Tahukah kau bahwa aku mencintaimu? Mungkin kau tidak tahu perasaan itu.
Karena bahkan akupun baru menyadarinya sekarang. Saat semuanya sudah terlambat, saat takdir sudah membuat semuanya terlanjur terjadi, dan sebentar lagi aku bahkan akan jarang untuk berbicara dengan mu. Aku hanya berharap sederhana, semoga aku akan baik-baik saja disini seperti hari hari dimana aku belum bertemu dengan mu. Dimana takdir belum mempertemukan kita. Dimana semuanya masih baik-baik saja tanpamu.
Aku mencintaimu Peeta.
···
Kutatap kertas berukuran persegi ditanganku. Agak tebal dan licin karena ini adalah kertas foto hasil jepretan Rocki saat itu. Berisi gambar seorang gadis yang memeluk waria, serta dicium waria tersebut. Aku tersenyum saat melihat wajah lucu laki-laki yang kudandani itu, siapa lagi kalau bukan Peeta. Setelah puas menatapnya, akhirnya kuletakkan kembali foto itu kedalam laci meja riasku.
Aku berdiri dan berjalan ke lemari. Kuambil gaun putih selutut dengan lengan panjang. Gaun indah dengan beberapa manik-manik anggun dibagian roknya. Kukenakan gaun itu dan mulai menyisir rambutku. Kupandangi wajahku yang pucat, bibir yang akhir-akhir ini selalu pecah-pecah dan kering, juga tatapan mataku yang sendu.
Aku tak lagi seperti Vina Rahuta yang dulu. Gadis ceria yang merajuk pada Ayah dan Ibunya di taman bermain dengan mulut penuh coklat. Gadis kecil yang memakan permen kapasnya dengan tidak sabaran. Semuanya sudah berbeda, tak lagi sama seperti dulu. Aku sudah dewasa, dan tak lagi sebahagia dulu.
"Vin.." seseorang memanggilku, membuatku menoleh dari cermin dan memaksakan senyumku. Ia terdiam disana dan menatapku khawatir. "Aku tak apa-apa Rachel, ayo." Ajakku dan mulai berjalan keluar dari kamarku untuk menghadiri pernikahan Peeta dan Jena.
**
Rachel berjalan disampingku dengan sesekali menatapku. Kami mulai menuruni tangga dan berjalan ke ruang tamu. Didepan sudah ada mobil Ferrari berwarna hitam yang akan mengantar kami berdua ke Hotel dimana acara pernikahan itu berlangsung.
30 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di Hotel yang bertempat di kota, jauh dari Pack. Kami berdua turun dari mobil dan berjalan memasuki ballroom hotel yang besar dan sudah didekor dengan mewah. Warna putih dan gold mendominasi tempat ini, membuatnya tampak sangat mewah.
Orang-orang sudah duduk dengan tenang dikursinya masing-masing. Sibuk dengan aktivitas mereka sambil menunggu kedua calon pengantin untuk melaksanakan akad nikah. Aku duduk di kursi barisan tengah. Kupandangi orang-orang yang tampak bahagia disekelilingku. Aku ikut tersenyum melihat seorang anak kecil yang duduk tak jauh dariku. Ia merajuk pada ibunya, meminta ibunya agar mengambil kue-kue manis di meja. Ia tampak menggemaskan seperti malaikat kecil yang sangat lucu.
"Vin... Peeta datang," bisik Rachel ditelinga kananku. Aku menoleh kearah panggung kecil didepan. Berdiri dengan gagahnya seorang Alpha, menggunakan setelan tuxedo hitam dan dalaman kemeja putih, serta dasi hitam yang membuatnya lebih berkarisma.
Ya Tuhan, dia sangat tampan. Bolehkah aku mengagumi ketampanan mateku sendiri yang sebentar lagi akan menjadi suami orang? Jika tidak boleh maka maafkan aku yang mengaguminya diam-diam.
Dia, berdiri disana. Dengan wajah segar dan senyum cerahnya. Bahkan aku disini ikut tersenyum melihat wajah bahagianya. Ibunya berdiri disampingnya, bersama seorang pendeta dengan Alkitab nya.
Tiba-tiba alunan musik yang indah berhenti. Orang-orang berdiri dan melihat kearah pintu masuk. Seorang gadis dengan gaun putihnya yang panjang menyapu lantai, berjalan dengan anggunnya. Mengaitkan tangan kirinya pada lengan Ayahnya. Dia tampak cantik dengan senyum bahagianya. Dia terus berjalan, hingga ia menoleh kearahku sebentar dan menampilkan senyum kemenangannya. Ia sampai di panggung kecil, mengulurkan tangan kanannya yang langsung disambut gandengan tangan Peeta. Mereka berdua akhirnya menghadap sang pendeta.
Author POV
"Baiklah, mari kita mulai." Kata Pendeta tua yang mulai berbicara. "Mr. Peeta Acerdrik, apakah anda bersedia menikah dengan Ms. Jenashia Lorri?" Tanya sang pendeta pada Peeta yang membuat Peeta terdiam. Matanya sendu, ia tertegun dan tetap diam.
"Mr. Peeta?" Panggil pendeta yang mulai bingung dengan reaksi mempelai pria.
"Peeta?!" Bisik Jena yang berhasil menyadarkan Peeta.
"Ya, saya bersedia." Jawab Peeta yang membuat Jena bernapas lega.
"Baiklah, sekarang giliran anda Ms. Jena. Apakah anda bersedia menikah dengan Mr. Peeta?" Tanya sang pendeta yang langsung diangguki dengan senyuman oleh Jena.
"Saya sangat berse-"
Duuaaarrrrrr!!!
Suara ledakan yang sangat keras mengagetkan semua orang yang ada di hotel itu. Semuanya panik dan langsung berlarian keluar. Begitupun dengan Peeta dan para bwahannya yang langsung keluar.
Melihat itu, Vina langsung keluar menyusul para laki-laki yang baru saja keluar. Keadaan diluar sudah kacau. Vina berhenti diambang pintu ballroom, dan menatap keluar dengan takut. Banyak orang berpakaian hitam dengan topengnya, menembaki pasukan Peeta. Banyak juga Rogue dan para Vampire yang sedang berkelahi dengan serigala dari pihak Peeta.
Vina POV
Apa yang terjadi? Kenapa semuanya hancur? Perempuan-perempuan dan orang-orang dari anak kecil hingga dewasa, ditembaki dan ada juga yang ditangkap. Pembantaian macam apa ini?
Aku yang masih mematung berdiri disini, terdiam melihat semua kekacauan yang terjadi. Darah dimana-mana, teriakan juga terdengar dimana-mana, tapi ditengah itu semua bisa kulihat Jena yang ditangkap dengan wajah ditutup karung kecil berbahan kain berwarna hitam.
"Tolong!" Teriak seseorang yang suaranya sangat kukenal. Aku menoleh mencoba mencari dimana sumber suara itu, hingga akhirnya aku melihat seorang gadis yang sedang meronta-ronta. Itu Rachel! Dia sedang ditangkap.
Dengan sisa kebranianku untuk menyelamatkan gadis itu, aku berlari mendekati orang-orang yang sedang menangkap Rachel dan sedang berusaha menutupi wajahnya. Namun sebelum aku sampai,
Dorrr!
Kurasakan sesuatu menyelusup ke lengan kananku dengan paksa dan menyakitkan. Aku jatuh tersungkur ketanah setelah sebuah peluru masuk kekulit lenganku. Darah mulai mengalir dengan deras, kepegangi lenganku yang terus mengeluarkan cairan merah itu.
"Vinaaaa!!!" Suara yang sangat kukenal dan pahami itu meneriaki namaku. Aku menoleh kearah sumber suara dan kulihat Peeta sedang berlari kearahku walau dihadang beberapa Rogue.
Rasanya semuanya mulai berputar, kepalaku sangat pusing dan semuanya mulai buram, sakit dan perih mulai menjalar dari lenganku. Sampai orang-orang berpakaian hitam mulai memegangi tanganku dan menutupi kepalaku dengan kain hitam supaya aku tidak bisa melihat apa-apa.
"Tidak! Vina!!" Teriakan Peeta kembali terdengar. Seiring dengan orang-orang itu mengangkat tubuhku dan membawaku entah kemana.
Hingga semuanya berakhir gelap.Dan disinilah masalah sebenarnya dimulai...
•••
Alohaaaaa!!! Aku kembaliiii, ada yang kangen(?) oke,oke, aku tau aku benar2 ngaret updatenya. Kalian boleh ciumin aku kok *eh?
Kembali kepersoalan, jadi moodku sempat hilang untuk ngelanjutin, ya walaupun setelah dilanjutin hasilnya begini :v tapi komentar2 kalian menyadarkanku untuk melanjutkan, jadi aku sangat berterimakasih untuk kalian semua! #siniakupeluk# karena komentar2 kalian sangat membuatku bahagia! Terimakasihhhhhh!!!
Mungkin itu aja curhatanku, sekian dan Terimakasih!Rainytale
KAMU SEDANG MEMBACA
Creature Wolf
WerewolfMenjadi seorang Arkeolog muda yang terus melakukan penelitian. Hingga pada suatu hari, semua rekanku mati akibat sekelompok orang bermata merah dan bertaring yang menyerang perkemahan kami. Pada saat itulah, datang Serigala dengan simbol Bulan di ke...