Prolog

217K 11.3K 198
                                    

Seorang gadis berambut cokelat berjalan dengan anggunnya memasuki area bandara. Dengan menarik satu koper blue oceannya, ia terus berjalan dan berhenti pada sebuah kafe didalam bandara. "Dua jam lagi Pesawatku baru akan berangkat." Gumamnya seraya memperhatikan arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Ia memasuki cafe tersebut dan memilih tempat di dekat jendela besar yang menampilkan pemandangan kota yang diselimuti salju. "Satu White Coffee." Pesannya pada seorang pelayan wanita yang langsung mengangguk dan pergi. Ia kembali menatap keluar jendela, mencoba memahami situasi yang terjadi ditengah hujan salju dan dinginnya suhu saat itu. Uap-uap bermunculan dari mulut orang-orang, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing seraya terus mencoba merapatkan mantel dan memeluk tubuh mereka agar sehangat mungkin.

"Silahkan dinikmati." Kata pelayan tadi yang mengantarkan pesanan gadis itu. Ia mengangguk dan tersenyum, lantas menggumamkan kata-kata terimakasih pada pelayan wanita itu.

Tiba-tiba handphonenya berdering, menampilkan seseorang dengan nama 'Cherry' sedang berusaha menghubunginya. "Yaa, halo Cher. Ada apa?"

"Kapan kau sampai?" Kata seseorang diseberang sana.

"Dua jam lagi Pesawatku baru berangkat."

"Baiklah, kutunggu kau tiga jam lagi di Bandara ya! See you!" Lalu sambungan telepon terputus dan gadis itu hanya menghela napas.

"Selamat tinggal London."

•••

Suhu -14 derajat celcius itu menimbulkan hawa dingin yang menusuk dan menembus kulit, hal itu mampu membekukan segala sesuatu di alam, termasuk pohon-pohon cemara yang sudah berwarna putih akibat tertindih salju. Jangan lupakan angin kencang yang membuat suhu bertambah dingin. Musim ini membuat beberapa hewan seperti burung-burung berlindung di sarangnya dengan keluarga mereka, saling menghangatkan satusamalain dalam pelukan. Hewan-hewan lainpun begitu saat satu musim ini terjadi.

Jalanan kota yang biasanya berwarna hitam dan terlihat halus atau kasar, berubah menjadi hamparan luas berwarna putih yang membuatnya terlihat sangat licin dan berbahaya. Hal itu menyebabkan para petugas kebersihan datang dan membersihkan salju yang merajalela dimana-mana. Air-air kolam hias yang terdapat disetiap sudut kota sebagai penghias, membeku dan terlihat lebih indah karena terdapat bentuk kristal yang indah.

Orang-orang menutupi tubuh mereka dengan pakaian tebal dan berlapis-lapis, agar tubuh mereka tetap hangat meski berada di luar rumah. Dua orang gadis berjalan dengan santai dan senyum yang merekah terpatri di wajah masing-masing. Salah satunya menarik koper blue oceannya dengan tangan kiri, seraya memegang handpone di tangan kanannya. Mereka berdua mengobrol dengan asik tanpa mempedulikan hawa dingin yang langsung menusuk saat mereka baru saja keluar dari bandara Sheremetyevo. Hal itu sudah tidak dipusingkan lagi, mengingat mereka yang telah menggunakan mantel tebal pelindung hawa dingin, atau di Rusia biasa disebut palto.

"Vin, berapa lama kita tidak pernah bertemu? Kau sekarang jauh lebih cantik!" kata gadis berambut pirang pasir dengan palto maroonnya, kepada gadis berambut pirang terang disebelah nya.

"kira-kira 9 tahun? Entahlah." Sahut Vina, gadis berambut pirang terang itu, ia sibuk mengecek handphonenya dan berusaha menghubungi orang tuanya bahwa ia sudah sampai tujuan dan ia baik-baik saja.

"Dulu kau itu bertubuh kurus dan ringkih, suaramu juga serak. Sekarang jadi tinggi dan lembut. Aku tidak pernah menyangka kau jadi seperti ini. Apa karena kau sering melihat fashion show saat kuliah di Paris?"

"Cherry, aku tidak pernah melihat fashion show, lagipula apa untungnya melihat fashion show bagi Arkeolog seperti kita? Kau ini masih suka mengada-ngada. Kau juga tambah gemuk dan putih. Apa karena kau makan terus selama kuliah disini?"

"Tidaklah, aku selalu diet tau!"

"Sudahlah, jangan bercanda terus. Dingin sekali. Ayo kita naik taxi atau bus. uh, aku sudah sangat kedinginan." kata Vina. Vina menggigil dalam palto hijau tuanya. Uap hangat keluar dari mulutnya saat berbicara.

"Kita bisa naik kendaraan lain yang lebih cepat, Tapi kita naik taxi saja ya. Itu lebih nyaman dan aman sampai tujuan." Ujar Cherry yang nampak tenang dan sudah biasa akan hawa dinginnya. Ia mengenakan palto maroon dan perlengkapan musim dingin yang lengkap seperti orang-orang pada umumnya. "Yasudahlah apa saja, yang terpenting cepat sampai di apartemen. Uh, disini dingin sekali, aku bisa beku." balas Vina dan memasukkan handphonenya kedalam ransel birunya.

Mereka berdua akhirnya menghampiri salah satu supir taxi yang selalu setia menunggu penumpangnya di depan bandara. Supir Taxi itu menyapa mereka dengan ramah dan antusias. Cherry pun menjawab sapaan laki-laki setengah baya itu. Setelah sepersekian menit berbincang dalam menentukan harga. Kedua gadis itu pun naik ke dalam taxi laki-laki itu. Sopir itu menyalakan mesin dan akhirnya mobil abu-abu itu meninggalkan bandara. Supir tua itu mengarahkan mobil abu-abunya menyusuri Leningradskoye Shosse. Memasuki jembatan jalan tol MKAD, dan terus berjalan kearah tujuan mereka.

"Jadi setelah lulus JHS itu kamu Senior High School dimana?" Tanya Cherry. "Aku SHS di Singapore, lalu waktu aku menginjak tahun ke 3, aku pindah ke Inggris, lebih tepatnya London." jelas Vina.

"lalu begitu lulus SHS kau langsung terbang ke Perancis?" Tanya Cherry lagi seraya menatap keluar jendela dan jalanan. "Tidak. Aku kuliah di London setahun, lalu setelah itu pindah ke Perancis." jawab Vina, menatap deretan toko-toko tutup yang diselimuti salju.

Vina Rahuta adalah anak tunggal dari orang tuanya yang sekarang tinggal di London. Vina sekarang sudah berusia 23 tahun. Setelah lulus SHS ia melanjutkan kuliahnya di London setahun, lalu pindah lagi Perancis. Kemudian sekarang ia sudah bekerja menjadi seorang Arkeolog yang sedang melakukan penelitian di kota Moskwa, ibukota Rusia, dan akan dilanjutkan ke Alaska.


•••

By Rainytale
Minggu, 4 Oktober 2015

Creature WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang