The Games [2]

59K 4K 88
                                    

Author POV

Mereka berlima berlari dan terus berlari memasuki lebatnya hutan. "Cukup sudah, sepertinya sudah aman." Keluh Jeeona seraya merunduk dan bertumpu pada dua lututnya.

Nafas mereka memburu dan masing-masing mencoba menenangkan diri mereka. "Aaw! Apa ini?!" Teriak Jeeona tiba-tiba yang membuat semuanya menoleh terkejut.

Sulur-sulur tanaman yang tajam dan membesat kulit dengan perih mulai melilit kaki mereka berlima. Membuat mereka memberontak dan mengaduh kesakitan. Revan dan Erick mulai melawan dan memotong sulur-sulur yang bergerak sendiri itu, diikuti oleh yang lainnya. Begitu juga Vina yang mulai memainkan belatinya dan memotong-motong sulur yang melilit kedua kakinya dan terus naik ketubuhnya.

"Lari!" Teriak Felis setelah terbebas dari sulur yang mengikatnya.

Mereka bergerak dengan susah payah seraya menghancurkan satu demi satu sulur tersebut dan lalu berlari meninggalkan tempat aneh itu.

"Apa kau terluka?" Tanya Revan pada Vina setelah mereka berlima berlari cukup jauh dari tempat sulur-sulur aneh itu.

"Tidak." Jawab Vina lantas terus berjalan mengikuti yang lainnya.

"Lalu apa tujuan kita sekarang?" Tanya Erick dan semuanya diam.

"Membunuh kelompok lain?" Jawab Jeeona yang lebih ke pertanyaan.

"Sepertinya, lebih baik kita menghindari kelompok lain dan bertahan hidup." Jawab Felis seraya menyingkirkan ranting-ranting pohon yang menghalangi jalan mereka.

Hari mulai gelap, mereka terus berjalan mencari tempat yang cocok untuk beristirahat saat malam. Apalagi tempat ini penuh dengan bahaya yang mengancam hidup mereka.

"Hey! Lihat ini!" Teriak Erick yang berjalan jauh di depan dan sepertinya menemukan sebuah tempat untuk mereka beristirahat.

"Goa.." lirih Jeeona saat ikut melihat isi lingkaran hitam gelap dibawah batu besar.

"Kita bisa beristirahat disini untuk malam ini. Tapi jangan sampai kita membuat penerangan, karena itu akan mengundang musuh." Kata Felis lalu masuk kedalam goa yang cukup besar itu.

Semuanya masuk kedalam dan mencari tempat yang cocok untuk beristirahat. Termasuk Vina yang bersender di dinding Goa dengan Revan disampingnya.

"Apa kau kedinginan?" Tanya Revan lembut melihat Vina yang mendekap dirinya sendiri dengan kuat. Gadis itu menggeleng, tetapi Revan tersenyum menanggapinya dan malah merangkul gadis bermata hazel itu. Membuat Vina bersender nyaman di tubuhnya.

"Tidurlah, aku akan menjagamu." Bisik Revan lantas mengusap rambut pirang Vina sehingga gadis itu memejamkan matanya yang lelah.

••

Sinar matahari dan tetesan air dari dinding Goa mengganggu tidur mereka berlima. Semuanya perlahan membuka mata dan bangun dari istirahat mereka.

Vina mengusap wajahnya dan menjernihkan pandangannya. Matanya langsung membulat sempurna melihat sesuatu dari bagian lebih dalam goa muncul dan bergerak dengan jumlah yang banyak.

"Semuanya lari! Ada ular!!" Teriak Vina histeris membuat semuanya sadar dan langsung panik.

"Sial!" Umpat Revan dan langsung berdiri menggenggam tangan Vina bersiap berlari.

Semuanya keluar dari Goa itu dan berlari kembali menyusuri hutan yang lebat. Namun tak disangka, ular-ular yang jumlahnya puluhan itu ikut mengejar mereka.

"Ular itu mengikuti kita!" Teriak Vina histeris seraya berlari kencang mengikuti yang lainnya. Ranting-ranting pohon yang tak sempat ia singkirkan, membuat goresan-goresan luka kecil di kulit wajah dan tangannya.

Mereka berlari dengan panik dan mulai kehabisan napas. Terus berlari menembus hutan hingga tiba-tiba mereka sampai pada sebuah tanah berpasir yang agak luas ditengah hutan. Dengan ukiran aneh diatasnya. Mereka berhenti saat menyadari ular-ular itu tak lagi mengikuti mereka. Semuanya terduduk lelah diatas pasir dengan napas terengah-engah dan keringat yang membanjiri tubuh mereka.

"Untung ular-ular itu sudah pergi." Kata Erick bernapas lega dan mencoba membuang rasa lelahnya.

"Aku kehausan." Keluh Jeeona seraya mengelap keringat di keningnya.

"Aku juga. Dan juga kelaparan." Sahut Felis dengan lelah.

"Mungkin ada sesuatu di balik ukiran aneh ini." Kata Jeeona dan berdiri, berjalan menuju pusat lingkaran-lingkaran ukiran diatas pasir itu.

Saat tepat berdiri di pusat lingkarannya, tiba-tiba tanah yang diinjak Jeeona jatuh satu meter kebawah, dan sesuatu berbunyi melengking.

"Tempat ini penuh jebakan!!!" Teriak Jeeona dan mereka berempat langsung berdiri.

"Tiarap!" Teriak Revan seraya menarik Vina agar jatuh dan merunduk di tanah.

Duuaarrr!

Tempat itu meledak dari bawah tanah yang dipijak Jeeona.

Mereka berempat yang memang dari awal jauh dari pusat ukiran itu, terpental lebih jauh dan jatuh tersungkur di tanah dengan kencang. Mereka terkena ledakannya dan terluka.

Sedangkan Jeeona, ia lenyap.




TBC

By Rainytale

Creature WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang