Part 14

11.8K 979 33
                                    

Ini part paling pendek, jadi maaf aja. Minggu ini lagi banyak tugas, nggak punya waktu luang, bikin stres aja. Jadi sensi kan. So, maaf ya buat yang akhir-akhir ini jadi kena omelan gue hehe, ga maksud kok :v

Happy reading!

***

Tetes demi tetes air dari langit mulai berjatuhan. Membasahi tanah berembun di pinggiran koridor. Cipratan-cipratan air yang bercampur tanah mengotori sisi-sisi koridor yang berbatasan langsung dengan tanah.

Tapi Alex tetap berdiri di sana. Tak beranjak sedikitpun walau sepatunya sudah terkena cipratan air yang kotor. Tak mengeluh sedikitpun walau hembusan angin yang dingin menerpa tubuhnya yang hanya terbalut seragam sekolah. Dan tak peduli walau sedari tadi banyak pasang mata yang menatapnya.

Tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana terkepal rapat. Pandangannya lurus ke depan. Dingin, namun kosong. Pikirannya berkecamuk. Memikirkan kemungkinan apa yang akan didapatkannya setelah ini.

Ya, setelah ini. Karena sekarang ini dia sedang menunggu seseorang. Yang walau sudah ditunggu nya hingga kini jam menununjukkan pukul 06.53, dia belum juga datang.

Dia yang semalam terus menghubunginya, namun tidak diperdulikan olehnya.

"Kok disini?" Seseorang menyentuh lengannya dengan lembut, membuatnya membalikkan badan.

Manik coklat gelap itu bertemu dengan maniknya. Manik itu masih sama. Namun ada yang berbeda. Entah hilang kemana binar yang biasanya selalu menghiasi manik itu. Mata nya pun terlihat sedikit bengkak. Juga ada kantung mata yang mengitam, membuatnya terlihat menakutkan.

Sudah ia apakan gadisnya ini? Batinnya menjerit. Tidak tahan melihat wajah Raina yang terlihat sangat berantakan pagi ini.

"Maafin aku, Sayang." Alex mengulurkan tangannya, menyentuh kepala gadisnya itu dengan lembut.

"Buat apa?" Mata Raina terpejam sebentar sambil mengambil nafas, namun ia tidak menolak sentuhan Alex di kepalanya.

"Maaf semalem aku nggak angkat telfon kamu."

Raina tersenyum tipis mendengarnya. "Nggakpapa, aku tau kamu sibuk."

Alex menghela nafas panjang. Semudah ini gadisnya memaafkannya. Betapa dia sangat beruntung mempunyai perempuan yang sangat mengerti akan keadaannya.

Dan setelah semua ini, ia masih ingin membagi cintanya pada perempuan lain? Tega kah dirinya? Tega kah ia menyia-nyiakan gadisnya ini?

***

02 November 2015

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang