Mungkinkah aku masih bermimpi?
Aku pasti masih bermimpi sekarang.
Ya, benar.
Yang perlu kulakukan sekarang hanyalah menutup kedua mataku dan saat aku membuka mata tidak akan ada laki-laki bermata biru duduk di sofa, sedang menatapku di dalam kamarku, dipagi hari.
Hanya ada aku sendirian.
Namun sekuat apapun aku menutup mata, sosok misterius itu tetap berada disana ketika kembali mengerjap. Menatapku tajam. Laki-laki itu masih betah duduk di sofa dan memandangku seolah bingung. Oke... bukankah yang berhak bingung sekarang disini adalah aku. Bagaimana bisa orang asing ini masuk ke dalam kamarku saat aku tertidur.
Bisa jadi dia adalah penjahat atau perampok yang kebetulan lewat. Pikiran buruk tentang apa yang telah dilakukan laki-laki ini menyergapku. Memaksaku meninggalkan matanya dan memandang ke tubuhku. Untunglah keadaanku masih sama seperti saat aku berangkat tidur.
Tapi tetap saja. Siapa dia?!
"Si-siapa kau?" Akhirnya setelah berhasil mengumpulkan suara aku memberanikan diri menanyakannya. Kewaspadaan dalam diriku meningkat pesat mengingat orang asing ini dengan mudah bisa masuk.
Bukannya menjawab ia justru berdiri dan mendekat ke ujung ranjang. Alarm bahaya sudah berputar kencang di kepalaku ketika jarak antara aku dan dia hanya sebatas lebar ranjang ukuran queen ini.
Aku semakin menempel pada kepala ranjang. Berharap bisa menciptakan jarak lebih jauh dengannya. Kalau perlu tertelan dinding di belakangku. Aku bisa merasakan tatapan tajamnya yang tak pernah lepas dariku. Bahkan aku yakin ia tak berkedip sedikit pun.
Oh Tuhan.. siapa orang asing ini sebenarnya.
"Bagaimana bisa kau masuk ke sini? Siapa kau? Apakah Kau pencuri?" Kediamannya membuatku kembali memberanikan diri untuk bicara. Namun bukan sebuah jawaban yang kudapatkan melainkah tawa renyah darinya. Wajahnya berubah dari dingin tak tersentuh menjadi hangat karena tawa yang tercipta di bibirnya.
Sesaat aku mendapati diriku menyukai suaranya. Suara tawanya. Selimut yang kupegang erat sedari tadi pun perlahan mengendor dan jatuh di sekeliling pinggangku.
Apa?
Aku terpesona?
Padanya?
Yang benar saja.
Aku sedang memikirkan keselamatanku saat ini.
Ia berhenti tertawa. Lalu melangkah mundur dan kembali duduk di sofa.
Bekas jejak geli masih kentara di wajahnya yang baru kusadari sangatlah tampan. Ia memiliki garis rahang tegas dengan bibir merah dan hidung yang luar biasa mancung. Namun dari keseluruhan itu, matanya adalah hal pertama yang akan kau lihat dan mampu membuatmu terdiam beberapa saat.
Matanya begitu jernih. Berwarna biru terang dan juga dingin. Aku bisa membaca bahwa hanya dengan tatapan tajamnya bisa membekukan secangkir teh yang mengepul.
"Kau lucu juga ternyata."
Ia bicara?
"Apakah kau baru saja menanyakanku seorang pencuri atau tidak?" Lanjutnya tanpa berusaha menyembunyikan geli di dalam kalimatnya.
"Katakan, siapa kau?! Kenapa kau bisa berada di kamarku."
Laki-laki itu masih diam. Tak terlihat sedikit pun ia berniat untuk menjawab. Membuatku semakin gelisah antara ingin melemparinya dengan lampu meja atau berlari kabur saja keluar.
Aku melirik jam di atas dinding. Kesempatanku untuk bisa berangkat tepat waktu tinggal sedikit lagi. Aku tidak bisa terlambat jika tidak ingin hidupku semakin berat di kampus. Aku harus bisa mengeluarkan laki-laki ini sebelum apapun hal buruk yang ada dipikirannya bisa terjadi. Saat aku mengalihkan mataku dari jam kearahnya, seketika aku kembali tersentak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Kiss [Completed]
Romance(Proses Penerbitan) Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu. Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya. sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...