Setelah mengantarkan Sheila ke rumahnya, Aku dan Damian langsung menuju kearah hutan untuk pulang. Tidak ada pembicaraan diantara kami. Hanya saja bisa kurasakan jika sedari tadi Damian sesekali melirikku. Membuatku menjadi serba salah.
"Apa?" tanyaku ketika lirikannya tertangkap mataku.
Bukannya menjawab, Damian hanya menggedikkan bahunya dengan senyum lalu kembali menatap ke depan.
"Alec masih belum pulang?" Tanyaku untuk membangun obrolan.
"Belum."
"Kau tau apa yang dikerjakannya?"
"Hanya beberapa hal. Kau tidak akan mengerti."
"Jika kau mau menjelaskan, mungkin aku bisa mengerti," jawabku sedikit memaksa.
Damian menoleh padaku. "Kenapa kau sangat ingin mengetahuinya?"
"Hanya ingin saja. Setidaknya aku mengetahui siapa orang yang berada di dekatku. Apakah ada larangan untuk orang biasa mengetahui apa saja yang dilakukan seorang iblis?"
Damian diam. Dia akan selalu seperti ini setiap kali aku bertanya tentang dirinya ataupun tentang Alec. Seperti ini bukanlah hal yang patut untuk dibicarakan.
"Dia hanya mengawasi keseimbangan. Memastikan jika para bayangan mengerjakan pengabdiannya sesuai dengan aturan."
"Ada berapa jumlah kalian... Maksudku para bayangan?"
"Cukup banyak. Kami tersebar di seluruh dunia dengan berbagai macam manusia yang harus dijaga. Jika kaum iblis, seperti Alec mengawasi untuk memantau apakah ujian yang mereka kirimkan berhasil atau tidak mengganggu para bayangan, lain halnya dengan kaum Malaikat yang menilai kemampuan para bayangan mengatasi ujian yang diberikan. Nilai itulah yang akan digunakan untuk menentukan apakah kami layak untuk mendapatkan takdir atau tidak."
"Semacam test akhir semester,,"
"Bisa dikatakan begitu..."
"Apa kau bisa mengetahui berapa nilaimu?"
"Nilai itu disimpan saat pengabdian selesai..."
Aku berhenti bicara. Mungkin sudut hatiku mengerti jika arah pembicaraan selanjutnya adalah bukan yang kuinginkan.
Mobil berhenti di halaman rumah yang gelap. Aku bergidik ngeri melihat tampilan rumah ini dari luar. Tidakkah Alec atau Damian berpikir ingin membuatnya terlihat tampak lebih baik. Kenapa rumah sebesar ini tidak memiliki penerangan yang cukup.
"Aku bingung, kenapa Alec tidak memasang penerangan lampu yang cukup untuk rumah ini. lihatlah, aku seperti sedang berada di film thriller. Berdoa saja tidak ada orang yang berlari keluar dari pintu itu dengan membawa mesin pemotong pohon," Damian terkekeh. Setelah mengunci mobil kami melangkah masuk ke pintu depan ketika Damian menahanku.
"Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan." Damian menarik lenganku ke sisi kiri rumah yang gelap gulita.
"Aku tidak mau kesana," Ucapku cepat.
"Tidak apa-apa, Alicia."
"Menurutmu begitu. Lihatlah, aku tidak bisa melihat apapun disana, itu seperti dunia lain."
"Tenang saja, aku ada bersamamu. Tidak akan ada apa-apa disana,"
"Tetap saja. Aku tidak bisa melihat kemana aku pergi. Memangnya kau bisa?"
"Ya. Aku bisa melihat di dalam gelap. Itu bukan masalah. Dan itu juga bukan masalah bagimu karena aku akan menuntunmu kesana."
"Memangnya kita mau kemana? Tidak bisakah kau menunjukkan 'sesuatu' itu di dalam rumah saja. Dimana ada banyak cahaya di sekelilingku,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Kiss [Completed]
Romance(Proses Penerbitan) Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu. Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya. sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...