"Kalau begitu pestanya diadakan di rumah ini saja, karena Peeta seorang Alpha." Kata Arhon yang tak lain adalah Ayah Jena. Kata-katanya lebih seperti keputusan. Semua orang mengangguk kecuali aku.
Aku yang seketika tidak bernafsu makan, memutuskan untuk kembali pergi kekamar. "Maaf, aku ada keperluan dan aku sudah kenyang. aku duluan." Kataku lalu beranjak dan mulai berjalan. Baru lima langkah aku berjalan seseorang menyuarakan rasa penasarannya.
"Tunggu, apa kau mate Peeta?" Suara Arhon yang berdiri itu membuatku berbalik dan menatapnya, juga semua orang disini. Bisa kulihat semuanya menegang kecuali Jena dan kedua orang tuanya.
"Ya. Memangnya kenapa?" Jawabku dengan nada seolah-olah aku menantangnya. Kulihat senyum licik terukir di wajah ketiga orang itu, siapa lagi kalau bukan keluarga Jena yang menjengkelkan.
"Kau rela, memberikan matemu?" Pancing Mr. Arhon dengan seringaiannya, rupanya ia memancingku, lihat saja nanti.
Aku membalasnya dengan senyum miring dan satu alis terangkat. "Tentu saja, kenapa tidak? Apa kau takut anak gadismu yang seperti jalang itu ditinggalkan Peeta hanya karena aku?" Skak! Rasakan itu! Makan omonganku! Bisa kulihat wajahnya mulai memerah terbakar emosi.
"Ayo pulang!" Serunya marah lalu anak dan istrinya mengangguk dan mengikutinya pergi tanpa aba-aba lagi.
Aku menghela napas lega dan mulai kembali berjalan.
"Vina, ikut aku." Kata Peeta dengan suara rendah dan berjalan menduluiku. Ia pasti akan memarahiku. Yasudahlah, tak apa, aku juga sudah berbuat tidak sopan pada calon mertuanya.*
"Aku tidak suka dengan cara bicaramu yang seperti tadi." Kata Peeta dengan wajah datar dan dinginnya yang duduk di kursi kerjanya. Aku yang duduk di depan mejanya hanya mendengus dan memutar bola mataku.
"Aku hanya membela diriku. Jelas-jelas laki-laki tua itu yang memulai duluan. Jika kau tidak suka terserah! Aku bukan siapa-siapa mu, dan kau tak bisa mengaturku!" Teriak ku marah dan hendak pergi.
"Tetap ditempatmu Vina!!" Teriaknya seraya menarik tanganku dengan kasar dan mencengkeramnya sangat kuat yang kuyakin pasti sudah memar. Suara tingginya membuatku mematung ditempat. Untuk pertama kalinya dalam hidupku Peeta membentakku dan memperlakukan ku dengan kasar.
Setetes air mata mengalir dari pelupuk mataku. Namun aku cepat-cepat menghapusnya dengan kasar agar tidak terlihat lemah. "Jangan sentuh aku!" Teriak ku didepan wajahnya lalu menghentakkan tanganku dari genggamannya.
"Kenapa kau selalu membela Jena dan keluarganya?! Aku hanya membela diriku sendiri, jika kau tidak suka, biarkan aku pergi dan kembali kekehidupan lamaku!" Teriak ku dengan berlinangan air mata, aku pergi dan membanting pintu dengan kasar. Sebelumnya kulihat tatapan menyesal dari Peeta, tapi aku tidak peduli, aku sungguh marah dengannya.Aku terus berjalan hingga melewati ruang tamu yang penuh dengan orang orang tadi. Mereka menatapku cemas karena air mataku terus keluar. Aku membuka pintu dengan kasar dan keluar, lalu berlari sekencang-kencangnya dengan tangis yang mengencang. Aku berlari masuk kehutan dan terus berlari. Hingga aku terpeleset dan jatuh. Aku berbaring diatas tanah dan tidak ada niat untuk bangkit. Air mataku terus mengalir diiringi isakan kencang yang keluar dari mulutku.
Tuhan, aku rindu orang tuaku, teman teman ku, keluargaku, kehidupan ku yang lama, aku rindu semuanya.
Kepalaku terasa berat, rasanya gambaran pohon diatasku seperti berputar-putar dan membuatku menjadi sangat pusing. Oh Tuhan, ada apa ini, rasanya kepalaku seperti dipukul-pukul. Sakit sekali. Ugh, semuanya menjadi gelap.
Author POV
Peeta berlari dari balik pohon dan langsung mengangkat tubuh Vina yang sudah berlumuran lumpur. Ia sudah tidak sadarkan diri, dan darah kental mengalir dari kedua lubang hidungnya. Rasa bersalah yang sangat besar melingkupinya dan membuatnya panik saat melihat keadaan Gadis digendongannya saat ini.
Ia berlari kearah Pack House dan mendorong pintu dengan kakinya. Orang orang langsung memekik kaget dan panik saat Peeta menggendong Vina masuk kedalam, dalam keadaan seperti itu. "Cepat panggil Dokter!" Teriak Ibu Peeta pada Genas dan laki-laki itu langsung melesat pergi.
Tubuh rapuh Vina, Peeta letakkan diatas kasurnya. Peeta membelai wajah Vina dengan mata berbinar-binar dan mengucapkan kata maaf berulang kali. Hingga Dokter datang dan langsung memeriksanya. Beberapa menit kemudian para maid datang dan membersihkan tubuh Vina dan mengganti bajunya, membuat Peeta dan yang lainnya keluar dari kamar. Dokter itu kembali masuk dan mengurus Vina, hingga ia keluar dan menemui Peeta yang cemas.
"Ia sangat kelelahan, tubuhnya drop, dan benturan dikepalanya akibat ia terjatuh, membuat darah mengalir dari hidungnya. Ia butuh istirahat total untuk dua hari kedepan, aku harap Alpha menjaga Luna selama itu." Jelas Dokter Peter lalu pamit dan pergi. Peeta masuk kedalam dengan rasa bersalah yang menguap begitu saja. Semua orang memutuskan untuk membiarkan mereka berdua saja.
Peeta mendekati kasur dan duduk di sebelah Vina. "Maafkan aku.." lirihnya dan setetes air mata jatuh hingga mengenai lengan kanan Vina. Keajaiban terjadi, kelopak mata Vina bergerak dengan sendirinya dan menampilkan mata coklat yang sendu.
"Kau sudah sadar?" Kata Peeta dan menghapus air matanya. Vina mengisyaratkan agar Peeta membantunya duduk, hingga gadis itu duduk bersender di kepala kasur.
Vina meringis pelan seraya memegangi kepalanya, membuat Peeta tambah merasa bersalah. "Maafkan aku." Kata Peeta lagi dengan tulus dan Vina tersenyum lemah lalu mengangguk.
"Belum lama kau keluar dari rumah sakit, dan aku membuatmu kembali drop. Maafkan aku." Gumam Peeta dan Vina menyentuh tangan Peeta dan menggenggamnya.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya butuh istirahat." Balas Vina dengan suara seraknya.
"Aku tidak bermaksud membela Jena, aku-"
"Ssttt. Aku tau, maafkan aku juga." Potong Vina dan ia kembali meringis. Dua tetes darah kembali mengalir dari hidungnya membuat Peeta agak panik dan hendak memanggil dokter.
"Aku tidak apa-apa Peeta. Percayalah, aku hanya butuh banyak tidur." Kata Vina mencoba meyakinkan Peeta dan kembali membaringkan tubuhnya, dibantu oleh Peeta.
"Tidurlah, aku akan menemanimu." Lirih Peeta lalu berbaring disebelah Vina dan memeluknya. Membuat gadis itu menenggelamkan wajahnya.
TBC
Rainytale. «24.4.2016»
KAMU SEDANG MEMBACA
Creature Wolf
WerewolfMenjadi seorang Arkeolog muda yang terus melakukan penelitian. Hingga pada suatu hari, semua rekanku mati akibat sekelompok orang bermata merah dan bertaring yang menyerang perkemahan kami. Pada saat itulah, datang Serigala dengan simbol Bulan di ke...