(Proses Penerbitan)
Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu.
Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya.
sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alicia White
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Damian Black
Jika tadi aku berpikir sudah melakukan hal bodoh karena mau mengikutinya, sekarang aku merasa lebih bodoh lagi karena membiarkan jantungku berdegup sangat kencang hanya karena tarikan lembut tangannya.
Sebut saja Damian sulit untuk ditolak. Beberapa kali kucoba untuk menarik lepas tautan itu, namun Damian sepertinya tidak membiarkan tanganku lepas begitu saja. Justru hal itu membuat semakin banyak pasang mata yang dengan berani menatap kami bingung.
"Sejak kapan aku harus dituntun jika berjalan?"
"Sejak sekarang." Ia tersenyum lagi.
"Aku cukup dewasa untuk menemukan arahku sendiri,"
"Aku tak meragukannya."
"Jadi lepaskan tanganku,"
"Tidak." Sahutnya mantap.
"Lepas..., "
"Nope."
Segala macam bentuk protes yang kulemparkan kewajah tampannya hanya berujung kekehan tak peduli darinya. Ia tetap menarikku, tak peduli jika aku harus mengimbanginya dengan berlari. Ia menuju sudut belakang gedung kampus lalu berbelok menaiki tangga darurat.
Bagian tangga darurat ini terbilang cukup sepi. Hampir tak ada orang yang lewat disini. Maksudku, hei apa keperluanmu di tangga darurat kampus jika ada kantin dan taman?
Damian membuka sebuah pintu dari besi ringan saat tiba di lantai teratas gedung. Menampilkan hamparan lingkungan kampus yang luas dan terlihat kecil dari atas sini.
Lapangan parkir terbuka berada disisi bagian kiri sedangkan dibagian kanan berdiri rimbun pepohonan milik kampus. Pepohonan itu menaungi beberapa bangku taman di bawahnya. Dibagian tengah berdiri kokoh gerbang masuk kampus dengan pilar berbentuk segi lima dan ukiran-ukiran.
"Mau apa kita kesini?" Jujur, aku tak mengira Damian akan mengajakku ke atas sini. Masih ada kantin atau pun taman kampus yang bisa dijadikan tempat berbincang. Rofftop tentu tidak termasuk dalam daftar salah satu tempat untukmu membawa seorang gadis. Disini hanya ada jejeran mesin-mesin pembangkit listrik dengan rangka baja dan kabel-kabel yang bergulung tidak rapi.