Part 7

158K 12.9K 703
                                        

Aku selalu memimpikan terbang. Bisa bermain dengan udara yang menyelinap di sekitar tubuhku lalu menghempas jauh dari atas tanah. Bisa merasakan debaran adrenalin yang memicu keseluruh tubuh.

Namun perasaaan terbang yang kurasakan sekarang jauh melebihi ekspetasiku selama ini. Jauh menyenangkan dari apa yang pernah kubayangkan. Jantungku berpacu cepat. Terlebih karena seseorang yang sekarang tengah mengaitkan lengannya erat dipinggangku, meraba wajahku lembut dengan nafasnya yang memukul pelan wajahku.

"Alicia..." ucapnya di depan bibirku.

Aku sudah tak memikirkan apapun lagi selain bibirnya yang saat ini terlihat merah dan basah di depanku. Aku menginginkan itu. Menempel padaku. Dimana saja.
Aku ingin merasakan kelembutannya. Aku ingin tau bagaimana sebuah ciuman bisa membuat ketagihan seperti yang dikatakan semua orang.

Apakah bibirnya akan terasa pas di bibirku? Apakah bibirnya akan membuat bibirku juga basah? Apakah ia akan memulainya dengan lembut? Atau menciumku dengan keras?

Pilihan manapun tak menjadi soal untukku sekarang. Tatapanku terfokus pada bibirnya. Nafasku terengah tanpa diminta. Hanya sedikit saja dorongan dariku atau pun Damian maka tidak ada yang bisa menghalangi bibir kami bertemu.

Suasana yang kuat akan romantisme sekarang membuatku sangat ingin menarik bajunya ke arah wajahku. Ide yang langsung terkirim pada panca indra gerak tanpa bisa kukendalikan, karena tanganku saat ini tengah menggenggam baju bagian depannya dengan erat.

Menariknya sedikit sehingga membuat kerah bajunya terbuka. Menampilkan selipan dada bidang miliknya

Sedikit lagi.

Kurasakan adanya pergerakan dari tubuh Damian. Tangannya naik meraba punggungku. Sedangkan tangan yang lain masih berada di pinggangku dengan remasan lembut disana. Wajahnya sangat dekat hingga aku merasa bernafas beriringan dengannya.

Sedikit lagi.

Sedikit lagi ciuman pertamaku akan dimulai. Adrenalin mengaliri seluruh tubuhku. Perasaan berdebar dan penasaran membanjiri setengah isi kepalaku.

Sedikit lagi aku bisa menciumnya ketika kakiku justru menapak sesuatu yang padat.

Eh?

Secepat yang sempat terpikir olehku tiba-tiba Damian menarik dirinya menjauh. Membebaskan tubuhku dari pelukannya. Membuat hawa dingin kembali menyela disekitar. Ia menatapku dengan tatapan sedih serta... bersalah. Kesadaranku masih terasa mengambang saat pandanganku menyapu kesekeliling dan berakhir pada kedua kakinya yang sudah menjejak tanah.

Seketika suasana diantara kami berubah 180° menjadi canggung. Aku menunduk menatap ujung kaki sedangkan Damian yang mengacak rambutnya. Ia terlihat frustasi.

"Alicia, maafkan aku." Damian kembali mundur satu langkah. Merentangkan jarak lebih lebar hanya untuk menambah rasa maluku.

"Maaf. Seharusnya aku tidak melakukan itu." Lanjutnya.

Mendengar penyesalannya membuat sudut hatiku tersengat. Tentu saja dia tidak akan menciummu, Alice. Untuk apa dia melakukannya. Kau hanya sekedar objek pengabdiannya.

"Memangnya apa yang kau lakukan?"aku menggengam ujung baju terlalu kuat ketika mengatakannya. Sekuat tenaga aku berusaha menutupi gemetar di seluruh tubuhku. Damian tak perlu tau apa yang telah kupikirkan sedari tadi.

Seakan mengerti kemana arah pertanyaanku Damian memilih untuk tak menjawab. Ia terdiam menatapku yang sedang memeluk diri tanpa membalas tatapannya.

"Sudah malam." Katanya setengah menunduk. Kemudian berbalik menuju pintu mobil penumpang dan membukakan pintu.

Sepanjang perjalanan aku terus merutuki diriku sendiri. Karena sudah menjadi bodoh dengan berpikir jika ia ingin menciumku. Damian juga tidak mengatakan apapun lagi. Membuatku merasa sangat bodoh karena mengira jika ia memiliki keinginan yang sama sepertiku.

Shadow Kiss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang