Chapter Twenty Five

5.9K 394 22
                                    

Adam dan Olivia membutuhkan waktu kurang dari satu bulan untuk mewujudkan rencana mereka. Dari mulai mencari lokasi strategis, mendesain Coffee Shop, belanja keperluan Coffee Shop dan masih banyak lagi. Olivia dan Adam terjun langsung untuk mengurus bisnis mereka ini.

Adam juga meminta beberapa temannya untuk membantu dan mematuhi permintaan Olivia agar tidak meminta bantuan pada keluarganya.

Olivia bahkan tidak percaya kalau Adam yang sering terlihat konyol ternyata bisa bersikap serius saat mereka menjalankan rencana besar mereka ini.

Dan disanalah mereka sekarang, berdiri dengan para karyawan yang berjumlah lima orang dan bekerja di Coffee Shop bernamakan Friends Coffe. Menunggu pelanggan pertama dihari pertama mereka membuka Coffe Shop itu.

Adam dan Olivia berdiri didepan meja bar dengan gelisah. Menatap kearah pintu kaca yang tertutup dan terlihat sepi didepannya. Adam ingin tersenyum pada Olivia untuk mengurangi kegelisahan wanita itu, tapi dia tidak bisa karena saat ini dia bahkan lebih gelisah dari pada Oivia.

"Bos?" panggil Gelard, seorang barista yang dipekerjaan Adam disana.

"Ya?"

"Sudah satu jam kita berdiri disini tapi belum ada satu pelangganpun yang muncul."

Adam mendelik padanya. "Aku tahu! Kau tidak perlu mengatakannya lagi padaku."

Olivia memejamkan matanya dan menghembuskan napas panjang. Dugaannya benar. Semua ini tidak akan berhasil. "Adam, biarkan mereka duduk untuk istirahat. Gerald benar, kita sudah terlalu lama berdiri disini seperti orang bodoh."

Nada suara Olivia terdengar pesimis. Namun Adam tidak mampu untuk mengubahnya pada saat dia juga merasakan hal serupa. Lalu saat Olivia memutar tubuhnya untuk beranjak pergi dibawah tatapan sendu Adam, tiba-tiba saja terdengar suara Clara memekik.

"Ada yang datang!"

Olivia dan Adam terkesiap dan menoleh bersamaan kearah pintu. Kedua mata mereka membulat saat Laura masuk kesana dengan senyuman cerah yang mengembang dibibirnya. Dan Laura tidak sendirian. Dia membawa dua puluh orang wanita yang terlihat sama berkelasnya dengannya.

"Hai, guys!" Laura melambaikan tangan sebelum menghampiri mereka.

"Laura..." gumam Adam dengan mata yang masih membulat. "Kau..."

"Yup! Sudah kukatakan, Adam, aku lebih pintar berbisnis dari pada kau yang dengan sombongnya menolak bantuanku." Laura menepuk tangannya sekali. "Nah, kali ini aku tidak peduli dengan penolakan kalian semua karena setelah ini kalian akan bersujud dan berterima kasih padaku." Laura menjentikkan jarinya beberapa kali kearah para pelayan. "Cepat layani tamu kalian, tunggu apa lagi? Kepuasan pelanggan adalah yang paling utama. Dan kalian hanya punya tiga kali kesempatan atas kritikan mereka sebelum kalian dipecat."

Dengan sigap para pelayan dan karyawan lainnya bergegas mengambil pekerjaan mereka masing-masing. Laura terkekeh senang melihatnya.

"Kalau kalian berdua masih tidak mengerti kenapa aku membawa teman-temanku kemari, biar aku jelaskan." Laura merangkul Adam dan Olivia. "Lihat mereka. Mereka semua adalah sosialita yang berpengaruh. Apa lagi disosial media. Jadi, aku menggunakan mereka untuk mempromosikan bisnis kalian ini. Percayalah, setelah ini akan lebih banyak tamu yang datang."

Adam mengangakan mulutnya. "Kau luar biasa, Laura! Kau memang kakakku yang luar biasa!"

Laura menghadiahi jitakan kuat dikepala Adam yang langsung mengaduh sakit. "Dikatakan oleh lelaki ingusan yang sombong saat menolak bantuan kakaknya." Cibir Laura. "Dan kau Olivia, tugasmu tetap memastikan semua pekerja kalian melayani semua tamu dengan baik. pastikan makanan dan minuman disini layak untuk dicoba oleh pelanggan lebih dari satu kali. Mengerti?"

MistressesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang