Chapter Twenty Six

5.8K 398 14
                                    

"Bagaimana hari ini?" tanya Olivia pada Gerald, salah satu karyawan di Friends Coffe. Lelaki itu mengacungkan dua ibu jarinya.

"Masih ramai, Bos. Seperti biasanya."

"Good job, Gerald." Olivia tersenyum manis padanya.

Matanya mengitari seisi kafe dan tersenyum. Tidak menyangka bisnisnya berjalan lancar. Bahkan semakin hari kafe semakin ramai. Thanks to Laura Milano.

Disela-sela rasa bahagianya, Olivia mengernyit saat melihat Adam duduk disalah satu meja dimana ada tiga gadis cantik yang tertawa bersamanya.

Olivia mengulum senyumnya dan diam-diam mendekati meja itu tanpa sepengatahuan Adam.

"Jadi, kafe ini milikmu? Dan kau membangunnya tanpa campur tangan keluarga Milano yang terkenal itu?" tanya salah satu gadis.

"Yup. Aku ini lelaki yang mandiri." Jawab Adam berbangga diri. Olivia menahan tawanya mendengar itu.

"Waw, aku tidak menyangka masih ada anak orang kaya yang mau melakukan hal sehebat ini. Kau keren, Adam."

"Tidak. Ini hal biasa bagiku. Hm... ngomong-ngomong, nanti malam aku akan menghadiri pesta salah satu temanku. Kalian ingin ikut?"

"Boleh?"

"Tentu saja. Ini, simpan nomer ponsel kalian disini."

Kali ini Olivia tidak bisa lagi menahan tawanya. Adam luar biasa, caranya sangat halus untuk mendekati gadis-gadis remaja itu.

Adam yang mendengar tawa Olivia langsung memberikan delikan tajamnya dan menggerakkan kepalanya menyuruh Olivia menyingkir dari sana.

Olivia menatapnya dengan kedua mata menyipit yang menggoda. Seolah-olah berkata dasar kau bajingan playboy.

Namun meskipun begitu, Olivia tidak tega menghancurkan kegiatan Adam yang sangat dia gemari itu. Jadi dia memilih melangkah pergi. Tadinya dia ingin pergi kebelakang, memeriksa persediaan bahan makanan. Hanya saja, saat matanya menangkap dua sosok yang sedang duduk berdampingan dan menatapnya, langkah Olivia tertahan.

Disana, dibalik meja itu ada Alex dan juga Philip yang memandanginya dengan senyuman kecil yang dia rindukan. Membuat Olivia melangkah ragu menemui mereka. "Alex, Philip, kalian... hm... apa kabar?"

"Kami baik-baik saja, Olivia. Bagaimana kabarmu?" tanya Philip.

"Hm... aku baik."

"Olivia, bisa kami bicara padamu sebentar?" tanya Alex.

Mengangguk ragu, Olivia memanggil seorang pekerjanya dan menanyakan pesanan Alex dan Philip sebelum duduk didepan mereka. "Kalau boleh aku tahu dari mana kalian tahu tempat ini?"

Philip melirik Alex. "Pria ini selalu tahu dimanapun kau berada, Olivia."

Menatap Alex, Olivia tersenyum kecil. "Kau masih melakukannya, Alex? Kupikir tidak ada gunanya lagi kau mencaritahu tentang aku."

Alex menggelengkan kepalanya. "Kami tidak akan berada disini kalau apa yang kulakukan tidak berguna, Olivia."

"Oke, jadi... apa yang ingin kalian bicarakan?" suara Olivia terdengar hati-hati. Kalau boleh dia menebak, kedatangan dua orang ini pasti ada hubungan dengan Richard.

"Ini tentang Richard." gumam Philip. Nah, benar kan. Batin Olivia. Tapi melihat wajah gusar Philip, Olivia memilih diam dan menunggu. "Kami datang kemari bukan untuk ikut campur urusan kalian berdua. Kami datang hanya ingin memberitahumu sesuatu. Tentang masa lalu Richard yang selama ini ingin kau ketahui."

Olivia tiba-tiba saja merasakan kedua tangannya basah. Philip yang paling tahu sesering apa Olivia berusaha mengorek informasi mengenai masa lalu Richard. Dan saat ini, disaat dia dan Richard sudah tidak mempunyai hubungan apapun lagi, Philip datang menawarkan apa yang dia inginkan.

MistressesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang