"Kau darimana saja, huh?!"
Bentakan itu membuat Olivia tersentak saat hampir membuka pintu kamar. Dibelakangnya, Richard sedang menatapnya marah dengan wajah memerah. Tapi semua itu tidak lebih penting dari pada tubuh Olivia yang sedang gemetaran.
Richard mendekat, mencengkram satu lengan Olivia hingga wanita itu mendesis sakit. "Ponselmu mati, kau tidak bilang padaku pergi keluar, aku tidak tahu kau berada dimana. Kau ingin membuatku gila, Olivia?!"
Dengan mengambil alih semua emosinya Olivia menyentak kasar cengkraman Richard dan menatapnya nyalang. "Aku hanya pergi keluar untuk menghabiskan waktuku yang membosankan karena kau harus menemani mantan kekasihmu!"
Biasanya, Richard tidak pernah memerlihatakan emosi diwajahnya terlalu jelas. Tapi saat ini, dia bahkan telihat shock dengan apa yang baru saja dia dengar. "Kate dan Daniel yang memberitahumu?" suara berbahayanya terdengar dingin.
"Bukan."
"Lalu siapa? Alex? Philip?"
"Aku benar." Olivia tersenyum miris. "Tidak sulit menebaknya, Rich. Disaat semua perhatianmu terlalu berlebihan padanya, kau seolah-olah akan menjadi manusia pertama yang hancur setiap kali ada yang menyakiti Helena."
"Olivia." Richard menyebut namanya penuh peringatan.
"Kau selalu pergi setiap kali dia memintamu. Atau mungkin, saat kejantananmu berada ditubuhku dan dia memintamu datang, kau pasti akan segera pergi begitu saja, kan?"
Satu tangan Richard menarik lengan Olivia mendekat. Wajah mereka saling berhadapan. Olivia merasakan deru napas Richard yang memburu. "Itu bukan urusanmu, Olivia." Desis Richard.
"Begitu?" Olivia tersenyum patah dan mampu mencairkan wajah mengeras Richard. "Kupikir kau serius saat mengatakan kalau aku adalah teman kencanmu. Tapi sepertinya tidak. Kau hanya membuat sebuah lelucon ternyata."
Emosi yang dia tahan sejak tadi bahkan belum berhasil dia muntahkan semuanya kini berubah menjadi rasa sesak yang memilukan. Olivia membiarkan Richard melihat setetes air matanya jatuh kepipi.
Dia bisa melihat wajah Richard kembali mengeras. Mungkin beberapa saat yang lalu dia akan merasa tersanjung setiap kali mendapati pria itu terganggu saat melihatnya menangis. Tetapi tidak untuk sekarang.
"Aku butuh waktu untuk sendiri. Tolong jangan ganggu aku." Hanya itu yang dikatakan Olivia sebelum mengunci kamar mereka dan berjalan gontai keranjang. Dia duduk dengan hati-hati, merasa lututnya yang sejak tadi gemetaran dan berusaha tidak dia perlihatkan saat berhadapan dengan Richard.
Olivia menghembuskan napasnya yang tercekik. Hari ini banyak sekali kejutan yang dia dapatkan. Dan semuanya membuatnya frustasi. Belum selesai rasa terkejutnya tentang hubungan Helena dan Richard, lalu sebuah foto janin yang entah milik siapa dan kini ditambah dengan kehadiran sosok pria yang mengaku sebagai Ayah Richard.
Demi Tuhan, dia tidak peduli Ayah pria itu masih hidup atau sudah mati. Sama sekali tidak berpengaruh dengan perasaannya terhadap Richard.
Tapi kalimat demi kalimat yang Thomas katakan padanya tadi membuat dia menggigil ketakutan. Olivia sadar, amat sangat sadar kalau dia sudah terlalu jauh menaruh hati pada Richard.
Hubungan yang sedang dia jalani saat ini bukan hanya tentang pekerjaan dan uang. Olivia sudah mengikut sertakan perasaan didalamnya.
Dan dia sudah melakukannya terlalu jauh.
Padahal tidak ada satu kepastian pun yang bisa menjamin Richard akan membalas perasaannya selain kalimat-kalimat rayuannya yang mungkin saja hanya sebatas rayuan karena terbawa suasana.
![](https://img.wattpad.com/cover/12845190-288-k367793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistresses
RomanceSebagian cerita sudah di hapus, cerita lengkap bisa di baca di dreame. Mencintai kegelapan adalah hal yang mustahil di lakukan oleh wanita. Tetapi tidak dengan Olivia. Karena kegelapan memang telah menjadi teman hidupnya sejak lama.