Olivia sedang berada diruang kerja Richard. Ada sebuah Novel ditangannya. Olivia memang merasa tempat itu sangat nyaman dan cocok dipakai saat dia sedang ingin berkonsentrasi membaca novel yang telah dia beli. Ada sebuah sofa yang bisa membuatnya duduk setengah berbaring disana. Diatasnya ada sebuah lampu gantung yang membantu matanya tidak akan rusak kalau-kalau dia keasyikan membaca seharian penuh.
Dan saat ini, Olivia tiba-tiba saja menutup novelnya hingga mengeluarkan sebuah bunyi. Dia duduk dengan tegak, kedua matanya mengerjap, lalu cepat-cepat meraih ponselnya untuk memastikan sesuatu.
Setelah merasa apa yang dia pikirkan memang benar, dia kembali menyandarkan punggungnya. Tangannya mengelus dagunya sementara giginya menggigiti bibir bawahnya. Dia berdebar, membayangkan sesuatu yang selama ini belum pernah dia lakukan sebelumnya. Kalau dulu rasanya dia belum siap dan tidak rela, tapi entah kenapa kali ini dia justru sangat menginginkannya.
Mungkin karena kebersamaan mereka akhir-akhir ini yang membuatnya merasa tidak ada salahnya mencoba. Bahkan saat ini Olivia merasakan pipinya merona hanya dengan membayangkannya. Olivia menggelengkan kepalanya dan menarik napas panjang. Kemudian mengambil ponselnya lagi untuk menghubungi Richard.
"Hei. Kau sibuk?"
Hm. Sebentar lagi ada rapat penting. Ada apa?
Olivia menggigiti bibirnya ragu. "Hm... aku hanya ingin memberitahu kalau hari ini..." dia sengaja menggantung ucapannya hingga membuat Richard berdecak tidak sabar disana. "Hari ini adalah hari kesepuluh setelah kita menemui Rachel di rumah sakit."
Olivia menunggu jawaban Richard dengan dada berdebar.
"Rich?"
Bersiaplah. Alex akan menjemputmu.
"Tapi bagaimana dengan rapatnya?"
Sekarang, Olivia.
Kemudian sambungan telepon terputus dan Olivia tersenyum lebar. Dia mencampakkan Novelnya begitu saja dan beranjak pergi untuk mempersiapkan dirinya.
Sepuluh menit setelahnya, Alex sudah menjemput Olivia. Awalnya Olivia pikir Alex akan membawanya kesebuah hotel dimana Richard sudah berada disana, tapi saat Alex membukakan pintu untuknya didepan sebuah kantor yang Olivia yakini adalah milik Richard, wanita itu menatap Alex dengan wajah horor. "Kau yakin dia menyuruhku kemari?"
"Mr. William sudah menunggu anda diruangannya." Jawab Alex, seperti biasa, datar dan juga berwibawa.
Dan disanalah Olivia, berjalan dengan wajah gugup menuju ruangan Richard. Untung saja pilihan bajunya tidak terlalu seksi. Hanya sebuah mini dres yang cukup sopan, menurutnya. Tapi meski begitu, Olivia tidak bisa menutupi rasa malunya saat beberapa orang yang berada dilantai yang sama dimana Richard berada mulai berbisik membicarakannya.
Alex membukakan pintu untuk Olivia, dan wanita itu masuk dengan canggung. Olivia melihat Richard duduk dibangkunya. Kedua mata tajam pria itu memandanginya, dan membuat tubuh Olivia gemetar.
"Katakan pada sekretarisku untuk mengundur waktu rapat sampai satu jam kedepan. Dan aku tidak mau diganggu sampai saat itu."
"Ya, Sir." Jawab Alex singkat kemudian segera pergi meninggalkan mereka berdua.
Olivia berdehem pelan, melangkah pelan menghampiri Richard. "Kupikir tadinya kau akan membawaku ke hotel."
"Aku tidak punya banyak waktu." Suara Richard terdengar serak.
Olivia menarik napasnya saat melihat Richard berdiri untuk menyambutnya. "Tapi... tidakkah menurutmu disini terlalu..."
Richard menghentikan omong kosong Olivia dengan cara menarik tengkuknya dan melumat bibirnya habis-habisan. "Kau tahu sudah berapa lama aku menantikan ini, kan?" desahnya disela-sela lumatannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/12845190-288-k367793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistresses
RomanceSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di dreame. Mencintai kegelapan adalah hal yang mustahil di lakukan oleh wanita. Tetapi tidak dengan Olivia. Karena kegelapan memang telah menjadi teman hidupnya sejak lama.