Yuhuuu akhirnya selesai juga cerita ini. Epilog menyusul ya teman!
Happy reading!
***
Raina kembali menggosokkan kedua telapak tangannya. Sore ini, angin bertiup kencang. Langit juga diselimuti oleh awan hitam yang cukup tebal. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
Raina terus melangkahkan kakinya di sepanjang koridor yang akan mengantarkannya menuju gerbang sekolah. Tempat itu sudah lengang. Karena sekarang sudah mendekati malam. Hari ini ada ekstra biola, jadi seperti biasa, Raina pulang telat. Dan dia sudah biasa akan hal ini.
Namun dia belum juga terbiasa dengan kepergian Alex. Rasanya seperti ada yang ganjil. Biasanya, dia tidak akan sendirian. Alex akan ada bersama dengannya. Dan laki-laki itu akan menggenggam erat tangannya. Menunjukkan kepada semua orang bahwa dia adalah miliknya.
Tapi itu hanya kenangan. Dan yang bisa Raina lakukan hanyalah mengingatnya. Hanya sebatas itu. Karena dia tau, bahwa sekeras apapun dia memohon agar bisa mengulang kembali kenangan itu, dia tidak akan pernah mendapatkannya.
Seseorang berdiri di depannya. Laki-laki itu tersenyum. Senyumnya mirip dengan senyum Alex-nya. Akhirnya Raina menyadarinya. Pantas saja dia seolah merasa pernah bertemu dengan laki-laki itu sewaktu mereka bertemu untuk yang pertama kali nya di supermarket kecil di dekat danau. Karena ternyata kedua orang itu adalah anak kembar. Walau wajahnya tidak mirip-mirip amat.
Keduanya berjalan beriringan menuju mobil laki-laki itu. Tidak ada percakapan di antara mereka. Yang ada hanyalah lagu yang mengalun lewat radio. Axel menyetir mobil nya dengan santai. Raina tidak tau laki-laki itu akan membawanya kemana. Tapi dia tidak peduli. Karena Raina percaya kalau laki-laki itu akan selalu menjaganya. Sesuai dengan perintah sang adik kembarnya.
Mobil terus melaju ke daerah atas. Raina tau karena jalanan yang dilewati nya sekarang mulai menanjak dan berkelok-kelok. Hari berganti malam. Dan langit berubah menjadi cerah. Tidak seperti perkiraannya kalau malam ini akan turun hujan.
Axel membelokkan mobilnya di sebuah rumah besar yang berada di pinggir jalan. Seorang satpam muncul dari balik gerbang. Laki-laki itu berbicara sebentar kepada Axel, lalu membukakan pintu gerbang rumah itu.
Mobil berhenti di carport. Axel langsung melepas sabuk pengamannya. Lalu meminta Raina untuk ikut turun bersama dengannya. Mereka berdua memasuki rumah. Suasana di dalamnya sangat sepi. Axel mengajaknya untuk ikut ke lantai dua. Raina hanya mengangguk. Lalu berjalan mengekori Axel. Rupanya laki-laki itu menuju ke balkon yang berhubungan dengan ruang keluarga.
"Ini villa bokap gue. Gue sering dateng ke sini." Axel membuka pembicaraan. Laki-laki itu duduk di ayunan rotan, bersebelahan dengan Raina yang masih memandang takjub kerlap-kerlip lampu kota yang sekarang ada di hadapannya.
"Ini keren banget, Xel." Raina menatap Axel dengan matanya yang berbinar-binar. Axel tersenyum geli. Tapi juga bahagia. Karena bisa melihat perempuan itu tersenyum.
"Gue tau elo pengen ngomong, jadi gue bawa lo ke sini."
Binar di mata Raina menghilang. Perempuan itu kembali fokus dengan tujuannya. Ya, tujuannya. Karena dia yang meminta Axel untuk menemui dirinya. Untuk mengungkapkan kehendaknya.
Raina mengarahkan pandangannya ke hamparan lampu kota yang ada di hadapannya, tidak berani menatap mata tajam Axel. "Gue tau ... Kalo lo punya Salma. Dan lo pasti sayang banget sama dia."
Axel berdiri dari duduknya. Bersandar pada tralis yang ada di pinggiran balkon. Dan Raina kembali melanjutkan ucapannya. "Kadang gue ngerasa iri sama lo, Xel. Lo masih bisa berada di sisi Salma. Tapi gue nggak."
"Tapi gue nggak mau jadi orang egois. Gue masih terlalu sayang sama Alex. Gue nggak mau jadiin lo sekedar pelampiasan. Gue nggak mau ambil kebahagiaan lo. Lo berhak ngejar kebahagiaan lo. Ngejagain gue nggak harus dengan lo jadi pacar gue. Lo bisa jadi kakak gue.
"Dapetin lagi cinta nya Salma. Gue yakin lo pasti bisa."
Raina ikut berdiri dari duduknya. Bersandar di sebelah Axel. Menatap ribuan lampu yang bertaburan di bawah sana. Membiarkan angin malam menerpa wajahnya. Lalu mengalihkan pandangannya pada Axel. Laki-laki itu juga menatapnya.
"Biarkan kita bertahan dengan cara masing-masing."
***
21 November 2015