Olivia berada disebuah Coffe Shop. Memesan secangkir Latte sebagai teman disaat dia sedang sibuk mencaritahu berbagai hal mengenai Richard William melalui ponselnya. Lima bulan hidup bersama, yang Olivia ketahui tentang Richard masih terlalu sedikit. Dia memang mengetahui banyak hal mengenai urusan sex pria itu, tapi urusan kehidupan pribadinya, Olivia masih terlalu buta.
Dan apa yang baru saja dia temukan tadi, membuatnya merasa ingin tahu lebih banyak.
Sudah hampir setengah jam dia berlesancar di Google untuk mencaritahu latar belakang kehidupan Richard. Yeah, Richard William, dua puluh sembilan tahun, pengusaha sukses sejak umur dua puluh dua tahun. Dia yatim piatu. Dan segala hal membanggakan mengenai prestasinya.
Hanya itu. Tidak ada sedikitpun yang menjelaskan tentang dengan siapa saja dia berkencan. Bahkan headline tentang mereka yang kemarin sempat membuat mereka bersitegangpun sudah lenyap. Padahal Olivia melihat wajah mereka dengan jelas di Koran.
Olivia mengusap dagunya gusar. Merasa ada suatu hal yang terjadi dan dirahasiakan oleh Richard. Dan tentang foto janin itu... astaga... rasanya Olivia akan gila memikirkan semua kemungkinan itu.
Olivia meraih Lattenya, meneguk beberapa kali, berharap rasa Latte yang dia sukai bisa membantunya meringankan semua pikiran buruknya.
"Mis... Sinclair?"
Olivia melirik melalui sudut matanya. "Adam?"
Adam, pemuda yang pernah dia temui sebanyak dua kali itu tersenyum lebar padanya. Adam menyapanya seolah-olah mereka adalah teman, dan hei, jangan lupakan senyuman bocahnya yang manis.
"Ah, aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Miss." Ujar Adam.
"Olivia, Adam. Panggil saja aku Olivia." Olivia memerlihatkan senyuman ramahnya. "Kau sendirian?"
"Ya. Kau?"
"Tidak. Karena sekarang aku punya teman mengobrol yang menyenangkan." Olivia menganggukkan kepalanya kearah kursi didepannya. "Duduklah."
"Oke!" Adam duduk didepan Olivia, kemudian memesan minumannya. "Kemana Mr. William?"
"Dia tidak harus berada bersamaku disetiap saat, Adam."
"Benarkah? Tapi Diana, my sister, dia bilang beberapa bulan lalu dia melihatmu bersama Richard disebuah pesta. Richard bilang kalian berkencan."
"Hm, ya. Kami memang datang kepesta itu."
"Pacarmu memang sialan, Olivia. Dia memukulku karena aku memberitahu wartawan itu kalau kalian berkencan. Seolah-olah tidak boleh ada orang yang tahu. Tapi dia sendiri yang malah memberitahu semua orang." Adam merengut lucu. Rasanya Olivia ingin mengelus kepalanya. Ck, kenapa dia tidak punya satu yang seperti ini sebagai saudara.
"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Olivia.
"Tentu."
"Berapa umurmu?"
"Sembilan belas."
"Oh my God."
"Kenapa?"
"Kau terlihat lebih muda dari umurmu."
"Oh, please. Aku sudah dewasa! Aku menyimpan banyak majalah dewasa dikamarku."
Olivia tertawa melihat bola mata Adam yang berputar malas dan kekanakan. "Dan kau pikir kedewasaan bisa diukur dengan berapa banyak majalah dewasa yang kau simpan, huh?"
"Tidak. Ekhm, ini rahasia, ya." Adam memajukan tubuhnya, dan Olivia dengan bodohnya melakukan hal serupa. Pria itu berbisik pelan. "Aku sudah pernah tidur dengan salah satu pacarku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistresses
RomanceSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di dreame. Mencintai kegelapan adalah hal yang mustahil di lakukan oleh wanita. Tetapi tidak dengan Olivia. Karena kegelapan memang telah menjadi teman hidupnya sejak lama.