Bunyi peluit panjang terdengar di penghujung sore yang mendung ini. Menandakan selesainya pertandingan basket antara SMA Budi Luhur dan SMA 55 yang barusan berlangsung.
Suasana gedung olahraga SMA Budi Luhur yang dipakai untuk bertanding itu masih terlihat ramai. Penonton yang mayoritas perempuan itu masih berada di tribun. Sibuk membicarakan perihal pertandingan basket tidak resmi yang barusan digelar. Atau bahkan ada yang malah sibuk memuji atau lebih tepatnya bergosip tentang pemain tim basket mereka yang kebanyakan memang good looking.
Sedang pemain SMA Budi Luhur yang berkumpul di salah satu sisi lapangan itu terlihat sedang melepas lelah. Beberapa pemain melepaskan rasa lelahnya sehabis bertanding dengan meluruskan kaki di lantai. Beberapa juga terlihat sibuk dengan minumannya masing-masing. Dan beberapa juga terlihat sedang membicarakan permainan tim lawan yang tampil sangat bagus walau ini cuma latihan. Yah walaupun akhirnya pertandingan dimenangkan oleh tim SMA Budi Luhur sih. Tapi tetap saja, permainan tim lawan tidak bisa dianggap enteng.
Lain hal nya dengan sang kapten yang sewaktu pertandingan tadi namanya banyak diteriakkan oleh para penonton. Sang kapten dengan paras rupawan itu memang duduk di bangku pemain bersama teman-temannya yang sibuk mengobrol. Namun sedari tadi, ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Tidak menyadari tentang apa yang sedang dibicarakan oleh teman-temannya itu.
Sesekali mata nya melongok ke daerah tribun, dimana banyak perempuan-perempuan yang menatapnya. Baik yang masih malu-malu, sampai yang terang-terangan. Tapi ia tidak peduli dengan para perempuan-perempuan itu. Karena sekarang dia sedang mencari seseorang. Yang biasanya akan duduk di barisan paling depan. Yang akan tersenyum dengan lebar. Dan yang akan meneriakkan namanya paling lantang, menyemangati dirinya.
Namun ia tidak menemukannya. Dan tidak mengetahui kemana perginya sosok yang tadi sudah berjanji akan menonton pertandingan ini. Pertandingan yang menurut Axel sangat penting. Karena dulu, tim nya pernah dikalahkan oleh tim SMA 55. Dan beberapa saat lalu, Axel sudah berjanji kepada Salma untuk mengalahkan tim itu. Dan sekarang, dia sudah menepati janjinya untuk memenangkan pertandingan. Tidak seperti Salma yang tidak terlihat batang hidungnya sama sekali.
"Bro!" Seseorang menepuk pundak Axel, membuatnya sadar dari lamunannya. "Balik nggak lo?"
Axel memandang sekelilingnya. Benar saja, para penonton sebagian besar sudah meninggalkan lapangan indoor itu, dan teman-temannya sudah berkemas-kemas. "Oh iya nih gue juga mau balik."
"Gue tau lo mikirin Salma yang hari ini nggak dateng!" Temannya itu tersenyum kecil. "Nggak usah khawatir, kali aja dia emang ada keperluan mendadak."
Axel tersenyum kecut. "Semoga aja."
"Jangan patah semangat gitu dong, mentang-mentang nggak ditonton cewek yang biasanya teriak paling kenceng aja!" Tambah temannya, mereka berdua mulai berjalan menuju pintu keluar.
"Lah, siapa bilang gue patah semangat?"
"Nah tuh muka lo asem abis, nggak usah ngelak deh!"
Axel hanya tertawa kecil, perih. Lalu berpamitan kepada temannya, menuju mobilnya yang terparkir di parkiran depan. Dan saat ia sedang membuka pintu, titik-titik air membasahi tubuhnya. Ia tetap berada di sana. Sambil kepalanya mendongak menatap langit sore yang mendung.
Bahkan langit tau bagaimana perasaannya saat ini.
***
05 November 2015