Setelah menemui Helena, Olivia tidak lebih baik dari sebelumnya. Dia bahkan hampir tidak bisa berpikir sedikitpun. Semua yang dikatakan Helena bagaikan pembenaran dari segala pertanyaan yang selama ini bersarang dikepalanya.
Richard jelas masih mencintai Helena. Sedangkan Olivia malah mencintai pria yang tidak akan pernah bisa mencintainya.
Olivia tersenyum kecut. Rasanya memalukan saat tadi dia marah pada Richard seolah-olah dia adalah seorang kekasih yang berhak melakukan itu pada Richard. Seharusnya dia tidak mudah jatuh cinta pada pria itu. Seharusnya dia bekerja saja seperti biasa, memuaskan tuannya dan mengambil uang yang diberikan padanya.
Saat tangannya berhasil menyentuh knop pintu, isak tangis Olivia tidak lagi bisa terbendung. Dia bahkan sampai menyandarkan dahinya di pintu selagi terisak.
Kenyataan bahwa bagi Richard dirinya sama seperti semua pelacur yang pernah tidur dengannya membuat Olivia merasa hancur. Olivia pikir dia berbeda, Olivia pikir dirinya spesial bagi pria itu.
Menggigit bibir bawahnya perih, Olivia mendorong pintu itu hingga terbuka. Kakinya melangkah lunglai. Kepalanya berdenyut sakit karena selain lelah menangis, sejak siang tadi dia belum memakan apapun. Hanya segelas latte yang mengisi perutnya. Saat bertemu dengan Helena pun dia tidak berselera menyentuh makanannya.
Olivia menyeka air mata diwajah sambil menahan isakannya. Kakinya terus melangkah menuju kamarnya meski gontai. Hingga ketika pintu kamarnya terbuka dan memerlihatkan wajah cemas Richard yang menyambutnya, tangisannya yang tadi mulai mereda kembali terdengar pilu.
"Olivia..."
Kedua kaki Olivia melangkah begitu saja, berhampur kedalam pelukan Richard. Padahal jelas-jelas dia sudah mengetahui semuanya dan sadar kalau dirinya hanyalah alat pemuas nafsu dan pelampiasan Richard atas masa lalunya.
Tapi dengan tidak tahu malunya Olivia malah semakin memperjelas semuanya dengan isak tangisanya.
"Aku mencintaimu... aku mencintaimu, Rich..."
Richard yang masih belum sadar dari keterkejutannya setelah menemukan Olivia yang dia pikir kembali menghilang saat dia pulang kerumah hanya bisa terdiam kaku. Tangannya yang semula ingin membalas rengkuhan Olivia menggantung diudara.
"Aku tahu aku tidak pantas untukmu. Aku hanya lah seorang pelacur. Tapi aku tidak bisa menahan perasaanku padamu... aku... aku tidak peduli kalau aku hanyalah alat pemuas nafsu bagimu, aku tidak peduli kalau ternyata kau hanya menjadikanku pelampiasamu. Aku tidak peduli..."
Olivia memeluk leher Richard seerat yang dia bisa, menenggelamkan wajahnya diatas dada pria itu yang beralaskan kemeja biru. Dia tidak peduli raungannya akan memenuhi seisi rumah. Sungguh Olivia hanya ingin mengeluarkan semua yang terasa menyesak dihatinya.
Sedangkan Richard yang mendengar semua ucapan Olivia mulai tersentak. "Olivia apa yang kau katakan? Hei... lihat aku, Olivia." Kedua tangannya yang menyentuh wajah Olivia berusaha menarik wajah wanita itu namun Olivia menolaknya.
"Kau tidak perlu membalas perasaanku, Rich. Karena yang kubutuhkannya hanyalah kau yang terus berada disisiku..."
"Olivia..."
"Biarkan aku lebih lama lagi bersamamu. Biarkan aku lebih lama lagi merasa dicintai olehmu. Kau bisa terus menjadikanku sebagai pemuas nafsumu sampai kapapun. Tapi tolong, jangan tinggalkan aku."
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Olivia! Omong kosong apa yang kau katakan?!" dengan sekali sentakan, Richard menarik kedua lengan Olivia dan melepaskan pelukan mereka. Dipandanginya wajah Olivia yang bersimbah air mata. "Tidak sekalipun aku pernah berpikir akan meninggalkanmu. Demi Tuhan, itu tidak akan pernah terjadi."
![](https://img.wattpad.com/cover/12845190-288-k367793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistresses
RomanceSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di dreame. Mencintai kegelapan adalah hal yang mustahil di lakukan oleh wanita. Tetapi tidak dengan Olivia. Karena kegelapan memang telah menjadi teman hidupnya sejak lama.