Part 29

129K 8.5K 541
                                    


Aku menggeliat karena rasa panas yang terlalu kuat disekeliling tubuhku. Membuatku gelisah lalu bergeser untuk mencari ruang sejuk.

Namun sesuatu menahan tubuhku untuk bergerak. Justru menenggelamkanku dalam suhu panas yang kini semakin membuatku tidak nyaman.

Aku kembali mendorong sesuatu yang mengurungku namun aku kembali dikejutkan oleh sentakan tiba-tiba, membuatku kini menabrak sesuatu yang hangat.

Mataku mengerjap. Mencari apapun itu yang menghimpitku. Aku kehilangan orientasiku beberapa saat. Meneliti ruangan yang kuyakini bukan kamarku.

Dindingnya yang berwarna abu-abu, langit-langit yang tinggi tanpa gantungan lampu hias. Lalu selimut hitam yang menutupiku sekarang. Jelas ini bukan ruangan yang sama ketika pagi menyambut seperti biasa.

Gerakan asing di atas perutku menyadarkanku akan himpitan panas yang tadi kucari. Kuangkat selimut hitam itu dan menemukan dua hal yang membuatku terbelalak sempurna. Detik itu juga.

Aku bahkan perlu menutup mulutku. Menggigit lidahku ketika teriakanku hampir lolos. Tentu sebuah lengan panjang yang memelukku dengan posesif bukan sesuatu hal biasa untuk kutemukan dipagi hari. Ditambah keadaanku yang polos tanpa pakaian menambah kepanikan yang tiba-tiba menguasaiku.

Aku sudah berusaha menahan getaran tubuhku, tidak ingin membangunkan seseorang yang tanpa perlu menoleh pun aku sudah tau jelas siapa pemilik lengan kokoh ini. Aku hanya perlu sedikit waktu untuk menenangkan diriku sebelum...

"Kau kenapa?"

Sauranya parau. Khas suara bangun tidur. Namun berbeda dengannya, suaranya terkesan serak yang sangat seksi ditelingaku. Kali ini aku menggunakan kedua tanganku untuk menutup mulutku. Aku tak tau jelas apa yang berusaha aku tutupi. Aku hanya ingin berteriak. Dan itu tidak bisa kulakukan sekarang.

"Kau baik-baik saja?" lengan itu kembali menarikku mendekatinya. Mendekapku dengan kehangatan berlebih yang tadi membangunkanku. Punggungku dapat dengan jelas merasakan cetakan otot keras miliknya. Memberiku jejak kenangan pasti akan apa yang sudah terjadi semalam. Kini kehangatan itu merambat hingga ke wajahku.

Aku mendorong tubuh Damian dengan punggungku. Berusaha lepas dari pelukannya dan melarikan diri kekamar mandi. Namun usahaku berakhir sia-sia karena Damian bersikeras menahanku didalam pelukannya.

"Sebenarnya kau mau kemana?" tanyanya ketika untuk yang kesekian kalinya berhasil menahan doronganku. Mengaitkan kedua tangannya di depan dadaku. Seolah itu adalah tanda untuk tidak kembali mendorongnya menjauh.

"Kamar mandi." Bisikku. Bahkan aku malu dengan suaraku sendiri sekarang. Erangan dan desahan yang kukeluarkan semalam seperti kaset rusak berputar di telingaku. Membuat semburat merah di wajahku tidak membaik.

"Nanti saja."

"Damian. Lepaskan aku. "

"Radi malam kau tidak ingin aku melepaskanmu sama sekali."

Kapan aku mengatakannya?

"Aku tidak mengatakan itu."

"You are."

"I'm not." Rengekku.

"You can't argue with me."

"okay. Let me go then." Aku harus segera melarikan diri. Aku tidak bisa mencari sikap yang tepat sekarang untuk menghadapi Damian. Namun kekuatan Damian menahanku bertambah kuat ketika kedua tangannya memelukku dari belakang.

Wajahnya terasa menempel di bahuku yang telanjang bersama nafasnya yang tertarik tenang. Sekilas, aku bisa merasakan ia tersenyum diatas kulit bahuku.

Shadow Kiss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang