Keributan terdengar dari kelas XII IPS 3. Kelas dari seorang penyanyi solo yang sedang naik daun, Salma Adrianna. Namun bukan keributan kecil seperti yang biasa perempuan itu timbulkan bersama pacar isengnya, Axel. Karena para siswa-siswi kelas itu yang biasanya malah ikut tertawa melihat pasangan itu ribut, kini terdiam ketakutan.
Walaupun pasangan yang berdiri di depan kelas itu terlihat diam, namun suasana terasa sangat mencekam. Tatapan tajam sang laki-laki dan tatapan perempuan itu yang seperti tertangkap basah mencuri sendal jepit, menarik perhatian seluruh siswa yang duduk ketakutan di bangku nya masing-masing. Rasanya seperti menonton bioskop secara live. Langsung ditampilkan oleh aktor dan aktris nya tanpa skenario dan tanpa proses editing.
"Bisa kamu jelasin semua ini?" Axel menyodorkan sebuah majalah ke hadapan Salma. Majalah yang ditunjukkan oleh teman sekelasnya pagi tadi. Melihat judulnya saja, sudah membuat Axel ingin menenggelamkan si pembuat berita itu ke dalam rawa-rawa. Bagaimana tidak? Apakah kamu masih akan tersenyum lebar ketika melihatnya foto pacarmu yang bergandengan tangandengan seorang laki-laki lain terpampang begitu besarnya di sampul sebuah majalah dengan judul,
'SANG PENYANYI SOLO, SALMA ADRIANNA, TERTANGKAP BASAH SEDANG JALAN BARENG GITARIS BAND CLARITY'
Namun setelah meredakan emosinya, ia sadar, kalau ia tidak boleh egois. Ia juga harus mendengarkan klarifikasi langsung dari Salma. Ia bukan pengecut yang akan meninggalkan pacarnya begitu saja tanpa mendengarkan penjelasannya.
Sesuatu di dalam hatinya menjerit memohon-mohon supaya Salma membantah gosip yang kini sedang ramai diperbincangkan itu. Ia tidak sanggup jika Salma benar-benar mengkhianatinya.
Salma menerima majalah itu dengan tangan gemetar. Ingin rasanya menyampaikan segala isi hatinya hanya dengan lewat tatapan mata saja. Namun hanya melihat mata elang yang terlihat dingin itu, dia merasa tidak sanggup. Kemana perginya mata elang yang biasa menatapnya dengan hangat itu? Ia singkirkan kemana?
"A ...aku...." Lidahnya kelu. Pikirannya terlalu terkejut untuk menerima ini semua. Karena semua nya terasa sangat cepat. Seperti ia baru saja berkedip, dan semua nya berubah secara drastis.
"Apa kamu nggak bisa menjelaskan?" Tanya Axel, lagi. Suara laki-laki itu terdengar sendu. Ingin rasanya Salma mendengar tawa riang laki-laki yang berada di hadapannya itu. Bukan mendengar suara sendu nya seperti ini.
"Apa semua ini benar?" Pertanyaan itu berlanjut. Yang dihadiahi sebuah anggukan dari Salma. Anggukan yang sangat tidak diharapkan oleh Axel. Namun apalagi yang ia harapkan sekarang ini? Semua jawabannya sudah jelas. Dan ia, jelas sangat kecewa.
Axel menarik majalah yang berada di genggaman tangan Salma. Memandang judul majalah itu, dan tersenyum masam. Setelahnya, ia merobek-robek benda itu. Di hadapan Salma. Tanpa peduli dengan pecahnya tangis perempuan itu. Lalu pergi begitu saja, setelah mengucapkan dua kata yang membuat Salma luruh di lantai yang terasa dingin menusuk tulangnya.
"Aku kecewa."
***
08 November 2015