum?" Suara teriakan itu terdengar samar-samar di telinga Axel. Membuatnya mengernyitkan dahi. Kebiasaan.
"Sini cepet." Nah kalau ini Axel yakin suara Salma, walaupun sama-sama terdengar tidak jelas. Mungkin Salma menjauhkan ponsel nya.