Perjalanan dilanjutkan. Kali ini kami sedang mendaki sebuah gunung yang cukup besar. Sudah dua hari kami dalam perjalanan, dan belum menemukan apapun. Apa penelitian kami tidak akan membuahkan hasil?
"Hey kalian! Coba lihat ini!" Teriak Luq, salah satu rekanku dari Venezuela. Kami berjalan mendekati dia yang sedang membungkuk. Bisa kulihat ada jejak hewan berkaki empat, dan juga bekas genangan darah yang sudah mengering. Jajak dan darah hewan apa ini?
"Dilihat dari jejaknya, apakah ini jejak Wolf?" Tanya Amer dan kami semua saling tatap-tatapan. Entahlah, sepertinya iya.
"Hmm...May be" jawab salah satu arkeolog yang aku lupa namanya. Dia berkulit putih dengan rambut emas.
"Lebih baik kita berkemah disini sambil meneliti jejak ini, karena sebentar lagi hujan akan turun" kata Leord yang langsung disetujui kami semua. Leord membagi kelompok, yaitu untuk yang membangun tenda, mencari kayu bakar, dan meneliti penemuan ini. Aku mendapat tugas untuk mengecek dan meneliti jejak ini bersama dengan Thea, beruntung nya aku tidak dipasangkan dengan laki-laki bernama Amer itu lagi.
Tak lama hujan turun. Kami berlari memasuki tenda utama yang paling besar dan kokoh, yang cukup untuk menampung 30 orang. Tenda ini adalah tenda yang digunakan hanya untuk pertemuan atau diskusi saat sedang melakukan perjalanan penelitian. Jika tenda yang untuk tidur, hanya muat untuk tiga atau lima orang, dan tenda-tenda itu milik pribadi. Kami semua sibuk dengan aktivitas masing masing. Ada yang membaca buku tebal dengan kacamata bertengger di hidungnya, ada yang memegang kaca pembesar dan memperhatikan kerikil kerikil kecil yang sedikit mencurigakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sedangkan aku sekarang tidak melakukan apapun. Hanya menatap kosong kedepan dan memeluk tubuhku sendiri yang sudah di balut sweater tebal, rasanya masih dingin saja, apa karena ini di tengah hutan?
"Aku izin ingin ke tendaku dulu sebentar" ucap Luq, yang lalu mengambil payung kecil, dan keluar dari tenda utama.
"Aaaarrgghh!!!" Kami semua tersentak mendengar pekikan mengerikan itu. Detik selanjutnya tiba-tiba tiga orang menyeramkan merobek dinding tenda dan masuk kedalam, dan satu hal yang tidak bisa kupercayai adalah, mata mereka merah menyala dan dua taring panjang yang runcing menghiasi mulut mereka. Kami berteriak dan berlarian keluar tenda, begitu juga dengan ku. Diluar, ada 10 orang lebih, yang seperti itu. Dan yang membuat ku shock dan mulai menangis adalah, mereka--orang orang bertaring-- menggigit dan melempar teman teman ku, termasuk Leord dan beberapa laki-laki yang melawan. Teriakan ketakutan mulai terdengar disana-sini dan bercampur dengan suara hujan yang semakin deras, darah yang mulai berceceran kelihatan berwarna hitam karena gelapnya malam. Tiba-tiba kurasakan diriku ditarik paksa kebelakang, dan orang yang menarik ku langsung menggenggam pergelangan tangan kananku, dan membawaku lari bersamanya.
Otakku masih belum bisa merespon dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Aku beberapa kali terpeleset dan terjatuh karena licinnya tanah akibat hujan. Bajuku sudah basah kuyup sejak tadi, begitu juga dengan Amer yang terus membawa ku menjauh dari tempat itu. Kami terus berlari tidak mempedulikan ranting pohon dan daun daun yang menggores tubuh kami. Aku sudah tidak kuat lagi berlari sehingga aku memutuskan untuk berhenti. Aku masih menangis.
"A-amer...a-apa yang-"
"Ssttt...tenang.." ucapnya lalu memelukku dan mencoba menenangkan ku.
"Me-mereka nyata? Ba-bagaimana bisa?" Kataku tergagap dan masih menangis. Tubuhku bergetar dan lemas, aku linglung dan tak bisa mencerna apa yang terjadi. Mereka nyata? Vampire nyata?
"Rupanya kalian disini" suara itu bagaikan petir bagiku. Tubuhku dan tubuh Amer menegang. Aku melepaskan pelukan kami dan menatap takut lima orang dihadapan kami, yang tadi telah membunuh teman teman ku. Bisa kurasakan lututku melemas, dan wajahku pasti sudah pucat pasi. Tangan Amer yang menggenggam tanganku mengerat hingga terasa sakit.
"Lari..cari bantuan.." gumam Amer, namun masih dapat kudengar.
"Pergilah..Aku akan mencoba menahan mereka" gumam Amer lagi, namun aku tetap diam.
"Sekarang juga Vina.." ucapnya lagi dan tubuhku masih tetap diam di tempat. Hingga lima orang yang menyeringai itu mulai bergerak dan-
"LARI!!" Teriak Amer dan spontan aku berlari kearah belakang. Aku berlari sendiri dengan sekuat tenaga ku tidak mempedulikan tubuhku yang mulai berdarah darah karena tergores ranting ranting. Hingga aku mendengar teriakan memilukan yang membuat ku semakin menangis histeris karena takut, dan semakin mengencangkan lariku.
"Aaaarrgghh!!!" Teriakan itu.. Aku ingat betul itu suara Amer, itu teriakan Amer, apa dia akan mati?
Tuhan..
Please...
Help me...
"Aarghh!" Kini teriakan itu berasal dari mulutku seiring dengan tubuhku yang terasa terlempar jauh dan punggung ku menabrak pohon dengan sangat-sangat keras. Kurasa tulang rusuk ku patah dan hancur. Ada tiga orang disana, dan tatapan ku mulai buram dan mengabur. Aku serasa melayang karena kepalaku sangat pusing, namun aku masih bisa melihat seekor hewan datang, yang tingginya setinggi kuda dewasa dan berkali-kali lipat lebih besar dari jenis hewan itu biasanya. Ia bermata merah menyala dan berkilat merah tua, sedangkan warna tubuhnya adalah abu-abu dengan garis hitam yang menjulur di punggungnya, dan yang paling menawan adalah tato Bulan Sabit yang hitam pekat di keningnya.
Itu adalah serigala terindah yang pernah kulihat...
Setelahnya semuanya gelap.
°
Charen Samuel TengkerJum'at, 29 Januari 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Creature Wolf
WerewolfMenjadi seorang Arkeolog muda yang terus melakukan penelitian. Hingga pada suatu hari, semua rekanku mati akibat sekelompok orang bermata merah dan bertaring yang menyerang perkemahan kami. Pada saat itulah, datang Serigala dengan simbol Bulan di ke...