Sikap diam Olivia mengganggu Richard. Sejak pembicaraan mereka tadi malam tentang surat perjanjian itu, Richard menemukan Olivia yang murung pagi ini. Bahkan sejak tadi yang di lakukan Olivia hanya mengorak arik bacon di atas roti panggangnya.
"Pagi, Mr. William." Alex menyapa setelah berdiri tidak jauh dari mereka.
"Pagi." Jawab William.
"Pagi, Mr. Sinclaire."
Richard melirik Olivia yang tersenyum tipis pada Alex namun senyumannya menyurut ketika matanya jatuh menatap map coklat di tangan Alex. Dia kembali menunduk, menatap piringnya yang berantakan dengan tatapan murung.
Jadi karena itu, batin Richard mengerang.
"Tuan, saya sudah menyiapkan surat..." intrupsi Alex terhenti saat Richard tiba-tiba saja berdiri sambil membersihkan sekitar bibirnya.
"Buang saja surat itu, aku tidak membutuhkannya lagi." Richard berujar dingin.
Olivia menautkan kedua alisnya. Dia tahu betul Alex ingin mengatakan surat perjanjian, dan tadi malam Richard sendiri yang bilang kalau pagi ini mereka akan menandatanganinya lalu mengapa sekarang...
"Ya, Tuan, saya mengerti." Alex bukanlah anak buah yang suka membantah. Jadi apa pun yang di perintahkan Richard akan selalu dia laksanakan.
Sambil membenahi pakaiannya Richard berujar. "Aku akan pulang untuk menjemputmu makan siang, selama aku tidak ada kau bebas melakukan apapun." Senyuman Olivia sudah ingin mengembang namun saat Richard menoleh padanya dan mengucapkan dengan nada tegas, "tetapi hanya di rumah saja. Jangan keluar tanpa aku, mengerti?"
Ya, tuan pemarah.
Richard tidak mau bersusah payah menunggu jawaban Olivia karena Olivia harus menjawab Ya. Dia mulai bergegas, namun baru saja berjalan beberapa langkah, Olivia memanggilnya.
"Rich..."
Richard berbalik dan menatapnya. Olivia tersenyum manis, sangat manis sampai Richard merasa dadanya menghangat, sebuah perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Sama seperti ketika dia merasa terganggu dengan wajah muram Olivia pagi ini.
"Terima kasih... untuk... semuanya." Ucap Olivia terbata.
Richard menghela napas pendek, melirik Alex untuk memberitahunya sesuatu. Alex mengerti dan segera melangkah pergi. Kemudian dia menghampiri Olivia yang masih duduk di tempatnya semula.
"Olivia, dengar..." bisiknya. Tubuhnya sedikit menunduk agar dia dapat memerhatikan wajah Olivia dengan lekat. "Aku tidak suka wajah murungmu, aku lebih senang melihat wajahmu yang seperti biasanya. Jadi... jika ada yang mengganggumu, entah itu karena aku atau apapun, cukup katakan saja, dan jika hal itu masih tidak melanggar aturan hidupku, maka aku akan mengabulkan apa pun yang kau mau. Kau dengar aku?"
Mata Olivia mengerjap beberapa kali ketika dia merasa matanya mulai berkaca-kaya. "Ya..."
"Jadi tidak ada lagi wajah murungmu?"
"Tidak ada."
"Promise me?"
"I'm promise."
"Good."
Richard mengecup dahi Olivia sekali sebelum memeluk Olivia dan menyandarkan wajah gadis itu di sekitar perutnya. Dia merasakan tangan Olivia yang membalas pelukannya erat.
"Habiskan sarapanmu. Aku tidak mau mendengar laporan dari philip kalau kau menyisakan sarapanmu." Bisiknya lagi.
"Oke." Olivia melepaskan pelukan mereka. Lalu dia memandang bagian pakaian Richard yang sedikit kusut karena pelukan mereka, tangannya terulur untuk membenarkan letak tatanannya. "Sayang sekali harus kusut karena pelukanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistresses
RomanceSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di dreame. Mencintai kegelapan adalah hal yang mustahil di lakukan oleh wanita. Tetapi tidak dengan Olivia. Karena kegelapan memang telah menjadi teman hidupnya sejak lama.