Aku terjaga dari tidur nyenyakku dengan semburat hangat yang masuk melalui jendela. Sinarnya membuatku mengerjap beberapa kali sebelum memilih untuk kembali menutup mata. Aku merenggangkan otot-otot yang kaku setelah tidur semalaman dan berguling nyaman di dalam selimut. Kurasa aku mendapatkan tidur yang sangat baik tadi malam. Dengan penglihatan yang masih kurang aku menangkap sebuah sosok di sudut mataku yang tengah duduk di ujung ranjang.
Aku mencoba memfokuskan mataku kearah sosok itu yang saat ini tengah tersenyum.
"Selamat pagi, Alicia," Suaranya dalam dan lembut. Membuatku mengeratkan pelukan pada selimut dan membalas senyumannya.
"Selamat pagi, Damian,"
Aku kembali menutup mata karena silau matahari yang masih terlalu menyakitkan. Mengambil selimut di dalam lengangku dan memeluknya sampai akhirnya aku menyadari sesuatu yang salah.
Selamat pagi Damian.
Damian.
Damian?
Dengan cepat aku membuka mata dan melihat sosok tadi. Mengerjap beberapa kali agar mendapat gambaran jelas dari wajah yang tersenyum itu. Mataku terbuka lebar lalu berteriak kencang dan mundur hingga punggungku menabrak kepala ranjang. Aku menarik selimut hingga ke batas leherku. Damian menutup telinganya dengan kedua tangan ketika aku justru berteriak sembari menunjuk-nunjuk dirinya.
Apa yang dia lakukan di kamarku!
"Damian...!!"
"Alicia,,," Sahutnya lembut masih dengan senyum.
"Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana bisa kau masuk..."Aku menggelengkan kepalaku atas pertanyaan itu karena aku sendiri sudah tau jawabannya, "Kenapa kau ada di kamarku? Sedang apa kau disini?"
"Hanya ingin mengucapkan selamat pagi padamu," ia menaikkan satu kakinya keranjang, mengambil posisi nyaman dengan tangan terlipat di depan dada.
"Ada apa dengan ucapan selamat pagi di meja makan seperti biasanya. Biasanya kita bertemu di bawah dan kau mengucapkan selamat pagimu. Kau tidak bisa memasuki kamar seorang wanita tanpa ijin seperti ini.,"
"Aku hanya ingin jadi yang pertama kau lihat ketika bangun..," jawabnya enteng.
Damian bisa sangat sulit diatasi jika dia bersikap manis seperti ini. aku jadi tidak bisa marah atas kelakuan yang biasanya sangat seenaknya.
"Kau curang. Kenapa mengucapkan hal seperti itu. Aku sedang marah padamu." ucapku memasang tampang kesal.
"Aku memikirkanmu semalaman," Ucap Damian tanpa melepaskan tatapannya dariku. "Itu membuatku ingin menjadi yang pertama kau lihat ketika membuka mata,"
"Tepat pada saat aku membuka mata?" tanyaku menahan senyum.
"Tepat pada saat kau membuka mata." Ucapnya yakin.
Untuk sesaat tidak ada diantara kami yang kembali bicara. Damian menatapku dengan senyum sedangkan aku juga menatapnya tanpa bisa menahan sudut bibirku tertarik melengkung. Keheningan ini bukan jenis dimana aku ingin lari darinya atau yang menimbulkan kegelisahan. Kami menikmati keheningan ini walau hanya diam dan saling menatap. Berbagi senyum bodoh yang kami berdua tidak tau untuk alasan apa.
Sampai Damian memilih merusaknya dengan menggelitik telapak kakiku yang tidak tertutup selimut menggunakan ujung jari kakinya. Aku menarik kaki dengan cepat karena geli. Menendang kosong kearahnya karena kejahilannya merusak suasana. Aku melotot kearahnya yang masih saja tersenyum konyol –namun tampan- itu.
"Kau harus benar-benar berhenti memasuki kamarku tanpa ijin. Disini,-di dunia manusia-, seorang laki-laki tidak diperbolehkan masuk ke dalam kamar seorang wanita jika wanita itu belum memberikan ijin padanya. Apalagi saat aku tidur. Bisa saja kan aku tidak berpakaian..,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Kiss [Completed]
Romance(Proses Penerbitan) Alicia tidak pernah mengira jika mimpi aneh yang sering mendatanginya berarti sesuatu. Mimpi yang mempertemukannya dengan sebuah sosok bermata biru terang dan mengejarnya. sampai pada suatu pagi, Alicia terbangun dengan menatap...