“Akhirnya, aku mendapatkanmu…”Suara mengerikan itu membelai pendengaranku. Membuat tubuhku merinding karenanya. Nafasku memelan seiring dengan tubuhku yang mulai lemas karena minimnya udara. Aku sudah tidak bisa merasakan aliran darah di tanganku. Tubuhku mati rasa. Semuanya tampak buram sekarang.
“Sudah lama aku menunggu saat ini tiba. Bayangan sialan yang menjagamu itu cukup lihai menjagamu ternyata...,”
Suara itu kembali bergema. Aku tak tau dari mana arah suaranya namun itu terasa dekat sekali di samping telingaku. Cengkraman di leherku semakin menguat. Tubuhku tertarik ke depan lalu terhempas dengan keras ke dinding.
Damian...
Mulutku tak bersuara dalam usahaku berteriak. Meminta tolong kepada siapa saja di luar sana.
Damian...
Damian... Aku tak bisa meneriakkan namanya dan hanya menyebutnya dalam hati. Aku ingin dia menarikku dari tempat ini dan melepaskanku dari cengkraman tangan tak kasat mata yang sedang mencekikku sekarang.
Namun aku tak bisa. Suaraku tertahan oleh cengkraman kuat di leherku. Ketidakberdayaan ini membuat air mataku kembali mengalir. Aku tak tahu sampai dimana nafasku bisa bertahan. Ini begitu menyakitkan.
“Kematianmu, akan membuat kami berkuasa selamanya,” gema suara itu sudah berupa gumaman. Mataku mengerjap. Sedikit lagi aku tak bisa mengontrol kesadaranku ketika pintu di seberang ruangan terbuka dengan keras lalu roboh dari engselnya. Suara berdebam keras terdengar diiringi oleh angin kencang yang berhembus.
Damian berdiri disana dengan wajah dipenuhi kemarahan. Ia menatap ke arahku. Tepat di mataku. Ia membuka telapak tangannya. Ada lubang hitam di sana lalu sebuah pedang panjang keluar. Damian mengambil pedang itu dengan tangan lainnya lalu berlari ke arahku dengan memegang pedang itu tinggi.
Dalam persekian detik Damian melintasi ruangan, menepis barang-barang yang berterbangan dengan mudah ketika barang-barang itu menghalangi jalannya. Namun tiba-tiba saja Damian terlempar ke belakang. Tubuhnya menghantam beberapa meja lalu terhempas ke lantai dengan keras.
Penghilatanku semakin mengabur saat aku melihat kilasan pergerakan Damian yang dengan cepat menghindari semua barang yang terlempar ke arahnya. Ia berhasil melangkah lebih dekat. Ketika sampai di depanku Damian menatapku dengan marah lalu mengayunkan pedang itu setinggi tubuhku.
Mataku yang sayup tiba-tiba terbelalak melihat apa yang tengah Damian coba lakukan. Gerakannya seperti akan menusukku. Dengan tubuh kaku aku tak mampu menggeleng. Tak mampu meronta. Tak bisa menolak jika yang terlihat di mataku saat ini Damian ingin menusukku.
Damian bergerak maju dan mengarahkan ujung pedang ke arah perutku. Tak menunggu lama Damian mendorong pedang itu maju. Aku sudah bersiap untuk merasakan sakit ketika ujung tajam pedang itu berhenti di atas perutku. Mengoyak kaus yang tengah kukenakan, menggores sedikit kulitku namun tidak menembus perutku.
Mataku turun untuk melihat pedang itu yang kini berlumuran darah. Bukan darahku… tapi pedang itu menembus sesuatu. Lebih tepatnya seseorang.
Perlahan sebuah sosok hadir di hadapanku. Awalnya tubuhnya transparan, lalu terlihat seperti kaca bening, dan kemudian semakin jelas hingga menyerupai manusia.Matanya terbelalak menatapku. Berwarna merah menyeramkan dengan dua buah tanduk di dahinya. Mulutnya mengeluarkan cairan merah dengan warna serupa seperti matanya. Wajahnya begitu buruk seperti baru saja tertabrak truk, tapi kali ini semakin parah.
Aku terpaku melihat sosok mengerikan yang berjarak sangat dekat denganku saat ini. Aku kehilangan suaraku dan tubuhku yang tadi tidak bisa bergerak berangsur pulih. Tiba-tiba barang barang yang berterbangan di udara berhenti lalu jatuh secara bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Kiss [Completed]
Storie d'amore(Proses Penerbitan) Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu. Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya. sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...