Rogue

77.8K 5.3K 52
                                    

Ia melumat bibirku dengan halus dan lembut. Rasanya waktu seperti berhenti saat aku menikmati sentuhan bibir kenyalnya. Perlakuannya membuatku melayang dan terbang, Oh Tuhan, inikah rasanya punya pasangan? Ini sungguh menyenangkan dan membahagiakan. Tangannya membingkai wajahku, membuatku sedikit memiringkan wajahku. Ia sangat menghargai ku meskipun aku tidak membalas ciumannya. Namun perlahan, ia menggigit bibir bawahku membuatku membukanya sedikit. Tiba-tiba ia melepaskan ciumannya membuat napasku terengah-engah. Aku menghirup udara dengan rakus, seakan-akan oksigen akan habis dalam waktu lima detik lagi.

Dia berdehem dan menggaruk bagian belakang kepalanya. Ia kelihatan salah tingkah dan gugup, sedangkan aku menunduk dengan pipi memerah. Kami sama-sama diam membuat suasana jadi canggung. "Emm..tadi.." gumamnya tidak jelas masih menggaruk tengkuknya. "Ada saus di bibirmu, jadi aku.." lanjutnya dan aku tersenyum, "tidak apa-apa, ayo lanjutkan makan nya" balasku yang membuatnya tersenyum lalu mengangguk.

Kami menyelesaikan acara makan kami, lalu berjalan kekamar karena sudah mengantuk dan ingin istirahat. Aku menarik selimut dan tidur membelakanginya, berusaha untuk melupakan kejadian tadi, tapi aku tidak bisa. Aku berusaha memejamkan mataku tapi tetap saja pikiran itu selalu terlintas di kepalaku dan membuatku kembali merona, sampai tiba-tiba tangan kekar memelukku dari belakang dan menarikku kedekapannya, membuat punggungku membentur dada bidangnya. Jantungku kembali bereaksi saat mencium bau tubuhnya yang maskulin. Ya Tuhan, ini sangat mendebarkan, tunggu, apa yang terjadi denganku? Ah sudahlah, nikmati saja kehangatan ini. "Aku tau kau tidak bisa tidur, semoga ini bisa membantu. Tidurlah, sweet dream" gumamnya yang terdengar jelas di telingaku membuatku tersenyum dan perlahan memejamkan mataku, membuat kegelapan merenggut kesadaranku.

  Perlahan cahaya memasuki mataku membuat ku mengerjap beberapa kali. Aku mencoba membuka mataku yang terasa perih akibat bangun tidur. Pandanganku mulai jelas dan aku bisa melihat posisiku sekarang. Pipiku memerah saat mengetahui bahwa aku tidur sambil memeluk Peeta dan sebaliknya. Kakiku melingkar di pinggangnya, dan tanganku di lehernya, sedangkan wajahku tadi tenggelam di dadanya. Ya ampun, ini terlalu dekat.

"Kau sudah bangun?" Aku terhenyak saat suara serak Peeta membangunkan ku dari lamunanku. Buru-buru aku melepaskan tubuhku dari pelukannya. Aku langsung duduk dengan wajah memerah. "Kenapa? Nyaman ya tidur dipelukan ku?" Godanya dengan senyum anehnya, membuatku melempar bantal ke wajahnya. "Dasar, terlalu percaya diri!" Gerutuku lantas berjalan ke kamar mandi, meninggalkan orang yang tersenyum seperti orang gila diatas kasur itu.

*

Aku duduk manis di kasur setelah tadi habis mandi tidak menemukan Peeta didalam kamar. Rasa kecewa menjalar saat tahu ia meninggalkanku, tapi untuk apa aku kecewa? Huh sepertinya otakku mulai melenceng dari tempatnya. Aku berjalan kearah pintu dan membuka pintu, aku terhenyak saat Peeta sudah berdiri di depan pintu kamar dengan senyum anehnya yang menyebalkan.

"Baru saja aku ingin menjemput mu untuk sarapan dibawah." Katanya dan aku melipat tanganku di depan dada. "Memangnya kau dari mana?" Tanyaku dengan satu alis terangkat. "Aku ada urusan tadi, memangnya kenapa? Kau rindu ya denganku?" Godanya lagi dan aku memutar kedua bola mataku lalu berjalan melewatinya.

Aku duduk dan mengambil roti, lalu mengolesinya dengan selay Strawberry, begitu juga dengan Peeta yang sudah duduk di sebelahku dan mengolesi rotinya dengan selay kacang. "Kudengar dari Ibu, kau membenci manusia." Kataku dan ia memberhentikan aktivitasnya hanya untuk menatapku.

"Apa? Aku hanya bertanya. Aku inikan manusia biasa," Terangku mencoba memberitahu apa pandanganku. "Lalu?" Tanyanya polos dengan tampang menyebalkannya. "Kau ini bodoh atau bagaimana sih? Ya kalau aku manusia, seharusnya kau juga membenciku." Jawabku ketus membuat dia menghela napas.

"Kau tahukan kalau kau mateku?" Tanyanya dan aku mengangguk. "Aku tidak bisa membenci seseorang yang ditakdirkan menjadi pasanganku" balasnya yang membuatku merenung, apa iya aku ditakdirkan menjadi pasangannya? Lalu bagaimana dengan Jena? Dan apa peduliku pada gadis menyebalkan itu? Huh masa bodoh dengan semua itu.

"Aku mau jalan-jalan, aku bosan di rumah terus" kataku mencoba mengalihkan pembicaraan. "Akan kusuruh Rocki untuk menemanimu karena aku sedang ada urusan" jawabnya yang membuatku menatapnya sebal.

"Aku ingin sendiri," kataku acuh dan ia hendak protes, "tidak menerima penolakan, TITIK." Lanjutku yang membuatnya menghela nafas pasrah. "Baiklah, tapi hati-hati. Dan kau harus kembali sebelum pukul 4 sore, itupun tidak boleh keluar dari teritori Pack" pintanya dan aku mengangguk.

*

Aku duduk dan memandang air dengan senyum merekah. Air di danau ini sangat jernih, banyak bunga bunga mawar liar yang tumbuh disekelilingnya. Sekarang aku berada di hutan yang sangat dekat perbatasan teritori Pack dengan wilayah netral, yaitu wilayah tanpa kepemilikan. Danau ini sangat jauh dari Pack House dan pemukiman penduduk anggota pack. Aku kesini dengan jalan kaki, kuulangi Jalan Kaki! Ya aku jalan kaki sejauh ini dan entah bagaimana caranya aku bisa kuat berjalan dan berlari sejauh ini. Tapi tenang, aku sangat apal jalan pulang dan tidak mungkin tersesat.
Tempat ini sangat indah. Tempat ini akan menjadi tempat favorit ku yang akan kudatangi setiap hari. Aku memainkan air jernih yang sangat segar ini. Aku jadi ingin berenang, tapi sepertinya tidak mungkin.

Suara gesekan daun dan ranting patah membuatku terhenyak dan menegang. Suara apa itu? Apa itu orang jahat? Jantungku berdetak lebih cepat, aku menahan napas saat suara itu semakin jelas terdengar. Hingga semak belukar yang berada jauh didepanku menampilkan dua hewan yang menyeramkan. Itu dua serigala dengan taring dan gigi yang terus meneteskan air liurnya. Matanya merah, yang satu berbulu coklat, dan yang satu berbulu hitam. Apa itu Rogue?

Keduanya menggeram marah kearahku, membuat suara hatiku terus meneriakiku agar aku berlari dan kabur. Perlahan aku berjalan mundur dan berbalik lalu berlari tanpa arah sekencang yang kubisa. Aku berlari dengan sekuat tenaga ku tidak mempedulikan tubuhku yang mulai berdarah karena tergores ranting ranting. Aku tersandung-sandung akar pohon yang mencuat. Tuhan tolong aku..

"Aarrgh!" Teriak ku saat kurasakan kuku-kuku tajam berhasil menancap di punggungku. Aku jatuh tersungkur ke tanah. Dan serigala berbulu coklat mulai menerkamku, cakarnya mencakar lenganku, lalu gigi giginya menggigit tanganku dengan brutal. Sedangkan yang berbulu hitam mulai menusukkan kukunya ke pundak kananku dan menggigitnya. Kejadiannya terlalu cepat dan pandanganku buram, aku bahkan tak bisa meronta sedikitpun, hingga semua menjadi gelap.

Tolong...





TBC



Rainytale.  «31.3.2016»


Creature WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang