Ketika Sheila mengatakan untuk mempersiapkan diri melawan Anggela, aku benar-benar memikirkan bagaimana mempersiapkan diri yang ia maksud.
Sempat terlintas di kepalaku untuk membatalkan permainan konyol ini. Karena jauh di dalam diriku, jauh sekali, walau hanya sedikit terbersit jika hal ini tidak akan berakhir dengan baik. Sudah dapat dipastikan jika aku dan Sheila tidak bisa melawan Anggela, semuanya akan menjadi lebih buruk. Tapi, jika kami menang sekalipun, aku sangsi jika Anggela akan diam.
Nyatanya permusuhan yang entah dimulai dari mana ini menjadi semakin besar dan tak terhindarkan. Oleh karena itu, suka tidak suka aku harus menghadapinya. Setidaknya aku bisa mempertahankan harga diriku... dan Damian.
Aku akan mengalahkannya. Damian hanya untukku.
Sudah 10 menit lebih aku berdiri di depan lemari dengan masih memakai handuk. Aku bingung ingin memakai baju seperti apa. Aku tidak pernah masuk ke dalam bar dan aku tidak tau baju apa yang cocok untuk tempat seperti itu. Aku memandang tak bersemangat pada deretan gantungan kemeja dan t-shirt serta susunan celana jeans milikku. Tiba-tiba saja, pakaian kebangsaanku itu tidak lagi membuatku nyaman.
Aku memukul kepalaku lalu terduduk di depan lemari. Merasa frustasi dan kesal dalam satu waktu. Aku tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana perubahan penampilan Sheila tadi. Aku katakan berubah karena memang ia benar-benar berbeda dari biasa. Aku seperti bertemu dengan orang baru. Bukan seseorang yang kutemukan menangis tersudut di parkiran karena diancam tiga orang laki-laki bejat.
Ia seperti bukan Sheila.
Mulai dari cara ia berpakaian hingga cara ia bicara. Aku hampir tidak mengenalinya jika saja ia tidak tersenyum padaku. Sheila menjadi sangat cantik hanya dengan keberaniannya mengubah penampilan. Mungkin itu jugalah yang membuatnya semakin percaya diri. Tadi saja ia tidak perlu lagi berjalan menunduk dan sudah berani membalas sapaan orang-orang. Aku yakin orang yang menyapanya itu juga tidak sadar jika itu adalah Sheila.
Lalu kenapa aku malah merasa iri padanya?
Aku tidak punya keberanian lebih untuk merubah penampilan seperti yang Sheila lakukan. Itu sama saja seperti aku disuruh menjadi orang lain. Aku tidak bisa memakai pakaian yang tidak aku senangi. Memang aku tidak pernah memakai rok hingga aku tidak bisa memastikan aku akan senang memakainya atau tidak, tapi melihat orang lain memakainya saja membuatku tidak bisa membayangkan jika itu terpasang ditubuhku.
Aku menunduk di atas lututku karena lelah memikirkan apa yang akan kukenakan. Tubuhku yang awalnya basah setelah mandi kini sudah kering. Aku bahkan tidak merasa kedinginan. Aku menghela nafas kembali ketika mataku tertuju pada paper bag di bagian bawah lemari. Paper bag dengan logo brand terkenal di depannya. Itu adalah hadiah yang Damian berikan padaku tempo hari. Di dalamnya ada beberapa potong gaun kalau aku tidak salah ingat.
Haruskah aku juga merubah penampilanku seperti Sheila?
Apakah tidak apa-apa?
Tapi untuk apa aku memakai pakaian yang tidak kusenangi?
Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Aku tidak pernah peduli apa yang akan kupakai. Aku tidak pernah memikirkan apa kata orang tentang pakaianku atau bagaimana aku terlihat. Lalu kenapa sekarang rasanya menjadi sangat sulit.
Aku kembali menelungkupkan kepalaku di atas lutut. Jauh di dalam diriku berteriak jika aku harus mengambil paper bag itu. Hanya saja aku tidak percaya jika aku akan terlihat secantik Sheila di dalam pakaian wanita dan semua orang bisa menerima itu.
Tiba-tiba pemikiran tidak menyenangkan melintas di kepalaku. membuat punggungku menegak.
Bagaimana jika Damian tertarik pada Sheila karena perubahannya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Kiss [Completed]
Roman d'amour(Proses Penerbitan) Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu. Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya. sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...