STOP!!!!!
Just remind you.
Read this part when you alone. mostly all of this is steamy and envy mode.
Be careful.
You have a warn bebi. *kisskiss
"Bagus. Karena malam ini, kau akan menjadi milikku. Seutuhnya."
***
Suara Damian bergaung nyaring di telingaku. Menulikan semua indera yang kumiliki hingga menyatukan fokusku pada sentuhan yang tengah menjalar di permukaan kulitku.
Aku terbuai dalam manis kecap basah berirama miliknya, menuntunku untuk menjawab sentuhan Damian melalui desahan. Diantara lumatan bibirnya, Damian menyelipkan gigitan halus di bibir bawahku, memberikan getaran luar biasa memabukkan.
"Damian..." namanya terlepas begitu saja dari mulutku ketika ia memberi ruang untukku bernafas. Seakan tidak ada lagi yang perlu ditunggu, meski banyak sekali hal yang perlu dijelaskan.
Telapak tanganku terangkat, meraih sisi wajah Damian dan meraba kulit yang kini lembab itu. Sedangkan Damian masih erat memeluk pinggangku sambil menyentuhi seluruh kulit punggungku.
"Kau tidak bisa membayangkan seberapa lama aku menantikan ini. Aku harus mengunci diriku di dalam sini setiap malam untuk mencegah diriku mendobrak pintu kamarmu."
Aku tidak lagi memikirkan apa yang sebenarnya berada di depan kami. Aku tidak lagi menyadari seberapa besar jurang pembeda antara aku dan Damian. Entah besok atau lusa, Damian bisa saja menghilang dari hidupku dan aku akan tinggal bersama dengan kehancuran setelahnya. Memunguti serpihan hati yang mungkin saja sudah lenyap teruap sepi.
Aku sangat menginginkannya di hidupku. Aku begitu menginginkan dia berada disisiku. Sebut saja semua itulah yang membuatku berani melakukan ini. Menerjang batas tebal yang berdiri kokoh hanya untuk merasakan betapa aku benar-benar mencintai laki-laki ini.
Cukup sekali. Aku hanya ingin memiliki Damian sekali. Hanya sekali ini saja aku akan melupakan kebenaran dan mereguk bahaya, untuk bisa memiliki satu kenangan manis bersama seseorang yang kucintai, tapi tak bisa kumiliki.
Sentakan lain mengembalikanku pada pergumulan panas ketika Damian meloloskan kausku melalui kepala.
Sesaat Damian menatap mataku, lalu merambat turun meneliti tubuh bagian atasku yang kini sudah tidak tertutup sehelai benang pun. Perasaan risih itu tiba-tiba muncul kepermukaan. Aku tiba-tiba malu ditatap sedemikian tajam dengan keadaan setengah telanjang. Seakan terkoneksi, tanganku naik menutupi kepolosan tubuh bagian atasku.
Tatapan Damian melembut. Seolah mengerti akan gerak refleks yang tertangkap olehnya. Ia menyentuh lenganku lembut sekaligus menggoda. Seakan sedang menggenggam bara, lintasan sentuhan Damian menimbulkan panas dikulitku.
"Kau takut padaku?" tanyanya.
Suaranya rendah dan dalam. Aku bahkan tak berani menatap wajahnya. Posisiku yang saat ini berada di pangkuannya membuatku tidak bisa menolak sentuhan halus yang coba ia berikan dilenganku.
"Aku tidak takut." jawabku setelah menelan ludah.
"Tapi aku bukan manusia."
"Aku tidak peduli."
"Aku mungkin saja menyakitimu." Ada getaran di dalam kalimatnya. Yang membuatku mengangkat kepala dan menatapnya. Tidak setuju dengan apa yang sedang ia pikirkan.
Damian tidak pernah menyakitiku, tidak sampai kenyataan menamparku jika ia akan pergi suatu saat nanti.
"Kau tidak akan menyakitiku, Damian." Ucapku yakin. "Aku percaya padamu. Melebihi siapapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Kiss [Completed]
Roman d'amour(Proses Penerbitan) Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu. Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya. sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...