Part 16

12.4K 942 14
                                    

Disini hujan sih ya, jadi kebawa baper deh.

Happy reading!

***

Tetes-tetes air itu merambat turun mengaliri kaca bening yang menjadi dinding cafe. Raina memperhatikannya lamat-lamat. Ingin menyentuh butir air itu namun terhadang oleh kaca. Jadi dia hanya mengusapnya lewat kaca bening yang terasa dingin di permukaan kulitnya itu.

"Kak, ini pesanannya." Suara seorang pelayan membuyarkan fokusnya yang tertuju kepada air hujan. Dia menoleh, mendapati seorang pelayan yang baru saja meletakkan coklat panas di mejanya sedang tersenyum kepadanya. Dia ikut tersenyum. "Makasih."

Pelayan itu kembali meninggalkannya. Bersama dua gelas porselen yang berada di hadapannya. Salah satu nya sudah habis, dan satu nya lagi merupakan coklat panas yang baru saja diantarkan oleh pelayan itu barusan.

Coklat panas itu pesanannya yang kedua. Bukan karena dia haus, tapi karena dia perlu sesuatu untuk membunuh rasa bosan yang kini menderanya. Rasa bosan karena harus menunggu seseorang yang mengajaknya bertemu di tempat ini pada pukul 16.45. Sedangkan sekarang, jam tangan Raina sudah menunjukkan pukul 17.30. Dan orang itu belum juga datang.

Raina menghela nafas cemas. Dia takut terjadi apa-apa pada orang itu. Orang yang sangat dia sayangi. Orang yang sudah bersama dengannya sejak dia masih duduk di bangku SMP. Walaupun saat itu, orang itu sudah duduk di bangku kelas XI SMA, tapi kedua nya tidak mempermasalahkan hal itu. Dia dan orang itu tetap menjalani hubungan seperti pasangan normal lainnya. Orang itu adalah Alex, pacarnya.

Dia lalu mengedarkan pandangannya ke sepenjuru cafe yang sore ini tampak lengang. Hanya ada gerombolan perempuan yang sedang tertawa renyah yang entah membicarakan apa, beberapa pasangan yang terlihat sibuk mengobrol ataupun menyantap makanannya, dan seorang perempuan yang duduk sendirian di sudut cafe sambil membaca sebuah buku.

Petikan gitar terdengar. Seorang perempuan berambut sebahu nampak duduk di kursi tinggi yang ada di tengah panggung sambil memainkan gitar akustik. Raina memperhatikan perempuan itu lamat-lamat. Menebak-nebak lagu apa yang akan dinyanyikan oleh perempuan itu.

Well you only need the light when it's burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go

Only know you've been high when you're feeling low
Only hate the road when you're missin' home
Only know you love her when you let her go
And you let her go

Raina mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja seirama dengan nada lagu itu. Lagu yang sering dinyanyikan oleh kedua Abang nya, atau bahkan kadang mereka akan ber-duet menyanyikannya. Dan dia yang mau tak mau harus mendengarnya –karena kedua abangnya nyanyinya kaya lagi konser- jadi ikutan hafal liriknya.

Staring at the bottom of your glass
Hoping one day you'll make a dream last
But dreams come slow and they go so fast

You see her when you close your eyes
Maybe one day you'll understand why
Everything you touch surely dies

Tiba-tiba ponsel Raina bergetar, sebuah pesan diterima oleh ponselnya. Perempuan itu bergegas membukanya. Bibirnya melengkung ke atas melihat nama pengirimnya, Alex.

But you only need the light when it's burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go

Only know you've been high when you're feeling low
Only hate the road when you're missin' home
Only know you love her when you let her go

Namun senyum itu tak berlangsung lama. Senyum itu seketika tergantikan dengan ringisan perih. Bukan perih seperti saat seseorang jatuh dari sepeda dan kaki nya terluka lalu mengeluarkan darah. Namun seperti luka tak kasat mata yang menyayat hati.

Staring at the ceiling in the dark
Same old empty feeling in your heart
'Cause love comes slow and it goes so fast

Well you see her when you fall asleep
But never to touch and never to keep
'Cause you loved her too much
And you dived too deep

Bagaimana bisa dia tidak kecewa? Dia telah menunggu cukup lama di tempat ini. Dan tiba-tiba saja Alex mengiriminya pesan bahwa ia tidak bisa datang?

Well you only need the light when it's burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go

Only know you've been high when you're feeling low
Only hate the road when you're missin' home
Only know you love her when you let her go

Raina buru-buru mengeluarkan selembar uang lima puluhan. Meletakkannya di meja dengan sedikit kasar, lalu melangkahkan kakinya cepat-cepat keluar dari cafe.

And you let her go

Tapi langkahnya terhenti di pinggiran jalan depan cafe itu. Rintik hujan yang semakin lebat membasahi tubuhnya. Namun dia tidak peduli. Karena setidaknya, hujan selalu bisa menyembunyikan air matanya.

***

06 November 2015



StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang