"Ayo keluar!" Laki-laki berpakaian hitam dengan rambut cepak berteriak di depan sel. Lalu mulai membuka sel kami. Ia berdiri diambang sel memerintahkan kami untuk keluar. Dengan langkah takut, kuikuti Jesi dan Gou keluar sel. Berjalan di lorong gelap yang ternyata kanan kirinya juga penjara tahanan lain. Ada banyak sekali tahanan disini. Mereka mulai keluar satu persatu dari ruangan kotak berjeruji itu.
Lama berjalan di lorong gelap, akhirnya sebuah tangga batu yang bagian sisi kanan dan kirinya lebar menyambut kami. Aku mulai melangkahkan kakiku menaiki tangga satu persatu. Ini seperti ruangan bawah tanah.
Cahaya terang mulai terlihat, hingga di ujung tangga terakhir, kami disambut dengan tanah lapang yang sangat luas dan bertembok sangat tinggi.
"Wah.." Gumamku.
Tempat yang sangat mirip dengan Maze di film The Maze Runner. Aku tak menyangka bisa melihat tempat ini secara nyata, hanya bedanya orang-orangnya berbeda dan disini banyak sekali anggota ICC yang berseragam hitam dan bertopeng. Dasar para penghianat.
Sekitar seribu tahanan mulai diarahkan. Mereka di bariskan berkelompok, begitu juga denganku, Gou dan Jesi. Kami berada di barisan tengah, tidak terlalu kedepan, dan tidak juga terlalu kebelakang.
Jauh di depan, sebuah menara besi yang cukup tinggi dan kokoh, berdiri dengan kuat disana. Diatasnya, duduk seorang laki-laki dengan topeng berwarna Emas dan jas hitamnya. Aku yakin dia pimpinan ICC ini. Dibawahnya, menara itu seolah dijaga sangat ketat. Dengan laki-laki bersenjata.
"Marks..." Lirih Jesi yang berdiri di sebelah kananku. Aku menatapnya bingung.
"Itu Marks, pemimpin ICC." Aku mengangguk mengerti dan kembali menatap orang diatas menara itu.
Ia berdiri dan melambaikan tangannya, seolah ia adalah selebriti yang sedang berjalan di red carpet.
"Selamat datang para tahanan baru." Suaranya menggema, entah dimana dan ada berapa banyak speaker disini, tapi suaranya terdengar jelas.
"Semoga kalian betah dan senang di rumah baru kalian ini."
Cih. Aku tidak akan pernah sudi untuk tinggal disini, dasar bajingan.
"Tentunya teman satu kamar kalian sudah menjelaskannya pada kalian bukan? Jadi semuanya sudah mengertikan ini tempat apa?" Ucapnya dengan nada sangat-sangat menyebalkan.
"Disini kalian akan menjadi tentara yang akan membantuku. Jasa kalian tentu saja akan terbayar dengan fasilitas yang nanti akan kuberikan."
Aku tidak sudi menjadi tentaramu.
"Dan tentang Games tahunan yang 7 hari lagi akan dilaksanakan, aku mau memilih 30 orang terkuat dari 1000 tahanan ini, untuk di bagi menjadi 6 kelompok yang akan bermain nanti." Suaranya kembali menggema.
"Penyeleksian akan di mulai besok, semuanya akan ikut di seleksi. Jadi, bersiaplah untuk pertarungan besok, semoga kau selamat bocah-bocah."
"Good luck!" Kata kata itu yang terakhir keluar dari mulutnya. Lalu ia tak terlihat lagi dari atas menara itu. Digantikan oleh bawahannya yang kini berdiri dengan micnya.
"Semuanya silahkan bebas berlatih tanpa ada yang melanggar aturan. Yang melanggar, akan mati saat itu juga." Ucap laki-laki anak buah Marks itu.
Semua tahanan mulai bubar dan berpencar masing-masing. Memilih sudut untuk berlatih dan menguji kemampuan diri.
Aku diam di tempat. Akankah aku selamat besok?
"Vina." Seseorang menepuk bahu kananku, membuatku menatapnya.
"Apa yang kau pikirkan? Ayo ikut aku dan Gou." Ajak Jesi dan aku mengangguk. Aku mulai berjalan di tengah mereka berdua.
"Aku tak bisa melakukan apapun. Jika aku mati besok..." Lirih ku.
"Ssshhh.. Kau tak akan mati Vin." Potong Jesi dan aku menatapnya.
"Bahkan cara memegang senjata dengan benarpun aku tak bisa." Sambung ku dan menunduk.
"Bagaimana jika kau menjadi pemain pedang yang keren? Atau menjadi seperti Katniss?" Kata Jesi membuatku menatapnya bingung.
"Maksudmu?" Tanyaku.
"Ayo ikut aku untuk mengambil senjatamu."
•••
Aku dan Jesi masuk kesebuah bangunan kayu yang berdiri kokoh dan menempel ke tembok raksasa ini. Didalamnya banyak sekali senjata.
"Ayo pilih senjatamu." Suruh Jesi dan aku melihat kesekelilingku.
"Lalu jika aku sudah memilihnya, apa senjata itu menjadi milikku?"
"Sebenarnya tidak, kita harus mengembalikannya lagi kesini. Tapi aku dan Gou tak pernah mengembalikannya, kami menyembunyikannya." Jelas Jesi dengan suara pelan. Aku mengangguk dan mulai memperhatikan ruangan besar yang penuh dengan senjata ini.
Aku hanya ingin memilih senjata yang kira-kira bisa kugunakan dengan benar saja.
Mataku terpaku pada sebuah pedang polos berwarna silver yang tergeletak di dalam kotak kaca persegi panjang. Aku mendekatinya dan pelan-pelan kubukan penutup kotak kaca itu. Kuambil pedangnya dan memperhatikannya.
Ini bukan pedang keren seperti yang ada di film-film. Ini hanya pedang sederhana tanpa ukiran apapun, berwarna silver dan tampaknya mudah rusak.
"Kau yakin mau pedang itu?" Tanya Jesi tak percaya saat melihat pedang di tanganku.
"Memangnya kenapa?"
"Disini banyak sekali senjata yang lebih keren dan kuat dari pedang itu. Kau tidak mau mengambil yang lain saja? Pedang itu sangat sederhana dan rapuh, maksudku pasti mudah rusak." Kata Jesi dan aku kembali memperhatikan pedang di tanganku.
"Tapi aku menyukainya. Aku mau yang ini saja." Jawabku dan ia menghela napas.
"Huh...baiklah." Ucapnya dan berjalan keluar dari gedung.
•••
Sekarang apa yang aku lakukan? Memperhatikan Gou dan Jesi berlatih bertarung, sedangkan aku sendiri duduk santai, padahal besok aku melawan banyak orang kuat?
Kalau begini.. Besok aku akan benar-benar mati.
TBC
Hell-oooo from the other side /apasih/ Btw di multimedia itu adalah tempat di film The Maze Runner, maaf-maaf copas tempat :v ini biar kalian dapet gambaran seperti apa Aprocdieta itu :) tapi bedanya kalo Aprocdieta itu dibalik tembok bukanlah labirin, melainkan sesuatu yg nanti akan dijelaskan di chapter berikutnya :)
Rainytale
KAMU SEDANG MEMBACA
Creature Wolf
WerewolfMenjadi seorang Arkeolog muda yang terus melakukan penelitian. Hingga pada suatu hari, semua rekanku mati akibat sekelompok orang bermata merah dan bertaring yang menyerang perkemahan kami. Pada saat itulah, datang Serigala dengan simbol Bulan di ke...