Tanganku mencengkram kuat dedaunan kering disekitar. Tubuhku tak bergerak seiring dengan mataku yang membulat sempurna. Ketakutan yang sedari tadi memeras ototku akibat serangan makhluk aneh kini mengendur. Digantikan dengan degup jantung familiar yang sudah lelah untuk kuelakkan setiap kali melihatnya.Damian melangkah keluar dari kepulan asap hitam yang perlahan menghilang di balik punggungnya. Tatapannya tajam menusukku ketika kutahu jika ada kemarahan didalamnya. Matanya meninggalkanku lalu berpindah mengamati tangannya. Lebih tepatnya pada apa yang tengah ia cengkram.
Anjing itu tak bergerak sama sekali. Keempat kaki berbulunya jatuh lunglai sedangkan kepalanya mendongak mengerikan kearah sebaliknya. Salah satu matanya tergulir keluar dengan darah yang tidak sedikit.
Bagaimana Damian melakukannya?
Itu terjadi hanya seperkian detik saat kelebatannya muncul.
Dengan tatapan setenang sungai dimusim dingin Damian mencabut tangannya perlahan dari dalam tubuh anjing itu. Aliran darah deras membasahi lengannya hingga merembes ke celana. Ia melakukannya seperti sedang menanggalkan sebuah baju musim dingin berbahan bulu. Seperti tubuh anjing itu tidak lebih dari sesuatu yang mengotori tangannya. Tidak berarti baginya. Namun sesuatu yang tengah ia genggam ditangan kanannya seketika membuatku menahan nafas detik itu juga.
Aku mengerjap beberapa kali. Tenggorokanku tercekat. Tidak ada suara yang kukeluarkan bahkan mungkin tak ada satupun kata yang tepat untuk aku bisa menggambarkannya.
Dengan mata yang kembali menatapku ia melempar jauh badan anjing tersebut. Meninggalkan jantungnya yang berada di dalam kepalan tangan Damian.
Aku tersadar jika kuku jariku sudah menancap di tanah terlalu dalam. Menyalurkan ketegangan yang tercipta dari apa yang dilakukan sosok tinggi menjulang dihadapanku saat ini. Benarkah itu Damian yang sama dengan Damian yang membawaku melayang? Yang memelukku saat keseimbanganku goyang? Yang selalu tersenyum lembut tak peduli jika aku marah atau menolaknya?
Seketika aliran ketakutan yang dulu sempat menghilang kini kembali menyusupiku. Layaknya udara yang menyelubungi manusia, ketakutanku tak terbendung hingga tanpa kusadari sebulir bening menjawab emosi terdalamku. Masih memasang wajah datar ia meremas jantung itu dengan mudah, dan kemudian berubah menjadi debu. Jatuh menghambur diatas dedauan kering tanpa bisa terlihat lagi setelahnya.
Aku menutup mulutku. Entah karena aku ingin berteriak atas apa yang kulihat, atau karena tatapan Damian yang kini sudah mengarah padaku. Tatapannya sedingin salju diiringi dengan aura kemarahan yang terpancar jelas dari matanya.
"Apa yang kukatakan tentang pergi bersama denganku?" Suaranya menamparku terlalu keras. Tidak pernah Damian bicara sekeras itu padaku. Kembali ia menatapku seolah sedang berhadapan dengan musuh lain yang juga mengancamnya. Aku masih terduduk ditanah sehingga mengharuskanku mendongak untuk mendapati wajahnya.
"Apa kau kehilangan akal sehatmu sehingga sulit mengerti apa yang kukatakan?!" lanjutnya saat aku hanya diam tak menjawab. Suaranya meninggi tanpa berusaha menutupi jika ia sedang diliputi emosi yang tidak sedikit. Tangannya terkepal disisi tubuh. Wajahnya memerah dengan sinar kelam dimatanya, membuatku tak bisa bersuara, bahkan bergerak.
"Apa kau bisa membayangkan apa yang terjadi padamu jika aku terlambat datang satu detik saja?! ... kau bisa saja terbunuh dengan mudah oleh iblis itu dan...."
Damian terlihat akan kembali mengatakan sesuatu namun bibirnya kembali menutup. Memasang garis keras disana yang menandakan jika ia diam bukan karena kemarahannya yang meredup. Ia hanya sedang berusaha menahannya.
Kedua tanganku jatuh dengan lesu disamping tubuhku. Aku jatuh tertunduk saat Damian berbalik dan menyuruhku berdiri menuju mobilnya yang berada dijalan aspal tidak jauh dari sana. Sesaat Damian masih mematung ketika aku berjalan melewatinya. Tanpa ada kata apapun lagi. Aku memeluk tubuhku sendiri bersama Damian yang berjalan dibelakangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Kiss [Completed]
Romance(Proses Penerbitan) Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu. Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya. sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...