Chapter Nine

11.1K 502 48
                                    

"Helena sedang kacau. Liam selingkuh dibelakangnya. Kemarin aku menenangkannya sepanjang malam. Maaf tidak memberimu kabar." Mereka berbaring saling berhadapan diatas sofa diruang tamu. Sambil memeluk tubuh Olivia dan mengelus lengan gadis itu, Richard mulai menjelaskan alasannya meninggalkan Olivia kemarin.

Sebenarnya Richard tidak harus melakukannya. Bukan tabiat Richard untuk menjelaskan apa yang menjadi urusannya kepada orang lain yang tidak bersangkutan. Tapi entah kenapa dia merasa harus.

Olivia sendiri mati-matian menahan rasa penasarannya untuk mencaritahu lebih banyak. Mungkin kalau saja dia bertanya, Richard akan menjelaskan. Tapi tidak, Olivia tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Richard memang sudah meminta maaf, tapi Olivia juga sudah bertkad untuk membangun sekat yang memang tidak boleh dia lalui atau dia akan hancur seperti kemarin.

"Kau mendengarkanku?" bisik Richard, dia mengurai pelukannya demi melihat wajah Olivia, takut kalau-kalau ternyata Olivia tertidur.

"Hm..." gumam Olivia seadanya. Dia membuka kedua matanya, menatap langsung dikedua mata Richard. Ada kehangatan yang terpancar yang mampu membuatnya terlena. Tapi dia cepat-cepat mengerjap untuk menyadarkan dirinya. Dia melirik kearah jam dinding, sudah pukul sembilan malam. "Kau belum mandi." Ujarnya.

Bibir Richard tertarik sedikit keatas. "Mau mandi bersamaku?"

Olivia menggelengkan kepalanya sambil mencebik. "Aku sudah mandi. Mandi sana, nanti aku siapkan..." Olivia menggigit pipi bagian dalamnya sementara Richard sudah menatapnya dngan satu alis terangkat. "Maksudku... mau aku siapkan baju tidurmu?"

"Memang selama ini begitu, kan? Kau selalu menyiapkannya untukku."

"Hm. Oke."

Olivia melepas pelukannya, dia beranjak dari kenyamanan yang diberikan Richard lewat pelukan dan bergegas pergi kekamar untuk menyiapkan pakaian Richard. Tapi dering ponselnya yang terdengar membuat dia mengurungkan niatnya. Menemukan ada nama Angela diponselnya, seketika Olivia mengangkat panggilan itu.

"Ya, An? Kau baik-baik saja, kan?" tanya Olivia cemas.

Ck, apa aku hanya boleh meneleponmu saat aku sedang tidak bak-baik saja?

Olivia tersenyum lega disertai kekehan kecilnya. "Maaf. Aku hanya mencemaskanmu, An."

Ck, lupakan. Aku hanya mau bilang padamu kalau aku sudah memulai kegiatanku dikampus.

"Oh ya?! Lalu bagaimana? Kau menyukai kampusnya? Sudah mendapat banyak teman, huh? Apa saja yang sudah kau lakukan hari ini disana, An?"

Hei... tanyakan satu persatu padaku. Aku cemas kau akan kehabisan napas karena bertanya sebanyak itu, ck.

Olivia menyengir lebar. "Maaf, aku sangat senang mendengar kau akhirnya bisa masuk ke Universitas."

Yeah... ini semua berkat kau dan juga kekasih misteriusmu itu. Omong-omong, sampaikan terima kasihku padanya, ya.

"Iya, nanti akan kusampaikan."

Oh iya, bagaimana kabarmu? Ck, kau sepertinya sangat bahagia disana sampai lupa mengabariku. Kalau saja aku tidak meneleponmu, kau pasti tidak akan pernah meneleponku.

"Aku baik, An."

Olivia tidak mendengarkan suara Angela lagi setelah itu. dia baru saja ingin memastikan apakah adiknya memang sudah memutuskan panggilannya atau belum, namun ternyata Angela kembali bersuara.

MistressesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang