Raina tidak tau apa yang membawa nya kemari. Tau-tau, dia sudah berada di depan ruangan yang minggu lalu ia kunjungi. Dengan sebuket bunga mawar berada di genggamannya. Tapi dia tidak melanjutkan langkahnya. Hanya berdiri terdiam di depan jendela kaca yang tirai nya sedikit terbuka. Menampakkan dua orang manusia yang ada di dalamnya. Seorang perempuan yang masih saja tertidur lelap, dan seorang laki-laki yang terduduk di samping nya.
Sayup-sayup, Raina mendengar suara dari mulut laki-laki itu. Itu suara nyanyian. Raina tau, itu bukan nyanyian biasa. Karena di dalamnya, ada banyak harapan yang disampaikan.
Beruntunglah laki-laki itu. Setidaknya ia masih bisa memohon kepada gadisnya untuk tetap bertahan, memperjuangkan hidupnya. Menemani di setiap detik perjuangan perempuan itu. Tidak seperti dirinya. Karena Alex telah pergi meninggalkannya sebelum dia sempat meminta laki-laki itu untuk tetap tinggal.
Raina mengeratkan genggamannya pada buket buka mawar yang dibawanya. Melihat pemandangan di depannya itu, membuatnya kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Kejadian yang membuatnya sedikit menjauhi laki-laki yang ada di dalam ruangan itu.
"Dia brengsek banget, Na. Dia minta gue buat gantiin posisi dia di hidup lo. Seperti sebelum dia berpaling ke Salma."
Raina membelalakkan matanya. Seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Axel barusan. "Lo ... pasti bercanda, kan?"
Axel tersenyum getir. Pandangannya lurus ke depan. Dingin, juga kosong. "Gue juga berharap kalo ini Cuma candaan nya si Alex."
Raina menggelengkan kepalanya, tidak percaya. Apa-apaan ini?
"Dulu, Alex pernah hampir pacaran sama Salma. Tapi tiba-tiba Alex ninggalin Salma begitu aja. Dan malah pacaran sama lo." Axel menghela nafas sejenak. "Tapi dia bego, Na. Setelah dapetin elo, dia kembali lagi ke Salma. Ngerebut apa yang gue punya."
Nada itu terdengar menyedihkan. Dengan telapak tangannya, Raina menutup wajahnya. Menyembunyikan luka yang lagi-lagi datang. Menyembunyikan air mata yang perlahan turun.
"Dan dia nyuruh gue buat gantiin posisi dia."
Raina ingin menjerit sekeras mungkin. Meneriakkan kepada dunia bahwa semua ini pasti hanya mimpi. Dan nanti saat dia terbangun, semua nya akan baik-baik saja. Semuanya menjadi seperti semula.
"Tapi gue punya Salma, Na. Gue masih sayang sama dia."
Ya. Sekarang Raina tau. Bahwa laki-laki itu memang masih menyayangi gadisnya. Keadaan di dalam ruangan itu menunjukkan kalau laki-laki itu tidak berbohong atas apa yang ia ucapkan.
Mata itu terbuka. Hati Raina tersentak. Ada sedikit rasa iri yang muncul di hatinya. Tapi tak lama, senyumnya mengembang. Sekarang dia tau apa yang harus dilakukannya.
***
21 November 2015